Lana akhirnya sampai juga di kantornya. Untung saja masih ada waktu 10 menit sebelum pukul 08.00 dimana waktu kerjanya di mulai. Tadi di jalan lumayan macet di tambah lagi tadi ia harus menunggu angkutan umum agak lama. Sebenarnya tadi ia mendapatkan tawaran dari dokter Fandi yang merupakan dokter pengganti sang ibu tapi Lana menolaknya karena memang Lana tak nyaman berada satu mobil bersama dengan orang yang tak di kenal. Jadi lebih baik Lana memilih naik angkutan umum daripada nantinya menjadi bahan pergunjingan orang-orang di rumah sakit. Setelah absen Lana pun segera naik ke lantai dimana ia bekerja dan ia pun sedikit mempercepat langkahnya agar tak terlambat. Sesampai di lantai dimana tempatnta bekerja ia melihat ada suasana yang berbeda pagi ini. Ada segerombolan karyawan yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang serius. Entah apa yang mereka bicarakan tapi yang pasti mereka tampak sangat serius. Lana sendiri memilih untuk tak ikut campur karena ia bukan tipe orang yang s
Jam sudah menunjukan pukul 12 siang dan Lana masih disibukkan dengan beberapa pekerjaan yang akhir-akhir ini sedang banyak. Tapi sejauh ini Lana masih bisa menanganinya dengan sangat baik. Ketika Lana sedang memeriksa dokumen tiba-tiba Anita datang ke meja kerjanya. "Lana makan siang bareng yuk," ajak Anita. "Boleh mbak. Kebetulan aku juga lagi gak bawa bekal. Mau makan siang dimana mbak?" tanya Lana balik. "Di dekat kantor katanya ada restoran baru gimana kalau kita nyobain makan di restoran itu?" tanya Anita yang memberikan saran. "Ok mbak. Tapi aku ke toilet bentar ya mbak," jawab Lana yang sudah mulai mematikan komputernya. "Ya udah sana ke toilet dulu. Aku tunggu di lobby bawah ya," kata Anita kepada Lana. "Siap mbak....."Setelah mengatakan itu Lana pun segera menuju ke toilet tak lupa ia membawa dompetnya. Jadi setelah selesai dari toilet dia bisa langsung pergi ke lobby. Lana juga gak akan lama-lama di toilet karena gak mau sampai membuat mbak Anita menunggu lama. Ketik
Tubuh Lana tak bisa bergerak sama sekali ketika di hadapannya ada laki-laki yang seharusnya tak ia temui. Padahal Lana sudah berusaha untuk tak berada di lingkungan yang memungkinkan dirinya untuk bertemu dengan laki-laki itu. Tapi sekarang yang terjadi adalah ia sudah bersama dengan laki-laki yang sudah menyentuhnya untuk pertama kali dan yang lebih parahnya laki-laki itu adalah bosnya dimana ia bekerja. Pikiran Lana saat ini benar-benar masih sangat kosong karena ia masih merasakan kaget atas apa yang terjadi. Sedangkan Dante yang dari tadi terus melihat kearah Lana dengan tatapan tajam pun segera berjalan mendekat dan membisikan kata-kata yang membuat Lana semakin tegang. "Dunia benar-benar sangat sempit. Ternyata gadis yang saat itu benar-benar sangat liar di ranjang ternyata pegawai di perusahaan aku sendiri. Dan ini benar-benar sangat menarik," kata Dante membuka suaranya. Wajah Lana semakin pucat pasi ketika mendengar perkataan dari laki-laki yang membelinya serta bos ditempa
"Apa?" Lana benar-benar kaget mendengar penuturan dari pihak HRD jika mulai besok ia akan menjadi sekretaris dari CEO di perusahaan ini. Padahal Lana sudah berharap tak diterima menjadi sekretaris untuk CEO di perusahaan ini karena memang Lana tak mau berdekatan dengan CEO di perusahaan ini setelah tahu siapa CEO itu. Tapi sekarang ia malah harus berada dekat dengan laki-laki itu. "Tapi pak saya tidak punya pengalaman apa-apa tentang menjadi sekretaris. Apalagi saya masih baru disini jadi saya merasa belum pantas mendapatkan posisi itu," tolak Lana dengan sopan. "Sayangnya keputusan ini diambil oleh pak Dante pemilik perusahaan ini sendiri yang sudah menunjuk kamu sebagai sekretaris barunya. Jadi mulai besok pagi kamu akan pindah ke lantai 10 dimana pak Dante berada dan mulai besok juga tugas kamu sebagai sekretaris pak Dante akan langsung dimulai. Jika kamu menolak perintah ini maka kamu harus mengganti biaya penalti karena tak menjalankan tugas yang diberikan. Kamu tentu tahu ber
"Lana kamu gak sedang bercanda kan?" tanya Fina memastikan. Saat ini Lana sedang bertemu dengan Fina setelah ia selesai bekerja ia memutuskan untuk bertemu dengan Fina di cafe yang tak jauh dari kantornya. Ia butuh seseorang yang bisa mendengarkan ceritanya dan ia pikir jika Fina adalah orang yang tepat untuk mendengarkan semua ceritanya adalah Fina karena hanya Fina yang tahu semua hal yang terjadi pada dirinya di masa lalu. Jadi Lana hanya bisa bercerita dengan Fina seorang. "Memang kamu melihat jika aku sedang berbohong? Mana mungkin aku berbohong untuk hal yang tidak penting seperti ini. Sekarang aku bingung harus gimana?" tanya Lana dengan mata yang berkaca-kaca. Fina yang mendengar cerita dari Lana saja kaget dibuatnya karena tak menyangka jika laki-laki yang membelinya adalah laki-laki yang sama dengan laki-laki yang membeli tubuh Lana beberapa saat yang lalu. Dan itu membuat Fina tak bisa berkata apa-apa lagi. "Terus kamu menerima perintah untuk menjadi sekretaris laki-lak
Lana melihat tampilan dirinya di cermin yang ada toilet kamar perawatan sang ibu. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris dari seorang Dante Alfonso walaupun rasa berat tapi Lana mencoba untuk menjalani semuanya dengan baik karena ia tak punya pilihan lain selain menerima pekerjaan barunya ini. Jika ia menolak permintaan ini maka Lana juga yang kena imbasnya. Maka dari itu Lana sebisa mungkin ia akan menjalani posisi barunya sebagai seorang sekretaris dan ia juga tak lupa untuk bertanya kepada orang-orang yang lebih berpengalaman di bidang ini karena Lana benar-benar tak memiliki pengalaman apapun. Sekali lagi Lana melihat penampilan dirinya di cermin sebelum akhirnya ia keluar dari kamar mandi. "Wah putri ibu cantik sekali," puji Linda ketika melihat putrinya keluar dari kamar mandi. "Ibu terlalu berlebihan biasanya aku juga berpenampilan seperti ini kan?" tanya Lana balik. "Memang benar jika kamu terlihat sangat cantik setiap hari tapi hari ini ibu merasa kamu
Lana masih duduk termenung di kursi kerjanya setelah tadi ia mendengar apa yang dikatakan oleh bosnya di hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris barunya. Kata-kata yang membuat mental Lana down dan membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia masih ingat jika sang bos mengatakan jika pekerjaan dirinya disini tidak hanya mengurus soal pekerjaan saja tapi juga harus menghangatkan ranjang sang bos ketika sang bos inginkan. Jika ia tak melakukan apa yang diperintahkan maka sang bos akan mengatakan kepada semua orang bahwa Lana pernah menjual dirinya dan yang lebih membuat Lana semakin tambah shock ketika sang bos berkata jika ia akan memberitahukan ibunya bagaimana perilaku dirinya diluar. Tentu saja Lana tak mau sampai itu terjadi. Ia tak ingin jika ibunya mengetahui tentang darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu darimana karena jika sang ibu tahu mungkin sang ibu bisa terkena serangan jantung dan Lana tak mau sampai itu terjadi. Dari tadi Lana terus mencoba menahan air mata
Mau tak mau Lana akhirnya setuju untuk ikut sang bos pergi ke Lombok besok. Kalaupun ia membantah maka hasilnya akan percuma jadi lebih baik Lana memilih untuk mengiyakan saja apa yang diperintahkan oleh sang bos. Dan saat ini ia sudah sampai di rumah sakit untuk menjemput ibunya. Sesampainya di rumah sakit Lana tak memasang ekspresi senang dan tak menunjukkan rasa sedihnya karena hidupnya benar-benar sudah ada di tangan seorang Dante Alfonso. Ia tak tahu apa yang terjadi kedepannya tapi untuk saat ini Lana hanya ingin memikirkan soal kesehatan ibunya. Jadi Lana tak mau memikirkan tentang dirinya untuk saat ini. Semakin dekat dengan kamar perawatan sang ibu Lana mulai mengatur ekspresi wajahnya agar sang ibu tak jika saat ini ia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. "Ibu maaf Lana lama sampai disini," kata Lana ketika masuk kedalam ruang perawatan sang ibu. "Tidak masalah sayang. Ibu sudah bilang sama kamu kalau kamu sedang sibuk maka biarkan ibu pulang sendiri. Lagipula i