Share

Masa Lalu

Author: Hitam Putih
last update Last Updated: 2022-06-07 15:42:27
Tatapan wanita paruh baya itu tajam. Tangannya memegang kursi kayu dengan setengah mengeraskan pegangan, bibirnya sejak tadi sudah mengeluarkan ribuan keresahan yang barangkali sudah menggumpal menjadi kekesalan.

“Kau pikir mencari kerja itu gampang, hah? Ingat, ijazahmu hanya sebatas SMP!”

“Aku tau, tapi ini sudah kuputuskan!”

Nadaku tak kalah ditekan. Lelah juga sebenarnya, harus bermanis-manis kata meminta Ibu menginkanku, tetapi akhirnya selalu saja mendapat penolakan.

Lebih lagi dadaku yang harus terombang-ambing di balik perkataannya. Harus jauh dari keluarga, makan seadanya, teman yang kadang menipu, keadaan sekitar yang memakai konsep gue-gue lo-lo.

Belum lagi kemungkinan ijazah yang katanya dianggap terlalu rendah, apalagi yang lebih menyusahkan bila alasan untuk pergi justru tak dapat ditemukan di tempatnya? Yah, itu yang barangkali sudah menjadi pertimbangan Ibu, tetapi ini sudah kuputuskan dan risiko apa pun itu tak akan kepedulikan lagi.

“Apa pun keadaannya Ibu tidak me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Penghibur   Lelaki yang Sama

    "Ini untuk Obhek Karman, ini Obhek Saumi, Obhek Ahmad, Rasita .... "Aku memilah-milah bungkusan untuk oleh-oleh yang sempat kupersiapkan sebelum pulang. Ibu dan Lail ikut membantu, isi dan nama-namanya bahkan kami catat takut ada yang terlewat, masing-masing juga sudah kuselipkan amplop berisi uang dengan nominal yang berbeda. Yang paling besar untuk Obhek Ahmad, saudara tertua ibuku yang sebenarnya sangat-sangat tidak pantas dan bahkan sempat kuniatkan tak akan kukasih sama sekali. Namun, karena selain karena permintaan Ibu, aku juga ingin menunjukkan bahwa ada hal yang sudah benar-benar berubah dalam kehidupanku, Ibu, dan Lail. "Kamu itu kalau miskin ya miskin saja, tak perlu jadi parasit!" Itu yang diucapkan Obhek Ahmad saat dulu Ibu hendak meminjam uang untuk biaya SPP-ku yang sudah nunggak tiga bulan. Ibu bahkan hampir bersujud kalau-kalau tak ada aku yang waktu itu menghalangi, akibatnya aku jadi tak lulus karena tak ikut ujian. Sejak itu aku juga meminta ibu untuk sama-sama

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Bukan Berarti Baik-baik Saja

    “Saya pacarnya Rahma, Bu. Saya akan meni—” “Dia temanku, Bu!” Aku buru-buru memotong, setengah mengeraskan suara, tetapi tidak lagi melihat pada Ray, melainkan lebih-lebih pada Ibu Halima, Ravan, dan Ibu yang terlihat menganga karena Ray bahkan tak mau melepas cekalannya dari lenganku. “Saya boleh tinggal di tempat Ibu untuk sementara ini? Paling lama hanya dua harian, saya hanya menunggu kedatangan keluarga saya.” Ray malah bertanya itu setelah Ibu meminta pamitan pada Ibu Halima. Mungkin merasa tak enak karena bahkan Ravan pergi setelah menatap Ray dan aku. Lelaki itu juga sempat menyunggingkan senyum kecut, sesuatu yang entah apa karena perkataanku tadi atau karena Ray? “Tidak boleh. Rumahku bukan penginapan!” Aku menjawab cepat saat Ibu ingin mengiyakan. “Tetapi aku tidak memiliki kenalan selain kamu di sini, Ra. Kalau bukan di rumahmu di mana lagi?” “Terserah! Cari saja sebisamu. Itu bukan urusanku. Lepas!” Aku mengentakkan lengan dengan suara keras, tak memedulikan

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Lamaran

    Ray tidak muncul lagi setelah hari itu, atau sekalipun muncul hanya sesekali lewat di depan rumah, berbincang dengan orang-orang sekitar, atau bahkan dengan Ibu dan Lail. Ia tak menyapa, apalagi menunjukkan sifat arogannya itu, menatap pun lelaki itu seperti menghindari tatapanku. Hanya sekali ia akan menatap tajam begitu Ravan berkunjung dan berbicara denganku maupun Ibu dan Lail. Sampai hari itu, pagi setelah aku baru saja mandi dan menyiram tanaman serta menyiapkan sarapan untuk Lail dan Ibu, Ray datang bersama wanita sepantaran Ibu dengan baju batik bermotif kijang kujang, ditemani wanita berjilbab yang membuatku sesaat membeliak kaget, dia ... Chayra? Untuk beberapa saat aku hanya memandangi wanita itu, ia sendiri seperti kaget. Wajahnya itu masih sama, terlihat cantik dan manis, tetapi sedikit memucat dan tubuhnya juga mengurus. Aku tidak tahu apa yang sudah dilakukan Ray padanya, bisa jadi Chayra datang untuk melabrakku.Refleks aku memegang tangan Ibu, memintanya ke dalam, t

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Bertengkar

    "Saya tidak menduga kamu akan secepat itu memutuskan, padahal waktu saya meminta sekedar mengenal kamu, kamu hanya diam dan malah mengatakan sesuatu yang tidak ingin saya dengar."Ravan mengucap kalimat itu dengan satu kali tarikan napas. Seperti biasa pandangan lelaki itu ke bawah, entah ia sepertinya memang lebih suka menunduk. "Saya sebenarnya sudah lama memutuskan ini, saya menerima apa pun masa lalu kamu. Saya yakin kamu sudah berubah, tapi saya memang pengecut, saya tidak bisa terus terang sekalipun saya sudah dapat jawaban dari istikharah saya. Saya terlalu takut tidak bisa menjalani kehidupan kita nanti dan mengungkit-ungkit masa lalu kamu. Ego saya terlalu besar menuntut kesempurnaan dalam diri kamu, maafkan saya. Saya ingin sekali bersama kamu, tapi ... apa itu masih mungkin?"Ia mengakhirnya dengan senyum kaku, pandangannya seperti kosong ke depan. Aku tak tahu apa itu pertanyaan yang perlu kujawab atau sekadar pertanyaan pada dirinya sendiri. Untuk beberapa saat aku hanya

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Menikah

    “Jadilah pakaian yang baik untuk suamimu, Lek, menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas.” Ibu membisikkan kalimat itu setelah Ray resmi mengucapkan ijab qabul. Pelukannya erat disertai mata berkaca-kaca. Ibu Darsi, Lail, dan Chayra juga baru saja memelukku dan memberi banyak pesan. Make up mereka bahkan jadi agak luntur.Detik setelah itu, aku sudah harus menahan lelah karena terlalu banyak duduk atau berdiri menghadap para undangan saat pajangan pengantin. Berbagai hiasan, tarub juga hiburan ludruk digelar di depan rumah. Semuanya sesuai dengan keputusan keluargaku dan Ray beberapa hari lalu. Aku tak tahu bagaimana cara menolaknya, bahkan sekadar menggantinya pada qosidah sederhana dan mengundang beberapa orang.“Pernikahan itu terjadi sekali seumur hidup. Ia momen paling terpenting dan karenanya ibu ingin pernikahan anak Ibu mendapatkan yang terbaik. Lagipula jangan menolak tradisi dan adat bila merasa mampu, tak baik. Pamali!” katanya yang membuatku mau tak mau m

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Ada Apa Dengan Ibu?

    “Bu, Ibu di dalam, ‘kan?” Sembari kuketuk pintu kamar sesekali, tetapi tak ada jawaban. Hanya terdengar suara Ibu yang sedikit samar-samar seperti tengah berbicara dengan seseorang, entah siapa. Saat aku kemudian memilih masuk dan menghampirinya, Ibu tampak duduk di sisi ranjang dengan tangan menggenggam telepon. Aku rasa ia baru saja berbicara melalui telepon, anehnya wajah Ibu terlihat pucat dengan tatapan kosong? “Ibu kenapa?”Ibu mendelik, berpaling cepat, dan langsung mengusap wajah sembari mengucap istigfar.“Sejak kapan Rara di sini? Suamimu di mana?” tanyanya seolah baru menyadari kehadiranku. Telepon dalam gemgamannya bahkan cepat-cepat disembunyikannya di bawah bantal. Aku jadi melirik curiga pada benda pipih itu.“Ray masih di kamar, Rara mau tidur bareng Ibu, karena besok Rara sudah harus ke kota, Rara ingin tidur di hari terakhir Rara sama Ibu.” Aku menjawab itu sembari berbaring di samping Ibu, sebagai isyarat sekaligus tentang rencanaku dan Ray. “Tidak boleh, kamu tida

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Diary-ku

    Usai menyiapkan keperluan untuk berangkat ke kota, aku memilih menemui Ibu di kamarnya, berbantal di pangkuannya dengan perasaan yang semakin lama terasa semakin memberat. Jelas aku bahkan diam-diam berharap kalau yang terjadi akhir-akhir ini hanyalah mimpi buruk. Aku tidak pernah benar-benar ikhlas, dan kalau sudah begini mimpi-mimpi yang dulu terasa nyata hancur berantakan. "Nanti kalau Rara sudah menikah, apakah Ibu boleh tinggal sama Rara?" Itu pertanyaan yang dulu sempat Ibu lontarkan saat usiaku menginjak 16 tahun. Baru saja lulus MTs (setara SMP) dan mendaftar menjadi salah satu siswa SMA, tetapi Ibu malah membahas tentang rencana setelah menikah. Aku sempat memasang wajah kebingungan, tetapi akhirnya memilih menjawab, "Tentu, Bu, Rara malah akan buat rumah yang besar, biar nanti Rara sama Ibu dan Lail merasa nyaman di rumah itu." "Lalu suamimu?" "Apa Rara harus menikah?" Aku bertanya ragu, tepatnya seperti tidak rela jika kebahagian itu harus diakhiri cepat-cepat kare

    Last Updated : 2022-06-08
  • Wanita Penghibur   Ravan Mengetahuinya?

    Ravan? Entah sejak kapan lelaki itu ada di sini, dia membawa alat-alat pancing dan sesaat membuatku paham lalu buru-buru sadar dan turun dari perahu. "Tak usah. " "Eh?" "Tak usah turun, Ra. Duduk saja, Ra. Santai. Saya tidak ingin cepat-cepat mancing kok, paling nanti agak sedikit sorean." Dia berujar santai dan malah memilih duduk di posisi yang berhadapan denganku. Aku jadi tak paham sekaligus entah mengapa mendadak risih. "Suasananya nyaman ya, tenang dan lumayan segar. Kenapa dulu aku tidak tinggal di daerah ini saja, ya?" Rav langsung bercerita tanpa diminta. "Memangnya dulu di tempatmu tidak ada tempat yang seperi ini, Rav?" Rav tertawa, anehnya aku rasa pertanyaanku cukup jujur dan tidak ada yang lucu, karena setahuku Rav juga orang desa anak teman Ibu. Meski tentu sejak kecil aku tidak pernah bermain dengannya dan hal itu menjadi lebih wajar kalau kami sempat menjadi orang asing waktu bertemu di Bogor. "Ya ada sih, Ra, kan sama-sama di Saobi, bedanya dulu rum

    Last Updated : 2022-06-08

Latest chapter

  • Wanita Penghibur   Curiga

    Apa Gana menjebakku? Apa dia yang mencampur obat bius pada jus yang aku minum? Kalau memang benar kenapa Gana bisa seberani itu?Aku tahu sekali siapa Gana, Mami Berta menjadikan Gana orang kepercayaan bukan tanpa alasan. Gana tidak pernah melanggar aturan yang ditetapkan Mami Berta, dan tidak menggangguku adalah aturan yang sejak dulu Mami buat untuk Gana, apalagi Gana juga selalu menujukkan tidak pernah mau berurusan dengan keluarga Bagaskara. Tetapi sekarang? Apa dan kenapa?[Kamu sudah pulang, Rahma?] Itu dari nomor asing, aku baru membacanya setelah naik grab. Nomor itu ternyata bukan sekali itu mengirimiku pesan tapi juga semalam? Sekitar jam 21:40, dan hanya berisi kamu kenapa lama di dalam, Ra? Saat melihat di foto profilnya, dia ternyata ... Ravan?Astagfirullah, apa yang sebenarnya sudah Rav ketahui selama ini? Jelas sekali bohong kalau dia tidak tau apa-apa, kehadiran Rav tiba-tiba tadi malam sudah cukup membuktikan itu, ditambah lagi

  • Wanita Penghibur   Kesalahan

    "Gue pikir lo gak bakal ke sini lagi, Nona. Apa jadi Nyonya Bagaskara masih buat lo belum cukup uang? Atau karena lo kangen gue?"Gana mendekat, merangkul pinggangku, lalu meminta ditambahkan minuman, dua botol minuman sudah dibawa salah satu pelayan, bersamaan dengan Cha dan Pak Andro yang baru saja keluar. Dua orang itu anehnya bersikap seolah tak mengenaliku, Pak Andro terlihat lebih fokus pada Cha yang mabuk."Gue mau lo bantu gue!" Aku sedikit berkelit, mengeluarkan hp lalu menujukkan pada Gana. Gana melirik sekilas lalu langsung mengangkat tangan."Gue gak bisa!" Tubuh Gana bahkan pindah lalu duduk berhadapan denganku."Gan, lo udah menguasai jual beli di dark web maupun situs-situs gelap lainnya. Lo gak mungkin gak bisa.""Kalau lo tau situs-situs itu lo seharusnya bisa belanja sendiri, Nona! Gak perlu minta tolong gue! "Konyol! Selama jadi Nona Bintang aku tak pernah tahu urusan hal-hal seperti itu. Sekalipun p

  • Wanita Penghibur   Tempat yang Sama

    Ray tidak berbicara denganku lagi. Setelah pertengkaran kami siang tadi, dia lebih banyak diam, atau lebih tepatnya hanya mendiamkanku? Astaga, padahal seharusnya aku yang lebih berhak marah. "Kalau ada masalah, dibicarakan baik-baik, jangan saling diam. Hidup berumah tangga itu sudah pasti ada cobaannya."Ibu sampai setengah memperingati, mungkin karena selama di meja makan Ray bersikap tak kalah menyebalkan dibanding aku yang lebih banyak diam. Chayra sendiri sampai menghubungiku berkali-kali. Entah dari mana dia tahu, tapi dia kadang terkesan cerewet.[Teteh dan Kak Ray baik-baik saja, 'kan? Jangan marah sama Kak Ray, Teh. Kak Ray gak salah][Arkan memang suami Cha, Arlis yang bohong. Kalau saja Teteh marah karena salah paham]Sok tahu! Aku bahkan tidak mempermasalahkan dramanya itu, tetapi Cha? Sikap dan penjelasannya itu yang seolah ingin menunjukkan semuanya justru membuatku ada yang tidak beres. Bukankah sesuatu yang ditunjukkan l

  • Wanita Penghibur   Lelaki dari Masa lalu

    “Ramha?”Pak Andro menyebut namaku tapi yang dilihat kemudian adalah Ray, ia bahkan setelahnya berpaling pada Ibu.“Kau di sini sedang apa, Rahma?” Pertanyaannya terkesan wajar, tetapi aku merasa itu lebih sebagai peringatan, lebih lagi setelah melihat tatapan nakalnya.“Bapak mengenal putri saya? Maaf, bapak siapa ya?” Ibu maju satu langkah, mendekat pada pak Andro. Wajah Ibu terlihat kebingungan, Ibu Rana dan Cha sendiri terlihat tak kalah kebingungan, hanya Ray yang seperti membeku dan mematung.“Apa bapak mengenal anak saya?” Ibu sampai bertanya sekali lagi, Pak Andro melihat padanya, senyumnya menyeringai, ia mendekat padaku.“Mengenal? Tentu, tentu saja saya mengenal, bahkan saya sangat mengenal putri anda. Dia–”“Diam!”Ray tiba-tiba mendorong tubuh Pak Andro, menarik lenganku lalu cepat-cepat membawa aku dan Ibu pergi.***flashback Lelaki itu bermata sipit dengan hidung

  • Wanita Penghibur   Drama

    "Apa ini, Lek? Apa?"Ibu seperti tak percaya, ia menunjuk foto-foto di hadapan kami, foto saat aku menjadi Nona Bintang, foto saat aku bekerja di toko baju, foto saat aku didandani, foto saat Nona Bintang berhadapan dengan banyak lelaki di club dan--"Itu nggak benar Bu, itu nggak benar, jangan percaya!"Aku buru-buru mengambil foto-foto itu, hendak membuangnya tetapi ibu lebih dulu menahan, Matanya kilat menatapku. Jelas sekali ada kemarahan di mata ibu, tetapi sekaligus ada kepedihan di sana. Aku sampai berpaling, tidak berani sekadar bersipandang dengan Ibu."Kalau tidak benar, kenapa bisa ada foto-foto ini. Kenapa? Apa yang sebenarnya Rara sembunyikan dari ibu?”"Tidak ada, Bu, tidak ada yang Rara sembunyikan. Itu pasti editan, ibu jangan percaya. Jangan percaya!"Aku menggeleng cepat, berusaha menyakinkan, tetapi yang ada perasaanku semakin cemas, aku bahkan masih tidak berani sekadar menatap ibu."Kalau memang edit

  • Wanita Penghibur   Alibi

    "Kalian bertengkar? Kenapa? Ada apa?"Ibu bertanya pelan setelah duduk di sampingku. Ini sudah jam 9 malam, seharusnya sudah waktunya istirahat tetapi kegaduhan kami tadi sepertinya sudah cukup menyita perhatian banyak orang termasuk ibu. Aku bahkan seperti melihat lagi tatapan orang-orang yang menatap kami tadi saat berciuman, mungkin bukan sesuatu yang salah karena kami sudah memiliki ikatan suami istri, tapi tidak dengan di depan banyak orang, apalagi aku terbiasa hidup di desa dengan aturan-aturan yang masih terlalu tabu untuk hal-hal seperti itu. rasa-rasanya itu tak lebih dari dilemparkan kotoran ke wajahku. "Kami tidak kenapa-kenapa, Bu, kami hanya sedang salah paham saja, kami sudah baikan." Aku seolah tidak mau membahas lebih lanjut, Ibu menatap sekilas tetapi setelahnya dia mengeluarkan hp dari saku bajunya. Hp android dengan casing warna tosca dan gambar kucing, hp itu ..."Ini hp Rara!" Aku merebut hp itu cepat, Ibu sempat mendelik s

  • Wanita Penghibur   Ancaman

    [Batalkan pernikahan! Atau lo akan lihat semua orang tau siapa Nona Bintang!]Nomor asing, tanpa salam dan tanpa kalimat pembuka, entah siapa, tapi kalimat pertamanya sudah cukup membuatku dipenuhi dugaan-dugaan buruk.[Gw kasih lo waktu satu Minggu, klo Lo berulah gw pastikan ibu lo tau siapa Nona Bintang!]Setelahnya foto-foto tentang aku orang itu kirim disertai SMS terakhir dirinya dengan Ibu? Astagfirullah, bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bukankah aku bahkan sudah mengganti nomor Ibu sebelum ke kota? Jaringan di desa kami jelas-jelas berbeda dengan jaringan di kota Bogor tempat kami sekarang. Apalagi Ini belum genap dua Minggu setelah aku membantu ibu mengganti nomornya, orang-orang yang pernah punya nomor lama ibu saja belum sepenuhnya tahu nomor ibu yang baru. Lalu bagaimana---"Kenapa, Ra?"Sampai Ray yang sejak tadi seperti sibuk dengan laptopnya entah sejak kapan sudah pindah dan duduk di sampingku, ia menatapku seperti kehe

  • Wanita Penghibur   Sikap Aneh Dokter Nayna

    "Pulang? Kenapa?" Ray tampak kaget, aku sendiri tak kalah kaget. Dokter Nay tiba-tiba mengatakan ingin pulang, mengejutkannya lagi sebelum itu dia mengatakan ingin resign? "Akan saya kirimkan teman yang bisa jadi perawat sekaligus dokter pribadi untuk Ibu Fatimah, Ray." "Tapi kenapa? Ada apa, Dok? Apa karena Flo?" Ray lagi-lagi menelisik. "Gak ada hubungannya sama si kunyuk itu! Lo pikir gue bisa dikendalikan dan diatur-oleh oleh dia?! Gue gak sebegok itu!" Dokter Nay malah terdengar emosi, aku dan Ray jadi saling pandang. "Dokter boleh pulang, tapi tidak boleh berhenti bekerja. Tidak apa-apa ambil cuti beberapa hari, nanti kalau sudah berubah pikiran silakan kembali lagi, tapi kalau memang tidak bisa saya akan cari dokter pengganti." Ray akhirnya mengalah, Dokter Nay langsung bangkit setelah itu, tanpa melihat pada kami lalu berbalik pergi. "Cari tau keadaan keluarga Dokter Nayna, secepatnya!" Ray mengajakku ikutan bangkit setelah mengatakan itu di telpon. Tapi begi

  • Wanita Penghibur   Bertengkar

    "Dokter Nayyyy. Dokterrrr." Lail berteriak-teriak nyaring, kakinya setengah berlari sambil menengok kanan kiri, ia padahal sempat izin untuk tidak sarapan bersama, katanya harus menyelesaikan PR yang belum selesai, aku sempat memarahi Lail, mengatakan untuk mengisi perut kosongnya lalu bersiap menyiapkan bekal untuk Lail agar bisa dia makan saat perjalanan diantar Mang Ujang nanti, tapi begitu keluar kamar, bukannya langsung meraih bekal yang aku sediakan, Lail malah berlari-lari mencari Dokter Nay. Aku sempat melihat ia memegang kertas di sebelah tangannya tapi dengan cepat dia sembunyikan begitu melihatku. "Dokter Nay mana, kak?" "Dokter Nay baru saja pergi, Lail, mungkin sedang bareng Ibu sekarang, kami baru saja selesai sarapan." Aku sengaja mengatakan sarapan, agar Lail sadar dan mengambil bekal lalu segera berangkat, tapi bukannya sadar, adikku itu malah berlari lagi sambil kembali memanggil-manggil Dokter Nay. "Lailll! " Aku berusaha mengejar, tapi entah bagaimana aku ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status