Satu minggu kemudian
Kaki zain sudah sembuh. Ia bisa berjalan seperti sedia kala. Hanya ada sedikit bekas luka di kakinya. Ia berencana menemui dokter kulit di luar negeri sekaligus honeymoon setelah hari pernikahannya. Zain merasa lega atas kesembuhannya. Lima hari lagi adalah hari pernikahan Zain dan Syifa.Didepan gedung apartemen, Bella berjalan dengan tergesa-gesa. Ini adalah hari terakhirnya untuk memeriksa Zain. Terdengar suara asing yang memanggilnya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Azka disana.
"Bella." Panggil Azka.
"Azka." Ucap Bella heran. Ia tidak menyangka dipanggil oleh laki-laki yang dikaguminya.
"Kebetulan saya lewat dan membeli beberapa sarapan. Ini untukmu dan satu lagi untuk pasienmu." Azka menyodorkan dua kotak berisi makanan dan 2 botol minuman.
Bella hanya diam menatap Azka. Ia mengagumi wajah tampan dan rupawannya.
"Kok, bengong. Ayo ambil."
"Eh, iya terimakasih."
Azka berlalu mening
Keesokan harinya Sherly membelikan ponsel baru kepada Syifa. Ponsel Syifa sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Iya dengan berat hati memberikannya kepada Syifa. Sherly : "Sorry atas kejadian kmrn Fa, ni ponsel buat kamu."Syifa : "Thanks."Syifa duduk di kursi kerjanya dan mencoba memasukkan kartu nya tetapi kartunya telah rusak. " Kok nggak bisa sih, jangan jangan kartunya rusak lagi, oh my God." Keluh Syifa.Sepulang kerja ia terpaksa membeli nomor baru dan ia mencoba menghubungi Zain.Syifa : "Hallo Zain, ini aku Syifa, hp ku rusak kmrn jadi aku ganti hp dan nmr baru. Are you okey today?."Zain : "Hallo honey. I'm fine."Syifa : "Hari ini aku mau izin cuti lalu aku mau ke apartemen kamu setelah ini."Zain: "Tidak honey, aku akan jemput kmu hari ini."Syifa : "Beneran? Kamu Uda bisa nyetir sekarang?"Zain :" Udah dong. Kamu tenang aja "Tak lama kemudian Zain sudah berada di depan gedung tempat Syifa bekerja. Syifa datang menghampiri Zain. Di mobil Zain bercerita tentang kejadian aneh
"Ikhlaskan ayahmu, dia sudah tiada. Ikutlah ibu ke Jakarta" Suara wanita paruh baya yang beberapa jam lalu menghadiri pemakaman ayahnya. Sudah lama sekali ibunya pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya di desa. Sepuluh tahun yang lalu Hanna, ibu Asyifa pergi ke Jakarta untuk merantau dan bekerja disana. Dulu dia hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan percetakan dan sablon. Tetapi tiga tahun lalu dia sudah mendirikan perusahaan percetakan miliknya sendiri."Tidak ibu, aku ingin disini. aku akan menolong banyak orang seperti ayah". kata Asyifa yang masih meneteskan air matanya."Menjadi tukang sangkal Putung seperti ayahmu. Ibu tidak setuju. Kamu masih muda, Sayang. Bagaimana dengan masa depanmu?" ucap Hanna."Apalagi dulu ayahmu selalu menolak uang pemberian dari pasiennya dan itu yang membuat ibu pergi merantau. Ibu sangat menyayangi kalian, tetapi ibu juga tidak bisa hidup susah."Ya. Memang Pak Syarif. Almarhum ayah syifa tidak pernah mau meneri
Dikantor, Zain sedang duduk di kursi kerjanya. Dia berkutat dengan laptopnya, menggerakkan kursornya ke kanan dan kekiri sambil mengamati grafik pendapatannya bulan ini. Lalu Raka datang membuka pintu. Raka adalah sekretaris sekaligus orang kepercayaan Zain. Hanya dia yang bisa keluar masuk tanpa mengetuk pintu ruang CEO itu."Tuan, 10 menit lagi ada meeting dengan Tuan Handoko, client kita dari Surabaya." Ucap Raka."Baiklah." Zain mendongakkan wajahnya."Raka, Cari informasi tentang wanita tadi. Aku ingin informasinya secepat mungkin." Titah Zain."Baik, Tuan Muda. Saya akan meminta anak buah saya untuk menyelidiki wanita itu."Raka tidak banyak bertanya. Ia selalu menjalankan perintah Tuan Muda nya dengan baik dan rapi.Ditempat lain. Di sebuah ruang pijat, Syifa sedang memijat seorang wanita yang memanjakan dirinya dengan pijatan-pijatan syifa yang menenagkan. Satu bulan yang lalu syifa bergabung di tempat pusat kebugaran dan
Zain mengubah posisinya menjadi duduk."Kau menamparku?""Iya. Aku menamparmu. Kau mencuri ciuman pertamaku. Kau puas?" Ucap Syifa dengan amarah."Hei. Kau yang menggodaku lebih dulu." Dalih Zain"Aku tidak menggodamu. Kakiku terpeleset. Dan kau sudah menggunakan kesempatan itu untuk menggodaku." Ucap Syifa."Astaga. Aku menggodamu, yang benar saja. Baru kali ini ada wanita yang menolakku." Elak Zain."Kau fikir kau setampan itu, sehingga banyak wanita yang mau denganmu. Narsis sekali, tetapi sayang aku tidak suka caramu."Syifa segera turun dari ranjang King Size milik Zain. Ia segera pergi dari kamar itu dengan amarah yang masih ada di hatinya. Ketika ia sampai di pintu keluar dia tidak sengaja menabrak seseorang.Ketika Syifa mendorong pintu utama rumah megah itu ternyata ada seseorang yang juga akan membukanya sehingga dia terjatuh terdorong oleh pintu."Ahh" Teriak perempuan paruh baya itu.
Syifa ingin memejamkan matanya, tetapi bayangan wajah Zain selalu muncul di benaknya. Ia menyentuh bibirnya, mengingat adegan ciumannya tadi siang. 'Apakah aku jatuh hati padanya. Sepertinya otakku sudah mulai tidak waras' gumamnya. Ia juga mengingat kembali peritiwa 3 tahun lalu ketika menyelamatkan Zain. 'Saat itu mobil Zain mengalami rem blong dan ia menghindari tabrakan dengan pengendara lain sehingga ia menabrakkan mobilnya ke arah pohon. Syifa yang saat itu berada dekat dengan tempat kejadian membawa Zain keluar dari mobilnya tepat sebelum mobilnya meledak. Zain sempat melihat wajah Syifa sebelum ia pingsan. Syifa membawa Zain ke rumahnya dengan bantuan Azka, tetangga Syifa. Tetapi Azka malah membawanya ke rumahnya sendiri. Azka tinggal dirumahnya bersama neneknya. Dirumah Azka, Syifa mengobati luka Zain. Ketika ia melihat tangan kanan Zain. Ia menyafari bahwa tangan Zain bengkok dan berbelok lalu Syifa mengobati Zain dengan pijatan tangannya dan mantra suci yang ia ucapkan de
Sebuah lampu berwarna putih menyorot Syifa diantara kegelapan lalu sebuah lampu menyorot seorang pria didepannya yang berjarak 50 meter. Pria itu berjalan ke arah Syifa. Syifa terkejut karena melihat Zain disana. Zain berjalan ke arahnya. Ia mengambil mikrofon didepannya dan mengagetkan Syifa dengan pernyataannya."Syifa, sejak pertama kali kita bertemu, hatiku merasa berwarna, kau telah mengisi kekosongan yang ada pada diriku. Aku tahu ini terlalu cepat. Tetapi cinta tidak mengenal waktu, berapa lama kita bertemu atau berapa lama kita bersama. Cinta datang dari hati, dan didalam hatiku hanya ada satu namamu, Syifa. Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanya Zain.Syifa terdiam. Ia belum bisa menerima semua yang Zain katakan. Hanya saja ia tidak mau membuatnya dan Zain malu karena menolaknya. Para tamu mulai bersuara."Terima, terima, terima."Syifa yang bingung lidahnya berkata tanpa ia pikirkan apa konsekuaensinya."Iya. Aku men
Zain mengawali paginya dengan senyum di wajahnya. Kehadiran Syifa membuat kehidupan Zain semakin lengkap. Ia melangkahkan kakinya dengan semangat untuk memulai pekerjaannya. Tiba-tiba Ratih menghentikan langkahnya."Ada apa ma?" Tanya Zain."Lihat berita hari ini. Apa maksud isi berita itu? Apa benar kamu menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisonal. Memalukan sekali.""Memangnya kenapa kalau dia seorang tukang pijat? Aku memang mencintainya." Ucap Zain santai. Ia melihat berita di koran, majalah dan media internet. Ternyata banyak berita bermunculan tentang dirinya.'Pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup, Zain haruna Sanjaya menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisional''Tukang pijat tradisional merayu pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup' disertai foto mereka saat dipantai."Siapa yang berani membuat berita seperti ini." Geram Zain. Zain keluar dari rumahnya dengan amarah. Dia tidak suka ada orang yang membuat
Zain menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih awal. Ia segera pergi untuk menjemput Syifa. Sesampainya ditempat Syifa. Zain menemuinya. Ia berpapasan dengan Azka di lobi."Hai, bukankah kamu Zain? Lama tidak bertemu.""Hai, kamu Azka, Bagaimana kamu bisa ada disini?""Aku pemilik usaha ini. Ayahku sibuk diluar negeri dan aku menggantikannya. Nenekku di desa ditemani pamanku. Jadi, aku di Jakarta sekarang. Bisakah kita berteman?""Tentu saja. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama." Ucap Zain dengan tulus."Apa kamu akan menjemput Syifa?." Tanya Azka."Bagaimana kau tahu?" Zain menyelidik."Hanya menebak saja. Di internet berita tentangmu sedang menjadi topik utama." Ucap Azka dengan prihatin."Iya. Aku memang menjemputnya. Media memang suka berlebihan. Aku sudah membereskannya. Berita itu sudah tidak bisa dilihat lagi di internet beberapa menit yang lalu." Kata Zain."Benarkah? Kau sangat h
Keesokan harinya Sherly membelikan ponsel baru kepada Syifa. Ponsel Syifa sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Iya dengan berat hati memberikannya kepada Syifa. Sherly : "Sorry atas kejadian kmrn Fa, ni ponsel buat kamu."Syifa : "Thanks."Syifa duduk di kursi kerjanya dan mencoba memasukkan kartu nya tetapi kartunya telah rusak. " Kok nggak bisa sih, jangan jangan kartunya rusak lagi, oh my God." Keluh Syifa.Sepulang kerja ia terpaksa membeli nomor baru dan ia mencoba menghubungi Zain.Syifa : "Hallo Zain, ini aku Syifa, hp ku rusak kmrn jadi aku ganti hp dan nmr baru. Are you okey today?."Zain : "Hallo honey. I'm fine."Syifa : "Hari ini aku mau izin cuti lalu aku mau ke apartemen kamu setelah ini."Zain: "Tidak honey, aku akan jemput kmu hari ini."Syifa : "Beneran? Kamu Uda bisa nyetir sekarang?"Zain :" Udah dong. Kamu tenang aja "Tak lama kemudian Zain sudah berada di depan gedung tempat Syifa bekerja. Syifa datang menghampiri Zain. Di mobil Zain bercerita tentang kejadian aneh
Satu minggu kemudianKaki zain sudah sembuh. Ia bisa berjalan seperti sedia kala. Hanya ada sedikit bekas luka di kakinya. Ia berencana menemui dokter kulit di luar negeri sekaligus honeymoon setelah hari pernikahannya. Zain merasa lega atas kesembuhannya. Lima hari lagi adalah hari pernikahan Zain dan Syifa. Didepan gedung apartemen, Bella berjalan dengan tergesa-gesa. Ini adalah hari terakhirnya untuk memeriksa Zain. Terdengar suara asing yang memanggilnya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Azka disana. "Bella." Panggil Azka. "Azka." Ucap Bella heran. Ia tidak menyangka dipanggil oleh laki-laki yang dikaguminya. "Kebetulan saya lewat dan membeli beberapa sarapan. Ini untukmu dan satu lagi untuk pasienmu." Azka menyodorkan dua kotak berisi makanan dan 2 botol minuman. Bella hanya diam menatap Azka. Ia mengagumi wajah tampan dan rupawannya. "Kok, bengong. Ayo ambil." "Eh, iya terimakasih." Azka berlalu mening
Didepan rumah Syifa, Raka sudah berdiri didepan mobilnya dan menunggu lebih dari lima belas menit untuk menjemput Syifa. Ia melihat arloji ditangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30. Syifa keluar dari rumahnya mengenakan baju sepertiga lengan dengan warna biru polos dan rok sepanjang lutut. Terdapat kalung asesoris dilehernya. Ia terlihat rapi dan stylish. "Nona, Silahkan masuk." Raka membukakan pintu mobil. "Terima kasih." Mobil Rolls Royce hitam itu melesat meninggalkan rumah Syifa menuju apartemen Zain. Entah mengapa Syifa masih kesal karena Zain mempekerjakan perawat wanita di apartemennya. Dia hanya seorang perawat dan mengapa Syifa cemburu. Pikiran Syifa perlu dibersihkan dari pikiran negatif tentang Zain. Mereka sampai di apartemen Zain. Zain membukakan pintu untuk Syifa dan mempersilahkannya untuk duduk. Syifa duduk di sofa ruang tamu diikuti Zain. Di atas meja terdapat album undangan pernikahan yang
Di depan swalayan yang terletak dekat dari apartemen, Bella sudah menyelesaikan belanjaannya. Ia membawa dua plastik besar dengan banyak bahan makanan dan buah buahan. Keringat bercucuran dipelipisnya. "Melelahkan sekali." Ia mengusap keringat yang menetes di dahinya. Tangannya terasa pegal membawa banyak barang. "Brug" Tidak sengaja Bella menabrak dada bidang tubuh tegap di depannya. Hatinya berdegup kencang. Seorang pria mengambilkan dua kantong plastik besar berwarna hitam itu. "Apa anda baik-baik saja." Pria itu mendongakkan wajahnya. Menampakkan senyum yang menawan hati siapapun yang melihatnya. Bella tertegun sesaat. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya pada pria didepannya. Ia sulit berkata- kata. Bibirnya terasa berat mengungkapkan kekagumannya. "Tampan." Bella berkata dengan sangat pelan. Ia melongo seperti orang yang linglung."Apa?" Tanya pria itu."Tidak ada. lupakan saja. Maaf aku tidak meli
Zain mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti mengapa ekspresi wajah Syifa mendadak masam dan pergi begitu saja. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Raka sudah siap menjemput Tuannya untuk pulang ke apartemen. Sebuah tongkat bantu jalan digunakan Zain untuk menopang bagian tubuhnya saat berjalan. Mobil lamborghini melesat melewati jalanan yang padat. Banyak kendaraan berlalu lalang membuat kemacetan yang membosankan. "Raka, apa kamu sudah menyelidiki suruhan siapa preman-preman yang berani mencelakaiku kemarin?" "Aku sudah menyuruh orang-orang kita menyelidikinya. Namun plat mobil mereka palsu. Kami sedikit kesulitan menyelidiki mereka karena mereka tidak meninggalkan jejak apapun." "Selidiki lagi lebih lanjut. Aku tidak mau mereka lolos begitu saja." "Baik Tuan Muda." Sesampainya di apartemen kelas atas yang megah dan luas miliknya. Zain merebahkan tubuhnya di ranjang king size yang lembut. Kakinya terasa p
Syifa mengemudikan mobil menuju ke rumah sakit. Sesekali Zain melirik Syifa. Sorot matanya memancarkan kekaguman atas keindahan makhluk Tuhan yang ada didepannya.Mereka sampai di rumah sakit dan Zain segera mendapatkan pertolongan. Zain diberikan obat luar dan diberi perban. Dokter juga meresepkan beberapa obat untuk diminum. "Dokter, bagaimana keadaannya?" Tanya Syifa cemas."Untunglah lukanya tidak terlalu serius. Dua atau tiga hari lagi perban sudah bisa dibuka." Dokter memberikan penjelasan seperlunya."Syukurlah. Terima kasih, Dok.""Sama-sama."Syifa memasuki ruang pasien VIP dan duduk disebelah Zain di ranjang pasien."Kamu pasti akan segera sembuh. Apakah ini sakit?" Tangan Syifa memegang kaki Zain yang berbalut perban. "Kau sangat perhatian padaku." Syifa membalas perkataan Zain dengan tersenyum simpul. Malam semakin larut. Syifa membuka ponselnya dan membaca sebuah pesan masuk dari Hanna. Ibunya menghawat
Sebuah mobil sedan hitam mengikuti mobil Zain dari belakang. Mereka menyadari bahwa sasaran telah mengetahui posisi mereka. Salah seorang dari mereka menelpon kawanannya untuk mengepung Zain ditempat yang sepi.Saat mobil Zain melewati jalan sepi, ia dan Syifa dikepung oleh tiga mobil yang berada di depan, samping dan belakang mobilnya. Mereka berjumlah dua belas orang dengan badan tinggi dan kokoh. Kawanan preman tersebut adalah pembunuh bayaran."Keluar kalian!" Bentak salah seorang preman sambil menggedor-gedor pintu depan."Zain, bagaimana ini, Siapa mereka? apa mau mereka?" Ada kecemasan di wajah Syifa. Mukanya menjadi pucat pasi."Tenanglah. Tetaplah disini. Aku akan keluar.""Hati-hati."Zain keluar dari mobilnya menghadapi kawanan preman yang bertubuh besar dan menakutkan.Keahlian Zain dalam berkelahi tidak diragukan namun ia hanya sendirian sedangkan mereka berjumlah belasan orang. Sepertinya mereka dikirim oleh
Syifa mengambil sepiring cah kangkung seafood untuk Zain. Memperlisahkan Zain untuk menikmati masakan buatannya. Zain yang sedang dalam mood yang buruk menjadi tidak berselera. Ia menyendokkan hidangan ke mulutnya dan rasanya sangat lembut dilidah. Manis gurihnya terasa pas. Namun Zain tidak mau mengakuinya."Rasanya biasa saja. Tidak enak sama sekali." Ucap Zain."Benarkah? Apakah lidahmu sedang bermasalah? Menurutku ini sangat lezat." Kata Syifa dengan sangat yakin."Iya. Ini begitu nikmat." Tambah Azka."Kalau kamu tidak suka, biar aku yang memakannya nanti." Ucap Syifa."Dasar rakus. Karena kamu yang memasak. Aku akan menghabiskannya walaupun rasanya sangat kacau." Ucap Zain."Bilang saja kalau sebenarnya kamu suka." Syifa bergumam pelan sehingga tidak terdengar ditelinga Zain. Senyum tipis terlihat diwajahnya. Setelah selesai menikmati masakan buatan Syifa. Zain mengajak Syifa pergi ke butik langganannya untuk fitting dress pengantin. Acara pernikahan
Dibalkon rumah yang megah. Seorang pria berbadan tinggi dan tegap sedang memandang kearah luar. Sesekali ia menyesap rokok untuk menghilangkan rasa frustasinya. Pandangan matanya memancarkan api kebencian dan kecemburuam. Mengetahui wanita yang selama ini dicintainya memilih Zain yang baru dikenalnya.Hatinya tercabik-cabik. Ia merasakan sakit yang amat sangat. Azka membayangan saat Syifa tersenyum padanya. Memorinya saat masih remaja terulang dalam benaknya. Ia sangat merindukan Syifa kecil yang menggenggam tangannya, menghiburnya saat merasa sedih. Menunggunya saat hendak pergi kesekolah. Saat-saat mereka bersama dulu.Dalam hati ia berkata 'Jika aku tidak bisa mendapatkan Syifa, maka tak ada satu priapun yang bisa bersamanya.' Azka terbangun dalam lamunannya saat seseorang memanggilnya."Tuan Azka, Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu anda diruang keluarga." Kata seorang pembantu rumah tangga."Katakan kepada mereka. Aku akan segera kesana."