Setelah selesai menyelesaikan semua proses pembayaran Lana kembali ke kamar perawatan sang ibu. Bahkan Lana sudah mendapatkan obat yang sudah diresepkan oleh dokter Fandi. Yang pasti urusan rumah sakit sudah beres dan sekarang tinggal membawa sang ibu pulang ke rumah. Sepanjang jalan menuju ke ruang perawatan sang ibu Lana memikirkan banyak hal terutama bagaimana besok ia akan bilang kepada ibu untuk pergi ke Lombok bersama dengan sang bos. Padahal saat ini kondisi sang ibu belum sepenuhnya pulih dan tak mungkin untuk ditinggalkan. Dan Lana juga tak bisa menolak perintah dari sang bos jika tak ingin kehidupannya baik-baik saja. Karena ancaman dari sang bos terasa nyata bagi Lana. Kalau saja sang bos tak membawa soal ibunya maka Lana tak peduli akan hal itu. Tapi pada kenyataannya sang bos membawa-bawa soal sang ibu yang itu membuat Lana merasa tak nyaman dan tak mau sampai membuat sang ibu nantinya terkena imbasnya. Ketika Lana hampir sampai di kamar perawatan sang ibu ia sudah merub
Lana sedang memindahkan nasi goreng yang dibelinya di warung depan rumahnya karena ia tak cukup waktu untuk masak makan malam jadi lebih baik membelinya saja dan untung saja sang ibu tak mempermasalahkannya."Bu ini nasi gorengnya," kata Lana sambil menyerahkan piring berisi nasi goreng. "Makasih sayang," jawab Linda sambil menerima nasi goreng itu. Ibu dan anak pun makan dalam diam nasi goreng yang dibeli oleh Lana tadi. Sampai akhirnya Lana membuka suaranya. Lana harus bilang kepada sang ibu membahas soal kepergiannya ke Lombok besok. Karena mau tak mau ia harus meninggalkan sang ibu. "Kalau sudah makan nanti obatnya diminum ya Bu," kata Lana mengingatkan. "Iya sayang ibu tahu," jawab Linda mengerti. "Bu, boleh Lana bicara sesuatu sama ibu sekarang?" tanya Lana mulai membuka suara. Linda yang sedang menghabiskan nasi gorengnya pun mengehentikan sejenak dan sekarang menatap kearah sang putri. "Ada apa sayang? Apa kamu punya masalah?" tanya Linda kepada Lana. "Ini bukan masala
Setelah menempuh penerbangan yang cukup lama akhirnya Dante dan juga Lana sampai juga di Lombok dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju ke hotel dimana mereka menginap sekaligus mengecek hotel yang merupakan hotel milik keluarganya. Sebenarnya kedatangan Dante kesini selain untuk melihat perkembangan hotelnya tapi juga melihat pembangunan resort terbarunya yang ada di sebuah pulau yang letaknya cukup terpencil. Jadi mungkin baru besok ia akan mengeceknya secara langsung. Nanti malam ia juga mendapatkan undangan makan malam dari salah satu rekan kerjanya jadi hari ini cukup mengecek hotelnya saja. Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara sampai akhirnya mereka sampai di hotel dimana mereka menginap dan sudah disambut oleh manager hotel secara langsung. "Selamat datang tuan Dante," sapa seorang wanita cantik yang merupakan manajer hotel ini. Dante hanya menganggukkan kepalanya ketika mendengar kata sapaan dari wanita yang merupakan manajer di hotel ini. "Perkenalka
Sudah hampir 2 jam orang yang diperintahkan oleh Dante untuk merubah penampilannya Lana karena memang malam ini Dante memerintahkan Lana untuk menemani Dante untuk pergi ke tempat salah satu rekan kerjanya untuk acara makan malam. Lana mau membantah apa yang dikatakan oleh sang bos tentu saja tak bisa karena disini tugasnya Lana hanya mengikuti perintah sang bos. Ditambah lagi sang bos menyimpan rahasia penting dalam hidupnya jadi ia tak mau sampai membuat kesalahan. Bukannya Lana merasa takut tapi hanya saja Lana tak mau sampai ada gosip yang beredar diluar sana dan sang ibu mengetahui tentang masalah yang ia simpan selama ini. "Wah nona cantik sekali pasti nanti akan banyak laki-laki yang terpesona dengan penampilan nona," puji orang yang mengubah penampilan Lana. Lana hanya tersenyum saja tanpa menanggapi apapun perkataan dari orang itu karena jujur saja Kalila merasa tak nyaman harus di makeup bahkan memakai gaun yang selama ini tak pernah ia pakai. Ia hanya mengikuti saja apa y
Sepanjang perjalanan Lana lebih banyak diam karena jujur saja ia tak merasa nyaman dengan keadaan saat ini. Walaupun penampilannya sudah berubah secara total tapi tetap saja Lana merasa tak percaya diri. Di tambah lagi saat ini ia sedang berada disamping sang bos yang terus menatapnya lekat. Rasanya risih saja ketika ada orang yang memandang dirinya dengan tatapan yang lekat dan tajam seakan-akan menelanjangi dirinya begitu saja. Tapi Lana berusaha untuk bersikap biasa karena disini konteksnya ia sedang bekerja dan tidak ada hal-hal yang lain yang harus ia lakukan selain menemani sang bos bertemu dengan rekan kerjanya. Sedangkan Dante dari tadi terus memandang kearah Lana begitu tajam. Dari pertama kali ia melihat Lana di kamar hingga saat ini ia merasa tak bosan sama sekali bahkan ia semakin merasa bergairah ketika melihat Lana yang terlihat tenang ketika ia terus menatapnya lekat. Dari tadi ia terus saja mengumpat ketika gairahnya bisa dengan cepat naik padahal Lana tak melakukan ap
Lana mencoba memalingkan wajahnya ketika baru saja Dante memberikan sebuah ciuman yang begitu panas dan juga membara. Bahkan sekarang air mata mengalir dari mata indahnya karena ia tak suka diperlakukan seperti ini. Bahkan sekarang ia berada di bawah kendali dari laki-laki yang dulu pertama kali membelinya dan juga sekarang menjadi bosnya. Bahkan penampilan Lana setengah telanjang karena tadi ia berniat untuk mandi tapi sang bos masuk ke kamarnya dan langsung menerjangnya. Dan Lana tahu setelah ini apa yang diinginkan oleh sang bos. "Sekarang kamu sudah berani-beraninya menggoda laki-laki lain diluar sana?" tanya Dante dengan ekspresi marah. Lana tentu bingung dengan maksud perkataan dari bosnya ini karena ia tak melakukan apapun yang dituduhkan oleh sang bos. Selama ini Lana tak pernah terlibat hubungan apapun dengan laki-laki manapun yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Jadi bosnya ini tak ada hak untuk merendahkan dirinya. "Apa maksud bapak? Saya bukan wanita murahan sepe
Hampir 2 hari Lana dikurung di dalam kamar bersama dengan sang bos. Sang bos benar-benar melakukan apa yang ia katakan dengan melampiaskan semua hasratnya bahkan yang lebih parahnya lagi bosnya itu mengurung tubuh Lana hingga tak bisa turun dari ranjang. Jika orang-orang mengira jika Lana menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh bosnya maka jawabannya salah besar karena ia sangat membenci bosnya yang melakukan tindakan yang menjijikkan itu. Bahkan Lana juga jijik pada dirinya sendiri gara-gara tak bisa membantah apa yang diperintahkan oleh sang bos dan itu membuatnya sangat kesal dibuatnya. Seperti pagi ini Lana lagi-lagi berakhir di ranjang bersama dengan bosnya setelah semalam sang bos kembali meminta haknya sebagai pemilik dari tubuhnya. Tubuh Lana memang hanya dijadikan pemuas nafsu bosnya saja. Walaupun sang bos tidak berbuat kasar kepada dirinya tapi tetap saja Lana selalu merasa jijik pada tubuhnya sendiri. Setelah berhasil melepas tangan sang bos di pinggangnya Lana pun me
Setelah perjalanan bisnis ke Lombok berakhir Lana pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya. Ia sangat merindukan sang ibu setelah beberapa hari tak bertemu dengan sang ibu karena ia sibuk dengan pekerjaan dan juga sibuk dengan bosnya juga. Walaupun Lana setiap hari selalu menanyakan berita tentang sang ibu tapi tetap saja ada rasa khawatir yang Lana rasakan. Apalagi ibunya baru pulang dari rumah sakit dan Lana harus meninggalkan sang ibu pergi. Maka dari itu setelah sampai Lana pun segera berpamitan kepada sang bos karena ia sudah harus pulang. Tapi tanpa Lana duga jika sang bos akan mengantarkan dirinya untuk pulang kerumahnya. Awalnya Lana menolak dengan penawaran sang bos tapi seperti biasa sang bos tak mau dibantah jadi mau tak mau Lana pun tak bisa menolak perintah dari sang bos. "Nanti berhenti di depan saja pak soalnya mobil tidak bisa masuk ke gang rumah saya," kata Lana yang meminta turun di depan. Sopir yang membawa mobil yang digunakan untuk menjemput Dante pun be