“Bagaimana bisa seperti ini,“ Lirih Aditya. Dia terpaksa harus menerima kenyataan jika Felix yang mereka tunggu bukan lagi menjadi pemilik Felix Global Trade.Tidak hanya itu, Vicky yang baru saja mengungkapkan identitasnya membuat Aditya putus asa, jika dibandingkan dengan keluarga Ayah Vicky di Rusia, Felix memang hanyalah batu kerikil kecil yang dapat keluarga Vicky singkirkan kapan saja.Aditya kembali mengutuk Efendi yang telah tiada, jika sedari awal dia tahu identitas Vicky yang sebenarnya, dia tentu tidak akan bekerja sama dengan Lingga untuk menjatuhkan Keluarga Dharma.“Ayah, kita sebaiknya meninggalkan tempat ini, pria yang bernama Barry itu sangat berbahaya,” bisik Giyan dengan wajah pucat kepada Ramon.Giyan semakin ketakutan, dia tidak hanya sering menghina Vicky, tapi dia juga telah meniduri Manda yang merupakan tunangan Vicky dulu. Dia tahu jika Vicky tentu tidak akan memaafkan perbuatannya selama ini, karena itulah dia ingin secepatnya meninggalkan tempat ini.Ramon m
“Aku tidak setuju dengan pertunangan kalian berdua! Vicky seharusnya menjadi tunanganku, wanita itu telah merebut Vicky dariku!”Suara teriakan Manda membuat Vanya dan kedua orang tuanya yang berjalan menuju panggung sontak terhenti melihat ke arah Manda. Begitu pula dengan Vincent dan Alyona yang mendampingi mereka.Dia begitu cemburu dan marah ketika Vicky mengumumkan rencana pernikahannya dengan Vanya yang akan dilangsungkan bulan depan.Manda berdiri di depan panggung sambil menatap Vanya dengan tatapan penuh kebencian. Dia ingin membongkar kedok Vanya di depan keluarga Vicky dan para tamu yang hadir di tempat itu.“Vicky selama ini sangat baik kepadaku, dia terus memperhatikan dan juga memperlakukanku dengan lembut. Aku tahu jika dia mencintaiku, harus aku akui jika aku sudah membuat kesalahan, tapi jika wanita ini tidak menggoda Vicky terus-menerus, aku yakin jika Vicky akan memaafkan semua kesalahanku.”Kata-kata Manda menggema di ruangan itu, dia mengepalkan kedua tangannya da
Vicky menyeka airmata yang membasahi pipi kekasih hatinya itu menggunakan ibu jarinya dengan lembut, “Vanya... Aku benar-benar beruntung karena di cintai oleh wanita sepertimu.”Tangis Vanya semakin pecah akibat penuturan Vicky, pria itu mengusap lembut surai rambut kekasihnya dan Vanya langsung menghambur masuk ke dalam pelukannya.Vicky tersenyum dan mengusap lembut punggung Vanya. Begitu kekasihnya itu mulai tenang. Vicky melepaskan pelukannya dan tersenyum manis. "Aku ingin menyapa Ayah dan Ibu," ucapnya pelan sambil menunjuk ke arah Bima dan Utari.Vanya mengangguk pelan, kemudian Vicky menghampiri kedua orang tua Vanya."Ayah, Ibu, Maafkan Vicky," ucap Vicky pelan dengan mata berkaca-kaca. Dia menunduk dan mencium tangan orang tua Vanya.Bukannya menjawab permintaan maaf Vicky, Bima dan Utari langsung memeluk Vicky yang ternyata adalah putra dari sahabat mereka.Rasa haru tidak dapat mereka bendung. Tangisan pun pecah oleh keduanya saat memeluk Vicky. Membuat Vicky tidak dapat m
“Aku minta maaf karena kami tidak bisa tinggal lebih lama, ada beberapa hal yang harus kami siapkan,” Ucap Ivan Barata kepada Vicky dan Vanya.Mereka berdua sedang berada di depan pintu hotel untuk mengantar kepergian Ivan, Jafin dan Billy.“Tidak apa-apa Kak, kehadiran kalian saja sudah sangat membuat kami senang,” balas Vicky yang langsung di beri anggukan kepala disertai senyuman oleh Vanya.“Sayang sekali karena Kak Nabila, Kak Olma dan Kak Alexa tidak bisa datang, pasti akan seru kalau mereka juga hadir tempat ini,” sambung Vanya mengingat ketiga wanita cantik yang sudah dia anggap sebagai kakak perempuannya.Ivan, Jafin dan Billy saling menatap, mereka lalu kompak tertawa bersama, "Hahahah..." mereka membayangkan bagaimana jadinya jika istri-istri mereka melihat kejadian tadi.“Nabila dan Olma mungkin tidak masalah, tapi menurutmu akan seperti apa reaksi Alexa saat melihat wajah orang-orang yang terus menyerang keluargamu tadi?” kata Ivan kepada Vanya.Vicky dan Vanya yang sudah
“Kakek meminta kami untuk memanggilmu, ada tamu penting yang harus kita bertiga temui,” Ucap Vincent yang sudah bersama Vicky dan Vanya di depan Aula.“Tamu penting? Apa kamu tahu siapa orangnya?” Tanya Vicky balik.Vincent menggelengkan kepalanya sambil mengangkat kedua bahunya, “Hmm tidak kak, tapi sepertinya dia orang yang cukup penting karena Kakek meminta kita untuk menemuinya, mungkin salah satu keluarga penting kenalan Kakek,” jawabnya.“Apa mungkin keluarga Kak Austin?” tebak Vicky. Namun dia langsung menepis kemungkinan itu, "Hmm, tidak mungkin keluarga Harold di Jerman akan repot-repot datang karena hal seperti ini."“Kak Austin yang dari Jerman?” Tanya Vanya yang juga sudah mendengar cerita Austin dan Bella dari Nabila.“Iya sayang...” jawab Vicky singkat.“Sudah... tidak usah memikirkan hal itu, lebih baik kita temui saja tamu penting itu!! Ayo Kak Vanya,” celutuk Alyona lalu menarik pelan lengan Vanya.Vicky dan Vincent mengikuti mereka berdua, dari pesan Kakeknya, tiga b
Beberapa saat berlalu dengan cepat, tak ada lagi air mata yang tumpah, suasana hangat penuh canda dan tawa memenuhi ruangan VVIP tempat Vicky dan keluarganya berada.Arthur memandangi ketiga wajah anaknya, sesekali dia tampak merangkul pundak Alyona yang sedang bercerita banyak hal kepadanya dan juga kepada Istrinya.Vicky dan Vincent sendiri lebih banyak diam, dia memberi waktu bagi adiknya untuk berbagi cerita dengan kedua orang tuanya. Mereka berdua sangat paham jika Alyona yang paling terpukul ketika kedua orang tua mereka memalsukan kematian.Setelah Alyona selesai bercerita, tiba-tiba Laras teringat sesuatu hal yang tak kalah pentingnya, dia pun segera menanyakan itu ke Vicky.“Jadi di mana calon menantuku? Bukannya kalian tadi datang bersamanya?” Tanya Laras.“Iya, aku juga penasaran ingin bertemu dengannya, terakhir kali aku melihatnya saat dia masih berumur 3 tahun,” sambung Arthur tidak kalah antusiasnya.Vicky tersenyum, dia lalu beranjak dari duduknya, “Sepertinya dia menu
“Berangkat?!” kompak Vicky dan Vanya bertanya.Vincent dan Alyona juga memiliki pikiran yang sama, mereka berdua bertanya-tanya maksud ucapan Arthur tadi."Kemana Ayah?" Tanya Alyona.“Ayo ikut saja, kalian akan mengetahui jawabannya sebentar lagi,” sahut Arthur sambil beranjak dari duduknya bersama Laras.Vicky, Vanya, Vincent dan Alyona mengikuti Arthur dan Laras yang sudah berjalan lebih dulu, mereka bertanya-tanya ke mana Arthur hendak membawa mereka.Dua mobil Roll Royce berwarna putih dengan simbol keluarga Vladislav telah menunggu kedatangan mereka di depan hotel.Arthur, Laras, Vincent dan Alyona naik di mobil yang sama, sementara Vicky dan Vanya naik di mobil yang lainnya.Begitu mobil mereka keluar dari hotel, beberapa mobil sedan berwarna hitam langsung bergabung mengawal mereka.“Sayang... ke mana kita akan pergi?” Tanya Vanya yang sedang merangkul mesra lengan Vicky.“Entahlah, aku tidak bisa menebak pikiran ayah,” balas Vicky yang juga tidak tahu kemana tujuan mereka.Be
18 jam kemudian di Rusia…Barisan mobil sedan mewah berwarna hitam berbaris panjang di bagian kedatangan bandara Domodedovo Moskow-Rusia.Terlihat juga beberapa buah bus berwarna hitam berjajar rapi untuk akomodasi para tamu yang berasal dari Indonesia.Ratusan orang berseragam hitam berbaris rapi menyambut kedatangan keluarga nomor satu di Rusia itu.Baik di kendaraan maupun diseragam para pengawal, terlihat Logo keluarga Vladislav yang terkenal jarang tampil di publik. Warga yang kebetulan berada di bandara, langsung beramai-ramai mengabadikan momen langka itu menggunakan kamera ponsel mereka.Beberapa orang dari pihak kepolisian Rusia ingin menghentikan warga yang mengambil gambar ataupun merekam Video, itu adalah salah satu standar pengamanan khusus yang di terapkan ketika mengawal keluarga Vladislav.Namun polisi itu di hentikan oleh pengawal keluarga Vladislav. Dengan sopan pengawal itu berkata, “Untuk hari ini Tuan Vladimir mengizinkan siapa pun yang ingin mengabadikan momen