Vicky melangkahkan kakinya memasuki aula, semua orang langsung menatapnya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.Beberapa pemilik saham minoritas di Dharma Prakarsa Grup yang sudah pernah melihat Vicky saling berbisik pelan, mereka bertanya-tanya mengapa Vicky datang dengan status sebagai pemilik Felix Global Trade.“Bukankah dia adalah mantan CEO Prakarsa Wira Kanigara yang diberhentikan?“ bisik salah satu pemegang saham minoritas Dharma Prakarsa Grup kepada orang yang duduk di sampingnya.“Iya, aku juga pernah bertemu dengannya, bagaimana mungkin dia tiba-tiba menjadi pemilik Felix Global Trade?“ tanya pemegang saham minoritas lainnya.Perasaan Aditya campur aduk, dia merasa terkejut dan juga merasa sangat marah ketika melihat Vicky berjalan dengan santainya memasuki ruangan itu.“Mengapa bocah berengsek itu yang datang!” umpat Aditya dengan mata membelalak tajam ketika melihat Vicky dan bukannya Felix yang memasuki ruangan itu.Giyan, Ramon, Sheila dan Manda juga sama terkejut
“Bagaimana bisa seperti ini,“ Lirih Aditya. Dia terpaksa harus menerima kenyataan jika Felix yang mereka tunggu bukan lagi menjadi pemilik Felix Global Trade.Tidak hanya itu, Vicky yang baru saja mengungkapkan identitasnya membuat Aditya putus asa, jika dibandingkan dengan keluarga Ayah Vicky di Rusia, Felix memang hanyalah batu kerikil kecil yang dapat keluarga Vicky singkirkan kapan saja.Aditya kembali mengutuk Efendi yang telah tiada, jika sedari awal dia tahu identitas Vicky yang sebenarnya, dia tentu tidak akan bekerja sama dengan Lingga untuk menjatuhkan Keluarga Dharma.“Ayah, kita sebaiknya meninggalkan tempat ini, pria yang bernama Barry itu sangat berbahaya,” bisik Giyan dengan wajah pucat kepada Ramon.Giyan semakin ketakutan, dia tidak hanya sering menghina Vicky, tapi dia juga telah meniduri Manda yang merupakan tunangan Vicky dulu. Dia tahu jika Vicky tentu tidak akan memaafkan perbuatannya selama ini, karena itulah dia ingin secepatnya meninggalkan tempat ini.Ramon m
“Aku tidak setuju dengan pertunangan kalian berdua! Vicky seharusnya menjadi tunanganku, wanita itu telah merebut Vicky dariku!”Suara teriakan Manda membuat Vanya dan kedua orang tuanya yang berjalan menuju panggung sontak terhenti melihat ke arah Manda. Begitu pula dengan Vincent dan Alyona yang mendampingi mereka.Dia begitu cemburu dan marah ketika Vicky mengumumkan rencana pernikahannya dengan Vanya yang akan dilangsungkan bulan depan.Manda berdiri di depan panggung sambil menatap Vanya dengan tatapan penuh kebencian. Dia ingin membongkar kedok Vanya di depan keluarga Vicky dan para tamu yang hadir di tempat itu.“Vicky selama ini sangat baik kepadaku, dia terus memperhatikan dan juga memperlakukanku dengan lembut. Aku tahu jika dia mencintaiku, harus aku akui jika aku sudah membuat kesalahan, tapi jika wanita ini tidak menggoda Vicky terus-menerus, aku yakin jika Vicky akan memaafkan semua kesalahanku.”Kata-kata Manda menggema di ruangan itu, dia mengepalkan kedua tangannya da
Vicky menyeka airmata yang membasahi pipi kekasih hatinya itu menggunakan ibu jarinya dengan lembut, “Vanya... Aku benar-benar beruntung karena di cintai oleh wanita sepertimu.”Tangis Vanya semakin pecah akibat penuturan Vicky, pria itu mengusap lembut surai rambut kekasihnya dan Vanya langsung menghambur masuk ke dalam pelukannya.Vicky tersenyum dan mengusap lembut punggung Vanya. Begitu kekasihnya itu mulai tenang. Vicky melepaskan pelukannya dan tersenyum manis. "Aku ingin menyapa Ayah dan Ibu," ucapnya pelan sambil menunjuk ke arah Bima dan Utari.Vanya mengangguk pelan, kemudian Vicky menghampiri kedua orang tua Vanya."Ayah, Ibu, Maafkan Vicky," ucap Vicky pelan dengan mata berkaca-kaca. Dia menunduk dan mencium tangan orang tua Vanya.Bukannya menjawab permintaan maaf Vicky, Bima dan Utari langsung memeluk Vicky yang ternyata adalah putra dari sahabat mereka.Rasa haru tidak dapat mereka bendung. Tangisan pun pecah oleh keduanya saat memeluk Vicky. Membuat Vicky tidak dapat m
“Aku minta maaf karena kami tidak bisa tinggal lebih lama, ada beberapa hal yang harus kami siapkan,” Ucap Ivan Barata kepada Vicky dan Vanya.Mereka berdua sedang berada di depan pintu hotel untuk mengantar kepergian Ivan, Jafin dan Billy.“Tidak apa-apa Kak, kehadiran kalian saja sudah sangat membuat kami senang,” balas Vicky yang langsung di beri anggukan kepala disertai senyuman oleh Vanya.“Sayang sekali karena Kak Nabila, Kak Olma dan Kak Alexa tidak bisa datang, pasti akan seru kalau mereka juga hadir tempat ini,” sambung Vanya mengingat ketiga wanita cantik yang sudah dia anggap sebagai kakak perempuannya.Ivan, Jafin dan Billy saling menatap, mereka lalu kompak tertawa bersama, "Hahahah..." mereka membayangkan bagaimana jadinya jika istri-istri mereka melihat kejadian tadi.“Nabila dan Olma mungkin tidak masalah, tapi menurutmu akan seperti apa reaksi Alexa saat melihat wajah orang-orang yang terus menyerang keluargamu tadi?” kata Ivan kepada Vanya.Vicky dan Vanya yang sudah
“Kakek meminta kami untuk memanggilmu, ada tamu penting yang harus kita bertiga temui,” Ucap Vincent yang sudah bersama Vicky dan Vanya di depan Aula.“Tamu penting? Apa kamu tahu siapa orangnya?” Tanya Vicky balik.Vincent menggelengkan kepalanya sambil mengangkat kedua bahunya, “Hmm tidak kak, tapi sepertinya dia orang yang cukup penting karena Kakek meminta kita untuk menemuinya, mungkin salah satu keluarga penting kenalan Kakek,” jawabnya.“Apa mungkin keluarga Kak Austin?” tebak Vicky. Namun dia langsung menepis kemungkinan itu, "Hmm, tidak mungkin keluarga Harold di Jerman akan repot-repot datang karena hal seperti ini."“Kak Austin yang dari Jerman?” Tanya Vanya yang juga sudah mendengar cerita Austin dan Bella dari Nabila.“Iya sayang...” jawab Vicky singkat.“Sudah... tidak usah memikirkan hal itu, lebih baik kita temui saja tamu penting itu!! Ayo Kak Vanya,” celutuk Alyona lalu menarik pelan lengan Vanya.Vicky dan Vincent mengikuti mereka berdua, dari pesan Kakeknya, tiga b
Beberapa saat berlalu dengan cepat, tak ada lagi air mata yang tumpah, suasana hangat penuh canda dan tawa memenuhi ruangan VVIP tempat Vicky dan keluarganya berada.Arthur memandangi ketiga wajah anaknya, sesekali dia tampak merangkul pundak Alyona yang sedang bercerita banyak hal kepadanya dan juga kepada Istrinya.Vicky dan Vincent sendiri lebih banyak diam, dia memberi waktu bagi adiknya untuk berbagi cerita dengan kedua orang tuanya. Mereka berdua sangat paham jika Alyona yang paling terpukul ketika kedua orang tua mereka memalsukan kematian.Setelah Alyona selesai bercerita, tiba-tiba Laras teringat sesuatu hal yang tak kalah pentingnya, dia pun segera menanyakan itu ke Vicky.“Jadi di mana calon menantuku? Bukannya kalian tadi datang bersamanya?” Tanya Laras.“Iya, aku juga penasaran ingin bertemu dengannya, terakhir kali aku melihatnya saat dia masih berumur 3 tahun,” sambung Arthur tidak kalah antusiasnya.Vicky tersenyum, dia lalu beranjak dari duduknya, “Sepertinya dia menu
“Berangkat?!” kompak Vicky dan Vanya bertanya.Vincent dan Alyona juga memiliki pikiran yang sama, mereka berdua bertanya-tanya maksud ucapan Arthur tadi."Kemana Ayah?" Tanya Alyona.“Ayo ikut saja, kalian akan mengetahui jawabannya sebentar lagi,” sahut Arthur sambil beranjak dari duduknya bersama Laras.Vicky, Vanya, Vincent dan Alyona mengikuti Arthur dan Laras yang sudah berjalan lebih dulu, mereka bertanya-tanya ke mana Arthur hendak membawa mereka.Dua mobil Roll Royce berwarna putih dengan simbol keluarga Vladislav telah menunggu kedatangan mereka di depan hotel.Arthur, Laras, Vincent dan Alyona naik di mobil yang sama, sementara Vicky dan Vanya naik di mobil yang lainnya.Begitu mobil mereka keluar dari hotel, beberapa mobil sedan berwarna hitam langsung bergabung mengawal mereka.“Sayang... ke mana kita akan pergi?” Tanya Vanya yang sedang merangkul mesra lengan Vicky.“Entahlah, aku tidak bisa menebak pikiran ayah,” balas Vicky yang juga tidak tahu kemana tujuan mereka.Be
8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar
“Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf
Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi
Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu
Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng
Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn
Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar
“Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d
Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana