Raellyn benar-benar tidak menyadari berapa banyak waktu yang telah dia lewati sejak supir yang Arnav utus untuk memastikannya pulang tidak terlambat memintanya untuk pergi dari kediaman sang paman. Makan malam yang dia santap hanya mengisi perut tanpa adanya kenikmatan. Makan dengan terburu-buru memanglah hal yang buruk. Bahkan satu-satunya yang Raellyn sadari sekarang bahwa kini sepatu yang dia kenakan berbalut sedikit lumpur dengan lampu-lampu yang telah di nyalakan begitu dia tiba di halaman depan rumah sang suami. Dia berjalan dengan payung yang di genggam oleh sang supir begitu dia tiba di pemberhentiannya. Gadis itu nyaris tidak percaya dengan apa yang terjadi di hadapan matanya. Ketika dia melihat para pelayan yang berbaris di luar dalam kondisi basah kuyup seolah menyambutnya. “Sedang apa kalian disini?” ujar Raellyn lantang begitu dia mendekati orang pertama yang berbaris disana. “Kami menunggu Anda Nyonya,” sahut seorang perempuan yang seusia sang paman. Dia juga sama seper
Detak jantung Raellyn mendadak berpacu dengan kencang. Pemikiran bahwa Arnav akan tidur dengannya malam ini memenuhi benak dan juga kepalanya. Berbagai fantasi liar nan nakal mulai bercampur dengan seluruh emoasi yang tidak pasti. Entah itu takut atau karena rasa penasaran dan ingin tahu yang sangat besar.Aku menantikan malam pernikahan kita.Kalimat itu sekali lagi berputar di memorinya, bukankah itu adalah sebuah kalimat penegasan yang Arnav buat sebagai bentuk atas penegasan niat untuk menikmati tubuhnya? Bagaimanapun dia hanyalah seorang gadis perawan yang bersikap so arogan. Meski takut memang ada di dalam dirinya, tapi Raellyn memilih untuk memenuhi dirinya dengan rasa ingin tahu yang sangat besar.Raellyn sebenarnya tidak mau percaya bahwa seorang pria dari kalangan terhormat akan langsung mengajaknya ke dalam kamar, setelah dia baru saja menemui keluarganya dan duduk di dalam mobil pribadi pria itu selama beberapa jam tanpa persiapan apa-apa. Tapi, gadis itu ingat lagi bahwa
Raellyn kontan membalikan badan, sedikit takut ketika pintu kayu besar itu terbuka dan memperlihatkan eksistensi seorang pelayan yang mulai masuk ke dalam ruangan. “Nyonya Raellyn, saya adalah Rona, saya di tugaskan Tuan Arnav menjadi pelayan pribadi Anda mulai malam ini.”“Halo Rona.” Cepat kilat Raellyn bermetamorfosa layaknya seorang nyonya sungguhan, dia mulai kembali berlakon seperti tokoh yang kerap dia buat dalam naskah dramanya. Raellyn bahkan tidak sadar telah mengenyahkan perasaannya yang tidak karuan. Dia merasa hebat karena kemampuannya tapi juga ngeri karena bisa mengatasi emosi dalam diri secepat itu.Pelayan yang memperkenalkan dirinya sebagai Rona tersebut kemudian mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang entah sejak kapan dia bawa bersamanya.“Apa Anda ingin memulainya dengan mandi terlebih dahulu, Nyonya?” tanya perempuan itu pada Raellyn.Merasa tidak perlu beramah tamah dengannya, Raellyn hanya menganggukan kepala sebagai tanda persetujuan.“Kalau begitu s
Ia baru saja memperistri seorang perempuan.Perempuan yang mengaku sebagai kekasih adiknya, atau kasarnya selingkuhan Arsene. Dia sudah bukan lagi seorang pria yang di cap sebagai duda kesepian oleh mulut orang-orang usil yang tidak bertanggung jawab. Setidaknya kini dia tidak harus membuang uang untuk melampiaskan hasratnya, kepada perempuan antah berantah yang tidak jelas.Arnav berdiri tepat di depan jendela ruangan kerjanya yang merangkap sebagai perpustakaan di rumah itu. Kebetulan jendelanya dia biarkan terbuka sehingga angin malam yang begitu dingin dapat masuk membantu mengurangi rasa panas di kepalanya. Pelan pria itu merogoh ke saku celana, meraba sebuah benda yang tidak dia duga akan kembali dipegangnya. Sebuah liontin yang diberikan Arsene kepada Raellyn. Senyum kering langsung menghiasi bibir pria itu, kemudian dia mengangkat gelas kacanya agak tinggi. Berpura-pura memberikan penghormatan kepada sang ibu, kemudian meminum isinya.Sejatinya liontin ini punya riwayat kisahn
Raellyn bisa mendengar suara pintu yang di tutup di belakang punggungnya. Di susul suara langkah kaki yang mendekat kepadanya. Meski tahu siapa yang memasuki ruangan ini, dan sudah pasti siapa orangnya. Gadis itu tetap tidak sudi membalik badan. Dia tetap berdiri di depan jendela yang sedikit terbuka, menatap ke arah gelapnya malam yang di terangi oleh gemerlap cahaya bintang dan rembulan.Barangkali Arnav berpikiran bahwa dia akan bersembunyi di bawah selimut atau setidaknya dia berpura-pura tidur. Hal itu juga sempat dia pikirkan beberapa saat lalu, namun kemudian dia memutuskan untuk menunggu suaminya alih-alih melakukan hal seperti itu. Raellyn ingin menghadapinya dengan benar, dan mengesampingkan rasa takut yang sempat menyeruak sejak dia bertukar kata dengan Rona.Namun tubuhnya sedikit menegang ketika dia menemukan suara yang begitu asing. Suara gemersik yang Raellyn duga berasal dari Arnav yang sedang membuka setiap helai pakaian yang dia kenakan. Padahal dia sudah bersumpah p
Raellyn kini betul-betul sudah tidak berdaya, terlalu banyak hal asing yang pertama kali dia temukan dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Sampai dia mendengar adanya suara robekan, dan kemudian dia menyadari bahwa gaun tidur tipisnya telah terbagi menjadi dua bagian sampai ke bagian perut. Gadis itu menjerit, ketika tubuhnya terangkat ke udara, secara naluriah gadis itu langsung melingkarkan kakinya di pinggang Arnav. Ia merasa bahwa kini dirinya telah panas dan gelisah, kulitnya sudah teramat peka dengan setiap sentuhan yang pria itu alamatkan untuknya.Sementara kedua tangan Arnav bergerak di atas tubuhnya, membelai bagian kenyal di belakang tubuhnya, begitu pula untuk bagian depannya. Arnav bahkan menggesekan ibu jarinya sedikit kasar di atas puncaknya, mengirimkan sesuatu yang luar biasa kepada inti kewanitaan Raellyn. Arnav benar-benar memperlakukannya di luar dugaan sama sekali. Tak sampai disitu pria itu bahkan mencium sekaligus menggigit bibir, leher, pundaknya, bergantian
Raellyn melingkarkan jemarinya di sekeliling benda yang telah menegang itu. Ini adalah pertama kalinya dia memegang benda itu seumur hidupnya dan rasanya bagaikan besi yang begitu panas. Sementara Arnav terlihat menggertakan giginya sembari mengerang kecil tatkala jemari gadis itu menyentuhnya dengan begitu perlahan.“Kau menyukai sentuhanku, Tuan?”“Raellyn.” Hanya sekadar rintihan kecil, dan gadis itu tahu bahwa cara Arnav menyebut namanya sudah seperti sebuah permintaan yang begitu mendesak untuk dapat mengisi kekosongan yang ada dalam tubuhnya.“Kau menginginkannya?” tanya Raellyn lagi sementara pria itu hanya dapat menahan napas sekaligus mengerang.Raellyn terkikik kecil, dia merasa puas lantaran dapat membalas apa yang pria itu perbuat padanya beberapa detik lagi. Ketidakberdayaan yang dia rasakan tadi akan dia bayar kontan dengan sentuhannya yang dia lakukan secara naluriah. Raellyn tidak tahu apakah dia salah atau tidak, namun melihat dari ekspresi pria itu nampaknya dia tela
Sinar mentari sedikit tersamarkan akibat kabut yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela yang dibiarkan terbuka tanpa tirai semalam. Arnav mengubah posisi tidurnya di ranjang, yang kemudian membuat dirinya sendiri terkejut atas adanya eksistensi seorang wanita yang tidur di sebelahnya dengan begitu nyaman. Arnav tidak percaya dengan gelenyar asing yang merayap ke dalam hatinya. Sejujurnya dia sudah banyak meniduri wanita manapun yang dia inginkan, tapi tidak pernah menghabiskan malam dengan satu pun dari mereka. Hal itu juga termasuk dengan Clarissa, mantan istrinya dahulu. Wanita yang pertama kali mencuri hatinya, dan hanya satu-satunya. Tapi sayangnya hati wanita itu adalah milik orang lain. Memang sangat menyedihkan untuknya, tapi bagaimanapun itu masa lalu tetaplah masa lalu.Dia kini melirik kearah Raellyn, dan kemudian ingatan tentang berbagai ragam cara bagaimana mereka menempuh puncak kenikmatan secara berulang kali sepanjang malam. Dia tidak mengira bahwa perempuan bermulut