Beranda / Urban / Wanita Sandwich / 1. Reuni; Suatu Pertemuan Kembali

Share

Wanita Sandwich
Wanita Sandwich
Penulis: Lumi Er

1. Reuni; Suatu Pertemuan Kembali

Penulis: Lumi Er
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-15 03:24:48

Sebenarnya begini, karena pada dasarnya masyarakat di negara kita telah terbiasa tumbuh dengan memakan nasi, maka sarapan roti itu adalah hal yang kurang umum. Kecuali jika dipengaruhi oleh sinetron dari tahun 90-an yang mana akan selalu ada tiga hal ini di meja makan para tokohnya;

Roti, Selai, dan Jus Jeruk. Ketiganya adalah menu mutlak. 

Tapi semenjak masa milenium menyerang, semua orang di negeri agraris ini mulai terbiasa sarapan roti. Beberapa bahkan mulai memakan sereal alih-alih lontong sayur atau oatmeal alih-alih bubur ayam. Kebule-bulean.

Namun mengesampingkan hal di atas, sesungguhnya ini bukanlah perkara menu makanan atau semacamnya―walau tak dapat dipungkiri, ke depannya akan ada secuil pembahasan mengenai itu―melainkan ini tentang anak-anak Selai Selena yang sejak pagi tadi ribut menentukan apakah mereka harus sarapan atau tidak. 

Pasalnya, semalam Selena berkata pada mereka bertiga, "Besok Mami mau pergi reuni dengan teman-teman Mami. Kalian mau ikut?"

Dua orang ikut, satu orang tampak ogah-ogahan. Antara malas ikut, tapi tak mau ditinggal. Tipikal bocah ingusan yang sedang beranjak remaja. Istilah kata; Labil.

Maka akhirnya mereka sepakat untuk ikut saja. Karena, toh, tak ada hal lain yang menarik yang bisa dilakukan di rumah selain menonton televisi yang isinya Tupai betina dan Gurita tanpa celana yang bahkan harus disensor secara tak wajar. 

Imbuh Selena, "Tapi, harus berangkat pagi-pagi sekali, karena tempatnya jauh."

Nah, jadi itulah kenapa ketiga remaja itu saling berdiskusi agak alot untuk menentukan apakah mereka harus memasak sarapan dulu atau tidak. Sehingga sebagai mami yang baik nan bijak, Selena memberi opsi terakhir seperti ini; 

"Nanti kalau benar-benar lapar di tengah perjalanan, kita berhenti saja di Indoapril dan beli beberapa roti. Oke?"

Dan karena tampaknya tak ada jawaban lain selain 'oke', berarti semua setuju. Lalu,pukul enam lewat empat puluh lima menit, mereka benar-benar meluncur pergi.

Bukan meluncur secara harfiah.

Tetapi, itu berarti keempat anggota keluarga ini pergi dengan mobil ke suatu tempat. Dalam dunia sastra, itu dapat diartikan 'meluncur'. Begitulah.

Serupa tapi tak sama. Hal tersebut juga sempat menjadi dilema bagi Tomato Tami. 

Baginya, sulit benar untuk memutuskan apakah dirinya harus mengikuti acara keluarga pihak suaminya atau tetap pergi reuni dengan dua sahabat lamanya. 

"Soalnya, Mas," ia berkata pada pada suaminya, "aku sudah susah payah mengatur jadwal kami bertiga supaya bisa bertemu besok. Sudah dari dua tahun yang lalu, lho, rencananya. Masa tiba-tiba aku membatalkan begitu saja, sih?" Tami mendecak jengkel. Sebab bukannya mendukung, sang suami justru menjawab tanpa beban seperti ini;

"Ya, tinggal bilang saja kalau kamu ada urusan keluarga yang tak bisa ditinggal."

"Mas, ih! mana bisa begitu. Lagipula, kenapa kamu bilangnya mendadak begini, sih? Kenapa nggak kasih tahu dari jauh-jauh hari?!"

"Mbak Retno juga baru kasih tahu aku tadi sore," sahut suaminya sambil memeluk guling, "Oh iya, besok tolong siapkan baju, ya. Acara penting soalnya."

"Penting apanya?" suara Tami mulai meninggi, "Arisan keluarga itu penting dari mananya?! Kalau cuma mau pamer cucu dan jabatan, sih, lebih baik aku pergi reuni dengan teman-temanku saja!" 

Dan inilah alasan mengapa mereka bertengkar malam itu. Tanpa titik temu. Alhasil, keesokan harinya, sang suami mengajak anak semata wayang mereka ke pertemuan keluarga. Sementara Tami tetap memilih untuk berangkat ke acara reuni.

Bahkan, saking kesalnya, suami Tami sempat menyindir; 

"Ayo, Nak, kita berangkat sekarang."

"Ibu nggak ikut, Pak?"

"Nggak. Ibu lebih memilih senang-senang sama teman lamanya dibanding dengan kita," berkata dengan nada agak culas, dan kalau boleh jujur, Tami cukup sakit hati mendengarnya sehingga sepanjang perjalanan menuju restoran di mana ia akan berjumpa dengan dua sahabatnya, Tami terus meneteskan air mata.

Namun, pagi tak selalu diisi dengan sarapan, perselisihan dan kesibukan. Akan selalu ada kekontrasan. Akan selalu ada yang bertolak belakang.

Maka dialah Roti Rostiana.

Mohon singkirkan segala macam tetek bengek jeritan alarm, kegaduhan mencari dasi atau kaos kaki, serta dentingan sendok sayur di dalam panci. 

Karena Rostiana tak menyukai itu semua. Ia pecinta ketenangan. Pecandu kesunyian. Perindu kebebasan. Jangan ditanya tentang betapa dirinya benar-benar menjunjung tinggi suasana tenang. Bahkan rumahnya saja berada di kaki gunung yang benar-benar asri dan sunyi. Hanya ada sekitar tiga belas kepala keluarga di sana yang hidupnya hanya bergantung, setidaknya, dari tiga hal; bercocok tanam, menjadi porter bagi para pendaki, dan menyewakan villa. 

Rostiana bertahan hidup dengan cara yang ketiga, walau bercocok tanam adalah hobinya. apalagi menanam buah di halaman belakang. Ia bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam.

Makanya, saat di suatu petang usai menanam lobak dan bawang, Rostiana girang bukan kepalang usai mendapat sebuah pesan;

'Kita reuni, yuk, Ros. Aku, kamu, dan Selena. Bagaimana?'

Tanpa banyak berpikir, Rostiana mengiyakan. Tapi bagaimanapun, mereka sudah menjadi orang dewasa sekarang dan orang dewasa selalu memiliki banyak kesibukan, bahkan yang tak diduga-duga. Jadi, jangan heran jika reuni ini baru terlaksana dua tahun kemudian setelah segala drama dan kecanggungan.

Lalu, disitulah tempatnya.

Kompleks restoran sederhana di dekat area persawahan yang memiliki suasana rindang, asri serta jauh dari keramaian. Tempat ini direkomendasikan oleh Rostiana kepada Tami yang kemudian memesan sebuah gazebo untuk reuni kecil mereka. 

Alasan Rostiana memilih tempat ini, sederhana saja; Lokasinya berada di tengah-tengah bagi ketiganya dan sama-sama membutuhkan waktu tiga jam perjalanan. Jadi, itu dirasa cukup adil.

Dan ini kira-kira sudah sekitar sembilan atau hendak setengah sepuluh tatkala tiga sahabat ini, setelah belasan tahun berlalu, akhirnya dipertemukan kembali pada suatu reuni.

Suatu pertemuan kembali.

(Bersambung...)

Bab terkait

  • Wanita Sandwich   2. Kalimat 'Hai, Apa Kabar' Itu Sudah Kuno

    Sebagai anak gaul dari jaman Cinta dan Rangga masih berciuman di bandara, ketiga wanita ini melakukan tos dengan penuh gaya. Mengulang perilaku gaul di masa remaja.Sulit untuk dideskripsikan, tapi kira-kira seperti ini; Mereka menumpuk telapak tangan, menggoyang-goyangkannya, lalu saling membentuk simpul dengan jari masing-masing seperti para ninja dari Konoha―tapi sepertinya salam tiga sekawan ini lebih sulit―kemudian melemparkan tangan mereka ke atas seraya menyerukan yel-yel,"Go Go Girls! Girls go go!"Sungguh tak punya malu! Sudah berumur juga. Tapi mereka tetap melakukannya dengan tawa dan riang gembira. Mengabaikan beberapa pasang mata yang semenjak tadi menonton dengan geli ke arah mereka. Bahkan anak-anak Selena langsung melipir ke cafe Joglo

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • Wanita Sandwich   3. Biasanya, Pertemanan Selalu Bermula Seperti Ini; 'Perkenalkan, Nama Saya...'

    Jika diingat-ingat lagi, itu sudah belasan tahun yang lalu. Mungkin nyaris dua puluh tahun berlalu. Saat mereka masih setinggi dua tumpuk kursi, masih berkulit kencang seperti karet gelang, dan masih berbau asam apabila terlalu lama berada di bawah terik matahari. Yakni saat kegiatan yang disebut ospek. Ditandai dengan para murid baru yang dipaksa berdandan macam badut tolol dengan pernak-pernik gila―yang bahkan orang gila pun tidak sebegitunya―yang masih canggung antara satu dengan yang lain, yang masih takut-takut serta sungkan pada senior sok galak, serta kerap melongok-longok untuk mencari teman yang telah dikenal. Berkelompok masing-masing. Tapi, tidak dengan tiga gadis itu. Tiga. Yang pertama cukup cantik. Sangat cantik, malah. Membuat beberapa senior berkelamin jantan kerap melirik-lirik pada gadis ini. Beberapa malah nekat mendekat dan memberi perhatian lebih. Seperti misalnya; "Dik, kamu nggak usah ikut sit up. Ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Wanita Sandwich   4. How These Girls Make Friends

    Syarat pertama; Harus ada yang mendekat terlebih dulu.Itu aturan paling penting apabila ingin mengenal siapapun dan apapun secara lebih mendalam. Bahkan, konon katanya, seekor pelatih singa harus masuk ke dalam kandang singa untuk bisa memahami perasaan si raja sabana itu. Yah, berharap saja si pelatih tidak dimakan singa sebelum ia dapat memahami perasaannya.Tapi, singkirkan dulu percontohan pada si singa. Agak tak singkron, sebabnya. Mari mengarah pada bagaimana Rostiana yang menunjukkan senyuman canggung manakala Selena, dengan seenaknya, duduk di kursi sebelah gadis pemalu itu. Tanpa permisi, tanpa ijin terlebih dahulu.Alasannya, "Untung kita sudah saling kenal, ya, kemarin," kata Selena riang.Rostiana sendiri bukannya tidak mau duduk sebangku dengan Selena, dia hanya terkejut saja karena gadis tercantik seangkatan itu langsung mencuri perhatian seluruh kelas―terutama perhatian anak laki-laki―dengan menyapa dari ambang pintu. Mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Wanita Sandwich   5. Alasan Mengapa Tidak Mau Membawa Teman Main Ke Rumah

    Ada bermacam alasan mengapa beberapa individu tak suka mengundang kawannya ke rumah. Antara lain karena teman suka berhutang, karena teman suka memberantakkan kamar, dan karena belum akrab.Sehingga apabila ditilik dari tipe kepribadiannya, yakni ISFJ, besar kemungkinan Rostiana cenderung pada opsi terakhir. Sebab ia memang merasa belum akrab dengan Tami maupun Selena. Belum ada kemistri, belum ada kedekatan batin yang mengharuskannya berkata dengan sopan nan riang; "Silahkan, masuk ke rumahku. Jangan sungkan untuk makan cemilannya. Anggap saja rumah sendiri."Tidak, tidak.Rostiana bukan tipe manusia yang seperti itu dan sejujurnya, semenjak ia mengenal bangku sekolah di jaman TK dahulu hingga sekarang,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Wanita Sandwich   6. Kalau Sudah Sebangku = BFF?

    Begini, ya.Tolong apabila dirimu sedang berada di rumah seorang teman, walau si pemilik rumah telah berkata, "Anggap saja rumah sendiri. Tak usah sungkan", itu bukan berarti boleh ongkang-ongkangkaki sembaranganatau mengambil barang-barang tanpa bilang. Setidak penting apapun barang itu, tetaplah bukan hal yang benar. Sebab ini sudah masuk dalam ranah pencurian walau akan sulit untuk diperkarakan.Tapi, inilah yang berbeda dari Selai Selena―yang katanya gadis tercantik seangkatan. Baginya ada rumus pertemanan semacam ini;(Saling mengetahui nama + Duduk satu bangku yang sama)x Telah berkunjung ke rumah = Sahabat Sejati.Begitulah pola pikirnya. Jadi jangan kaget apabila Selena tiba-tiba saja meminta untuk main ke rumah Rostiana walau mereka baru dekat selama satu hari, alasannya karena Selena telah menjadi teman sebangku Rostiana. Juga jangan heran saat gadis ini ingin ikut ke kamartidur, sebab Selena merasa telah menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05

Bab terbaru

  • Wanita Sandwich   6. Kalau Sudah Sebangku = BFF?

    Begini, ya.Tolong apabila dirimu sedang berada di rumah seorang teman, walau si pemilik rumah telah berkata, "Anggap saja rumah sendiri. Tak usah sungkan", itu bukan berarti boleh ongkang-ongkangkaki sembaranganatau mengambil barang-barang tanpa bilang. Setidak penting apapun barang itu, tetaplah bukan hal yang benar. Sebab ini sudah masuk dalam ranah pencurian walau akan sulit untuk diperkarakan.Tapi, inilah yang berbeda dari Selai Selena―yang katanya gadis tercantik seangkatan. Baginya ada rumus pertemanan semacam ini;(Saling mengetahui nama + Duduk satu bangku yang sama)x Telah berkunjung ke rumah = Sahabat Sejati.Begitulah pola pikirnya. Jadi jangan kaget apabila Selena tiba-tiba saja meminta untuk main ke rumah Rostiana walau mereka baru dekat selama satu hari, alasannya karena Selena telah menjadi teman sebangku Rostiana. Juga jangan heran saat gadis ini ingin ikut ke kamartidur, sebab Selena merasa telah menjadi

  • Wanita Sandwich   5. Alasan Mengapa Tidak Mau Membawa Teman Main Ke Rumah

    Ada bermacam alasan mengapa beberapa individu tak suka mengundang kawannya ke rumah. Antara lain karena teman suka berhutang, karena teman suka memberantakkan kamar, dan karena belum akrab.Sehingga apabila ditilik dari tipe kepribadiannya, yakni ISFJ, besar kemungkinan Rostiana cenderung pada opsi terakhir. Sebab ia memang merasa belum akrab dengan Tami maupun Selena. Belum ada kemistri, belum ada kedekatan batin yang mengharuskannya berkata dengan sopan nan riang; "Silahkan, masuk ke rumahku. Jangan sungkan untuk makan cemilannya. Anggap saja rumah sendiri."Tidak, tidak.Rostiana bukan tipe manusia yang seperti itu dan sejujurnya, semenjak ia mengenal bangku sekolah di jaman TK dahulu hingga sekarang,

  • Wanita Sandwich   4. How These Girls Make Friends

    Syarat pertama; Harus ada yang mendekat terlebih dulu.Itu aturan paling penting apabila ingin mengenal siapapun dan apapun secara lebih mendalam. Bahkan, konon katanya, seekor pelatih singa harus masuk ke dalam kandang singa untuk bisa memahami perasaan si raja sabana itu. Yah, berharap saja si pelatih tidak dimakan singa sebelum ia dapat memahami perasaannya.Tapi, singkirkan dulu percontohan pada si singa. Agak tak singkron, sebabnya. Mari mengarah pada bagaimana Rostiana yang menunjukkan senyuman canggung manakala Selena, dengan seenaknya, duduk di kursi sebelah gadis pemalu itu. Tanpa permisi, tanpa ijin terlebih dahulu.Alasannya, "Untung kita sudah saling kenal, ya, kemarin," kata Selena riang.Rostiana sendiri bukannya tidak mau duduk sebangku dengan Selena, dia hanya terkejut saja karena gadis tercantik seangkatan itu langsung mencuri perhatian seluruh kelas―terutama perhatian anak laki-laki―dengan menyapa dari ambang pintu. Mel

  • Wanita Sandwich   3. Biasanya, Pertemanan Selalu Bermula Seperti Ini; 'Perkenalkan, Nama Saya...'

    Jika diingat-ingat lagi, itu sudah belasan tahun yang lalu. Mungkin nyaris dua puluh tahun berlalu. Saat mereka masih setinggi dua tumpuk kursi, masih berkulit kencang seperti karet gelang, dan masih berbau asam apabila terlalu lama berada di bawah terik matahari. Yakni saat kegiatan yang disebut ospek. Ditandai dengan para murid baru yang dipaksa berdandan macam badut tolol dengan pernak-pernik gila―yang bahkan orang gila pun tidak sebegitunya―yang masih canggung antara satu dengan yang lain, yang masih takut-takut serta sungkan pada senior sok galak, serta kerap melongok-longok untuk mencari teman yang telah dikenal. Berkelompok masing-masing. Tapi, tidak dengan tiga gadis itu. Tiga. Yang pertama cukup cantik. Sangat cantik, malah. Membuat beberapa senior berkelamin jantan kerap melirik-lirik pada gadis ini. Beberapa malah nekat mendekat dan memberi perhatian lebih. Seperti misalnya; "Dik, kamu nggak usah ikut sit up. Ber

  • Wanita Sandwich   2. Kalimat 'Hai, Apa Kabar' Itu Sudah Kuno

    Sebagai anak gaul dari jaman Cinta dan Rangga masih berciuman di bandara, ketiga wanita ini melakukan tos dengan penuh gaya. Mengulang perilaku gaul di masa remaja.Sulit untuk dideskripsikan, tapi kira-kira seperti ini; Mereka menumpuk telapak tangan, menggoyang-goyangkannya, lalu saling membentuk simpul dengan jari masing-masing seperti para ninja dari Konoha―tapi sepertinya salam tiga sekawan ini lebih sulit―kemudian melemparkan tangan mereka ke atas seraya menyerukan yel-yel,"Go Go Girls! Girls go go!"Sungguh tak punya malu! Sudah berumur juga. Tapi mereka tetap melakukannya dengan tawa dan riang gembira. Mengabaikan beberapa pasang mata yang semenjak tadi menonton dengan geli ke arah mereka. Bahkan anak-anak Selena langsung melipir ke cafe Joglo

  • Wanita Sandwich   1. Reuni; Suatu Pertemuan Kembali

    Sebenarnya begini, karena pada dasarnya masyarakat di negara kita telah terbiasa tumbuh dengan memakan nasi, maka sarapan roti itu adalah hal yang kurang umum. Kecuali jika dipengaruhi oleh sinetron dari tahun 90-an yang mana akan selalu ada tiga hal ini di meja makan para tokohnya;Roti, Selai, dan Jus Jeruk. Ketiganya adalah menu mutlak.Tapi semenjak masa milenium menyerang, semua orang di negeri agraris ini mulai terbiasa sarapan roti. Beberapa bahkan mulai memakan sereal alih-alih lontong sayur atau oatmeal alih-alih bubur ayam. Kebule-bulean.Namun mengesampingkan hal di atas, sesungguhnya ini bukanlah perkara menu makanan atau semacamnya―walau tak dapat dipungkiri, ke depannya akan ada secuil pembahasan mengenai itu―melainkan ini tentang anak-anak Selai Se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status