Home / Pernikahan / Wanita Penggoda / Tak Kunjung Bangun

Share

Tak Kunjung Bangun

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dari kejauhan kulihat tiga orang banci berlari ke arah kami. Mereka semua mengenakan rok mini, kaos ketat, dan mengenakan sepatu high heels. Tetapi, tadi salah satu dari mereka ada yang memanggil Mayang. Siapa gerangan orang yang bernama Mayang?

Ketiga banci semakin mendekati kami. Aku harap-harap cemas, takut nantinya menjadi bahan cemoohan warga desa.

"Maayaaang ... astaganaga ... kenapa yey tidak mengundang kami, Yang?"

Astaga, ternyata Mayang itu adalah nama lain Mas Bambang. Apakah dulunya suamiku seorang banci? Oh, Tidak, tidak! Mas Bambang lelaki tulen, dia bukan banci!

"Ka-kalian siapa? Mau apa kalian ke sini?"

Kudengar suara Mas Bambang yang bergetar. Entah karena dia ketakutan atau karena memang benar kalau suamiku mengenalnya.

"Aku ini temanmu dulu, Mayang ... Oh my God

... yey, sekarang sombong! Eike Mince, Mayang ... Mince!"

Mataku mengitari tamu undangan. Mereka memerhatikan ketiga waria yang datang dengan begitu heboh ingin mendapat pengakuan dari Mas Bambang kalau ket
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Penggoda   Berharap Impoten

    Hari ini aku dan Mas Bambang kembali lagi ke ibu kota. Mas Bambang memintaku untuk tinggal di rumahnya. Tidak masalah, asalkan selalu ada dia di sisi, aku pasti bersedia dengan senang hati. Meski malam pertama Mas Bambang tidak dapat mencetak gol, aku tidak boleh berputus asa. Bagaimana pun suamiku itu harus bisa melakukannya. Minimal satu kali.Di tengah perjalanan, aku melihat pamflet obat kuat yang tokonya cukup besar. Kusuruh Mas Bambang berhenti dan memarkir mobil di sisi jalan. “Mau ngapaian, Lan?”“Mas tunggu di sini, ya? Sebentar kok.” Mas Bambang mengangguk walah kutahu di wajahnya jelas ada rasa penasaran. Biarkan saja, aku sedang malas memberi tahu. Setelah berdiri di depan toko, seorang Bapak-bapak tua bermata sipit menyapa. Sebenarnya aku malu beli obat kuat. Tapi mau bagaimana lagi, sepertinya burung Mas Bambang kesulitan untuk berdiri.“Mau beli apa, Mbak?” Bapak yang berwajah Cina itu bertanya. “A-anu, Pak ... saya mau beli obat kuat.” “Obat kuat untuk laki-laki a

  • Wanita Penggoda   Burung Tidak Bangun

    Mobil Sutiyoso membuntutiku dari belakang. Entah maunya apalagi si bandot tua itu. Apa mungkin tempat tinggal dia memang bersebelahan dengan rumah Mas Bambang. Lebih baik aku keliling dulu. Melewati jalan yang terlihat ramai agar Sutiyoso tidak nekat berbuat macam-macam.Ancaman bandot tua teringang. Dia akan membunuh Mas Bambang jika aku tidak memperlakukan suamiku itu selayak pembantu. Ah, yang benar saja.Kulihat dari spion, mobil si tua bangka tidak lagi mengikuti. Aku belokan stir ke arah kanan, menuju perempatan rumah Mas Bambang.Melirik arloji sudah menunjukkan jam sepuluh lewat. Tak terasa sejam sudah aku mengemudi dengan tujuan tak jelas.Memasuki perumahan Mas Bambang, aku dikejutkan oleh kehadiran mobil Sutiyoso yang berhenti di depan pos satpam kompleks.Sudah tidak dapat lagi mengelak. Aku akan ikuti permainanmu bandot tua! Tapi lihat saja akibat dari kelakuanmu ini! Ternyata benar, Sutiyoso tinggal berjarak dua rumah dari kediaman Mas Bambang. Tapi rumah itu bersebrang

  • Wanita Penggoda   Apa Mungkin Melahirkan?

    “Kayaknya gak mungkin lagi, Om. Bisa jadi sekarang udah impotent. Mungkin karena keseringan minum obat kuat. Inget lho Om, salah satu efek samping obat kuat itu bikin burung Om gak bangun lagi. Apalagi umur Om udah gak muda lagi," kataku ringan. Padahal aku sendiri tidak tahu apa saja efek samping obat kuat . Sejenak laki-laki itu tercenung. “Omongan kamu ada benarnya.” Kini Sutiyoso duduk di tepi ranjang. Matanya nanar menatap dinding. Membenarkan ucapanku.“Sudah beberapa hari ini ....” lanjutnya sembari melongok alat vital dari balik celana. “Burung Om gak bangun-bangun. Sudah berbagai cara Om lakuin. Bahkan ada jalang yang rela mengulum burung Om sampe satu jam lamanya tapi dia tetap loyo ....” ucapnya nelangsa. Aku menahan senyum. Antara geli dan bersyukur. Karena usahaku memberinya obat loyo tempo hari itu sudah menunjukkan hasil.“Nah kan ... percuma juga kalau Om minta tolong Wulan.” Aku menanggapi. Suasana mulai mencair. Bandot tua sudah tidak segarang sebelumnya. Wajah tua

  • Wanita Penggoda   Bandot Tua Ke Desa

    Untunglah Mas Bambang selalu sigap. Dia langsung terbangun ketika aku merasakan mulas luar biasa pada kandungan. “Kenapa, Lan?” tanyanya begitu ia terbangun. Aku meringis kesakitan. Memegang perut sambil menggeliat. “Mules, Mas ....” jawabku memegang bahunya erat. Mas Bambang tampak khawatir.Mas Bambang menyibak selimut. Aku dan dia terkejut melihat darah membasahi tempat tidur. Rasa cemas sangat jelas tergambar dari raut wajah lelaki yang telah memenuhi relung hati ini. “Maaass ....” pekikku menahan rasa sakit tak tertahankan. Tanpa berucap, Mas Bambang segera menyambar kunci mobil di atas nakas, membopong tubuhku.Dengan susah payah Mas Bambang membuka pintu mobil. Kemudian berusaha mendudukkan aku dengan nyaman. Setengah berlari dia kembali ke dalam rumah. Entah apa yang dilakukannya. Namun tidak berselang lama, tubuh atletis itu sudah terlihat sedang mengunci pintu rumah.Sepanjang jalan Mas Bambang selalu menguatkan. “Tahan ya, Sayang. Sebentar lagi sampai di rumah sakit. Kam

  • Wanita Penggoda   Terkuak

    Seminggu lalu, Sutiyoso datang kembali ke rumah Mas Bambang. Ketika itu, Mas Bambang sedang ditugaskan keluar kota selama dua hari.“Ngapain malam-malam Om ke sini?” tanyaku menatap tajam pada lelaki tua bangka berperut buncit.“Om kesepian, Lan ....”cuih! Najis! Menjijikan sekali kata-katanya.“Pulanglah ke rumah Om. Jalani hari bersama anak dan istri Om," kataku lugas. Namun, Om Sutiyoso bertambah berang. Dia mendorong pintu dengan keras, hingga aku sempat terhuyung.“Kamu itu tega Wulan! Segalanya telah Om berikan. Tapi kamu!! Justru menikah dengan laki-laki tolol itu!!”Astaga! Aku tidak menduga kalau Pak Sutiyoso mengatakan hal itu. Perkataan yang membuatku bagai dicambuk.“Jaga ucapan Om! Mas Bambang itu cerdas! Dia salah satu karyawan yang bisa diandalkan!” Aku tidak ingin suamiku dihina dan direndahkan oleh lelaki sebejat Pak Sutiyoso. Suamiku adalah lelaki yang hebat. Kaya raya dan cerdas. Terbukti perusahaan selalu mengandalkan kinerjanya walau kerap kali ia telat. Tetapi h

  • Wanita Penggoda   Nasib Wulan

    Meski masih terasa perih pada bekas operasi, Namun aku tetap memaksakan diri bertemu dengan Pak Dewa si sebuah restoran untuk membicarakan rencana pelaporan Sutiyoso tentang pembunuhan yang ia lakukan beberapa tahun silam.“Lebih baik kamu istrahat saja. Biar nanti saya yang ke kantor polisi.” Saran Pak Dewa. “Saya tidak apa-apa. Saya ingin mengakhiri kegilaan Sutiyoso.” Aku memang sudah mulai letih dengan permainan si Bandot tua. Dituruti malah melunjak. Sudah tidak bisa dimaafkan. Dia telah membuat Mas Bambang pergi meninggalkanku. Pak Dewa menghela napas.“Saya Cuma khawatir dengan kondisi kesehatan kamu dan bayi kamu. Tidak baik terlalu sering meninggalkannya.” Aku merunduk. Mengerti dengan maksud Pak Dewa.“Apa kamu sudah tidak percaya lagi sama saya?” Pertanyaan Pak Dewa membuatku menggeleng cepat.“Bukan begitu, Pak. Saya Cuma tidak mau ada orang lain yang terlibat. Seperti yang Bapak ketahui, dulu saya membuat Mbak Lastri dan Bang Sur untuk menjauhi saya. Karena saya takut me

  • Wanita Penggoda   Sangat Terkejut

    Hatiku benar-benar remuk. Mas Bambang telah membenciku. Dia sudah tidak mengharapakn aku kembali lagi. Cinta yang telah bersemi, kandas sudah oleh kebohongan yang aku ciptakan sendiri. Benar kata orang, sepandai-pandainya menyimpan bangkai, pastilah tercium juga.“Maaaaassss!!! Mas Bambaaaangg!!” Kupanggil namanya berulang-ulang. Berharap laki-laki yang kucintai itu berbalik, menoleh padaku dan memeluk tubuh ini dengan erat. Namun, tubuh yang kurindukan itu tak jua datang. Aku semakin menangis histeris. Sebuah tangan membantuku berdiri. Dia bukan Mas Bambang, melainkan waria yang tadi memberitahu keberadaan suamiku.“Sudah, Mbak. Bangunlah ... malu dilihatin orang,” ucap waria dengan suara laki-lakinya. Dengan hati-hati ia memapahku. Langkahku gontai menuju mobil yang terparkir di bawah pohon seberang jalan. Waria yang belum aku ketahui namanya, masih setia menuntun hingga aku duduk di dalam mobil.“Maaf, Mbak. Saya gak bisa anter, gak bisa nyetir soalnya.” Aku hanya mengangguk. Men

  • Wanita Penggoda   Kemarahan Ambu

    Aku Wulandari, seorang wanita yang tidak memiliki kedua kaki dan ditinggal pergi suami. Nasib baik seolah tak pernah berpihak pada diri. Setelah tidak menerima caci maki, namun Tuhan masih saja menguji. Setelah pulang dari rumah sakit, orang tuaku menyuruh agar aku tinggal di Desa saja. Awalnya aku ragu karena takut menerima caci maki dan hinaan orang-orang Desa. Namun anggapanku salah. Justru mereka bersimpati dan merasa iba dengan keadaanku.Hampir tiap hari ada saja warga yang berkunjung ke rumah. Ada yang pura-pura cuma ingin melihat Alan. Ada juga yang datang cuma ingin menghiburku. “Sabar ya, Neng ... ini teh cobaan. Harus kuat. Barang kali Neng Wulan mau diangkat derajatnya sama Yang Maha Kuasa,” hibur Ceu Odah saat datang menjenguk. Aku hanya berdiam diri, enggan menanggapi ucapan Ceu Odah. Aku takut kalau ucapan mereka tidak dari hati.Warga Desa berubah baik pada keluarga kami, berkat jiwa pemaaf dan kebiasaan menolong Ambu. Meski sering aku larang, Ambu tetap menolong at

Latest chapter

  • Wanita Penggoda   Kembali ke Profesi Awal

    Sudah satu tahun aku dan Wulan menjalani bahtera rumah tangga. Sekarang buah cinta kami telah lahir. Namanya Alan Hermawan. Wulan bilang Alan artinya Ambang Wulan. Keren kan?Sudah menjadi rutinitas, tiap pagi sebelum berangkat kerja aku memandikan Alan, mencuci pakaian dan mencuci piring. Sedangkan Wulan istriku hanya memakaikan baju Alan. Tidak masalah, itu sudah sangat membantu. “Alan ... Papa Ambang berangkat kerja. Alan jagain Mama.” Bayi Alan tersenyum. Dia sangat tampan sepertiku.“Lan ... Mas berangkat.”“Iya.” Aku sudah terbiasa dengan sikap cuek Wulan. “Botol susu Alan sudah Mas bersihin semua. Nanti kalau Alan nangis, cepat-cepat kasih susu. Sukur-sukur kamu mau ngasih dia Asi.”“Aku kan udah bilang Mas. Gak mau ngasih ASI. Susu formula udah cukup buat dia!” Wulan menghardik. Entah mengapa, kadang aku merasa Wulan seolah tidak peduli dengan bayinya.“Tapi Lan, kata dokter susu ASI lebih bagus dari susu formula.” Bujukku tanpa henti.“Gak peduli. Sekarang Mas mending pergi

  • Wanita Penggoda   Ingat Mantan

    Setelah melakukan diskusi yang alot dengan si bujang lapuk. Solusi yang dia berikan sangat tidak berbobot hingga tidak terjangkau oleh otak berlianku. Maka aku putuskan, untuk mengubur kembali dua ATM ke dalam tanah belakang rumah tengah malam nanti.Mahardika keluar ruangan dengan langkah tak bersemangat, mungkin dia bersedih sebab ide yang menurutnya sangat berlian aku tolak mentah-mentah.Tak berselang lama ponsel berbunyi. Minceu? “Mayaaaang ... yey kenapa ingkar janji? Eyke nunggu yey dari bedug subuh ampe gini hari tapi belon juga nongol batang idung yey! aduuhh eyke pusiaaangg ....” Buset! Suara toa si Minceu memekakakan gendang telinga.“Tadi gue ke lampu merah. Lo nya gak ada.” Suara khas lelaki sejati menggema di sudut ruangan.“Yey pasti bohong! Yey jahara Mayaaaang ....”“Brisik lo!”“Pokonya jam lima sore eyke tunggu di tempat biasa. Awas kalo yey gak datang!” Klik!*** Senja semakin merambat cepat. Tak terasa jarum di arloji mahalku sudah menunjukkan angka empat.Me

  • Wanita Penggoda   Gak Ngerti

    Aku memerhatikan secara seksama cara makan Wulan. Cara makan dia yang sekarang berbeda sekali. Sebelumnya kalau makan dia sangat anggun, sekarang sangat rakus. Aku menelan ludah menyaksikan panorama aneh di depan mata.“Lan, Semua makanan itu habis?” Wulan mendongak sambil menjilati sisa makanan dijemari.“Enggak Mas, itu sih donat tiga lagi. Cokelat juga masih ada sepotong. Tuh bakso juga masih ada dua lagi. Mas mau? Makan aja. Lalan mau gosok gigi, abis itu tidur. Mamacih ya Mas Ambang ....”Akhirnya daripada mubazir, makanan terbuang sia-sia, sisa makanan itu aku habiskan. Ya ... aku emang sengaja menunggu sisa makanan itu. Lumayan kan hemat.*** Pagi sekali mendengar suara Wulan muntah-muntah. Sebagai suami yang siaga, aku langsung menemuinya yang berada di kamar mandi.Ooooeeekk ... oooooeeeekkk ....“Sayang, kamu gak apa-apa?” Wulan menoleh. Mukanya merah padam seperti kepiting rebus.“Maas ... obat anti mual Lalan habis. Tolong beliin ya? Kalau gini terus Lalan gak bisa kerjaa

  • Wanita Penggoda   Keceplosan

    “Pokoknya aku mau ke rumah sakit sekarang!!!” Suara Wulan setengah berteriak. Aku garuk-garuk kepala. Membayangkan biaya yang akan keluar jika berobat ke rumah sakit. “Gak bisa, Sayang. Mas harus ke kantor sekarang. Ini udah telat banget. Kamu baik-baik ya?” “Mas kejam! Gak perhatian! Gak sayang Lalan!!” Tangis istriku membahana memenuhi kamar tercinta kami.“Iya, iya, Lan ... kita ke rumah sakit sekarang.”Akhirnya aku mengalah. Jiwa lelaki sejatiku tak tega membiarkan Wulan mengeluarkan airmata walaupun setetes. Terlalu berharga.*** Tiba di rumah sakit, Wulan langsung memeriksakan kondisi tubuhnya. Dengan sabar dan penuh keikhlasan aku menunggu.Sejujurnya diriku kurang nyaman berada di rumah sakit. Apalagi jika berpapasan dengan para dokter atau perawat wanita, mereka suka melempar senyum. Seolah sangat mengagumi dan terpesona padaku. Ah, resiko orang tampan memang selalu menjadi pusat perhatian, selalu diberi senyuman gratis oleh wanita-wanita cantik.“Suami Mbak Wulandari.” A

  • Wanita Penggoda   Obat

    “Nanti juga lo tau.” Jawaban yang tidak menjawab pertanyaan! “Gue kenal gak?”“Kenal.” “Iyalah pasti kenal. Siapa sih yang gak kenal laki-laki tampan kayak gue? Hampir, hampir cewek-cewek cakep yang tinggal di Indonesia Raya ini pasti kenal Bambang Hermawan.” Terima kasih Tuhan, atas anugerah ketampanan yang Kau berikan padaku.“Gue mau tanya nih.”“Tanya aja,” sahutku cool dengan kedua tangan bersidekap di depan dada.“Waktu sama Vaniaaa ... kalau mau berhubungan itu, lo minum obat dulu?” Aku tak menyangka Mahardika bertanya soal itu. Aku kira, tanya bagaimana cara mempertahankan ketampanan atau tata cara membuat para cewek terpikat. “Jangan-jangan waktu sama Vania lo belum pernah cetak gol?”Sialan! Si Mahardika lancang! Tapi, emang bener sih. Aku melihat si imut. Lalu menggeleng.Tidak ada angin, tidak ada hujan Mahardika ketawa terpingkal-pingkal. Tingkah si bujang lapuk itu bikin malu. Para pengunjung di tempat ini menoleh dan memperhatikan kami. “Berhenti woy! Sarap lo! Dili

  • Wanita Penggoda   Cewek Bujang Lapuk

    Pagi ini, rasanya badan pegal-pegal semua. Ditambah perut yang masih keroncongan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Istriku sudah rapi dengan pakaian kerjan. Makin hari, dia makin cantik, makin montok, dan makin seksi. Tak salah aku menjadikannya istri.“Mas, bangun tidur kok melamun? Lalan udah masakin nasi goreng. Sarapan dulu gih!” Mendengar kata sarapan, mataku berbinar. Tanpa menunggu lama, langsung berlari menuju dapur. Maklum, seharian kemarin tidak makan nasi.Membuka tutup saji, ternyata benar ada nasi goreng dan ceplok telur. Wulan sungguh istri idaman. Aku tarik kursi lalu duduk. Mengambil piring, menyendok secentong nasi. Belum sempat menyuapkan nasi ke dalam mulut, wangi khas tubuh Wulan menyeruak.“Maaasshh ... Lalan berangkat duluan ya?”“Gak mau sarapan dulu?”“Gak usah nanti aja.”“Oke deh!”“Mas abis sarapan jangan lupa mandi.”“Aduh sayang, kalo mandi dulu nanti telat masuk kantor.”“Oh ya udah. Panu Masnya juga kan udah mendingan. Gak apa-apa deh.

  • Wanita Penggoda   Kesibukanku

    Kemarahan Wulan tidak berlangsung lama. Dia sudah tidak mempermasalahkan lagi soal salah satu bagian tubuhku yang imut.“Makasih ya Maaaass ... Mas Ambang emang suami yang the best!!” Pujinya. Seraya menghitung lembaran-lembaran rupiah yang berserakan di atas kasur.Bagaimana tidak? Sejak malam pertama itu Wulan tak mau diajak bicara. Dia juga tak mau beres-beres rumah. Mahardika yang memberikan saran cara membuat Wulan tersenyum kembali, yaitu memberikan uang sebanyak-banyaknya. Mau tak mau, tabungan yang sudah aku kumpulkan selama tiga tahun harus aku tarik. Ternyata saran Dika sangat ampuh. Melihat tumpukan uang, kelopak mata istriku seketika bersinar, bibir mungilnya seketika tersenyum, dan tubuh seksinya seketika menghambur dalam pelukanku.Tidak hanya itu, Mahardika juga mengantarku membeli obat strong yang berkhasiat untuk pertumbuhan dan kekuatan sang burung.Mahardika benar-benar sahabat yang baik. Walaupun kerap kali membuatku jengkel tapi selalu memberikan solusi dari perm

  • Wanita Penggoda   Burung

    Seperti tersambar petir di siang bolong, saat tiga kawanan makhluk di hadapanku ini menyebut nama “Mayang.”Nama yang dahulu sempat aku banggakan, nama yang dahulu sempat menyandang ketua perbancian, nama yang pertama kali membuatku mengerti tentang perihnya kehidupan. Kini, nama itu kudengar kembali, tidak! Sekarang tidak sudi lagi aku dipanggil Mayang. Aku adalah lelaki tulen. Tidak ada cacat sedikit pun dalam tubuh. Kecuali panu sialan. Aku baru sadar, mungkin panu itu salah hinggap tubuh. Harusnya hingga di tubuh orang lain, justru hinggap di tubuh atletisku. Ini pasti gara-gara tempo hari aku memancing bersama Wulan.Aku dorong tubuh Minceu, dia terjungkang seperti adegan di film-film.“Siapa kalian? Pergi dari sini!!” usirku sambil berkacak pinggang. Pasti, gayaku saat ini seperti raja bijaksana menghukum rakyat yang lancang“Mayang jahara!! Yey tidak mungkin lupos sama eyke!”Si Minceu berbicara dengan napas turun naik, kedua temannya membantu dia supaya berdiri kembali.“Ini

  • Wanita Penggoda   Teman Lama

    Vania benar-benar keterlaluan! Menyampaikan pesan Minceu di depan Wulan. Aku yakin, dia melakukan itu karena masih memendam cinta padaku. Masih enggan berpisah dengan Bambang Hermawan. Masih tak sudi melihatku berjalan mesra dengan Wulan. Sungguh malang nasibmu, Vania. Pasti kamu sangat menyesal aku ceraikan. Tapi apa boleh buat? Penyesalan memang selalu datang terlambat.Untung saja, walaupun Wulan sudah mengetahui profesiku dulu, dia masih mau terima aku apa adanya.“Gak apa-apa, Mas ... itu kan masa lalu. Yang terpenting masa depan kita harus lebih baik. Lalan mau terima Mas Ambang apa adanya kok ....” ujarnya seperti mata air yang berada di tengah gurun pasir. Sejuuuk, sangat menenangkan. Sudah tidak ada keraguan seujung kuku pun untuk menikahi Wulan. Dia pasti menjadi istri yang jauuuuhh lebih baik dari pada Vania si mulut kaleng rombeng!Rasanya sudah tidak sabar dimandiin, dimasakin, dinganuin, dikeramasin oleh Wulan. Indahnya dunia ....“Mas Ambaaaang, besok kita harus bera

DMCA.com Protection Status