Malam kak, maaf baru bisa update. Kira2 mereka bersama nggak ya ,dan bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?selamat membaca kk, selamat malam
Tiga bulan telah berlalu Rara mendapatkan prakteknya di salah satu rumah sakit milik Raymond yang kebetulan di bawah kepemimpinan Reyhan, meski dibilang dokter Junior tapi Rara tak kalah pandai dengan Dokter yang sudah senior bahkan banyak juga dari pasiennya lebih memilih berobat kepada Rara. "Hari ini aku ada operasi tapi aku harus keluar untuk mengurusi operasi yang lain. Aku perintahkan dirimu menggantikan aku Ra." Kedua bola mata Rara membulat sempurna, bagaimana bisa Reyhan menyuruhnya menghadle sebuah operasi yang belum pernah dia pegang sama sekali. "Tapi Pak Re saya tidak bisa." Wanita itu mengungkapkan ketidakmampuannya. Rehan tersenyum kemudian menepuk pundak Rara, dia sangat yakin pada Rara, yakin akan kemampuan Rara, yakin jika Rara pasti bisa. "Aku yakin kamu bisa Ra." Pria itu memberikan semangatnya. "Saya takut Pak Rey." Sekali lagi Rara mencoba menghindar. Reyhan tidak menerima alasan apapun dia berharap Rara percaya akan kemampuannya. Sudah waktunya bagi Rara un
Tengah malam Reyhan buru-buru keluar apartemennya, dia melajukan mobilnya keluar dari basemen dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Pria itu berkali-kali melihat benda kecil yang melingkar di tangannya, "Shit! bagaimana aku bisa ketiduran." Dia terus mengumpat. Beberapa waktu kemudian, mobilnya telah tiba di Bandara internasional, dia berlari menuju pintu keluar sambil mencari-cari seseorang. "Tessa." Akhirnya pandangannya jatuh pada seorang wanita yang duduk di sebuah kursi tunggu. Dengan langkah cepat dia mendatangi wanita itu. "Dokter Tessa." Reyhan memanggil Tessa yang memejamkan matanya. Perlahan Tessa membuka matanya, melihat Reyhan, wanita itu menyunggingkan senyuman manisnya. "Dokter." Reflek wanita itu segera memeluk Reyhan, meski hampir tiga jam menunggu tapi dia tidak marah sama sekali pada Reyhan. "Maafkan aku karena telat menjemput kamu Dokter Tessa." Dia hanya menggangguk tanpa ingin melepas pelukannya. "Tidak apa-apa Dok, maaf telah merepotkan anda." Merasa
Dok sarapannya sudah siap." Seperti kemarin Tessa membuatkan Reyhan sarapan."Kamu tak harus melayani aku Dokter Tessa," sahut Reyhan yang merasa tidak enak.Merasa canggung karena terus dipanggil Dokter oleh Reyhan, Tessa meminta Reyhan agar memanggil nama langsung tanpa kata Dokter."Panggil Tessa saja Dok." Reyhan mengangguk, dia juga meminta Tessa untuk memanggilnya dengan Reyhan tanpa ada kata Dokter."Kita sepakat panggil nama ya." Tak ingin telat Reyhan segera memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh Tessa. "Oh ya Tessa kamu ikut aku apa nggak?""Aku menyusul saya Rey," jawab Tessa."Baiklah, kamu hati-hati ya."Hari semakin siang, Reyhan memutuskan untuk segera berangkat ke kantor.Selepas Reyhan berangkat, Tessa membuka ponselnya, dia mulai mencari resep masakan khas tanah air, rencananya siang ini Dokter cantik itu akan membawakan bekal makan siang untuk Reyhan."Aku buat nasi goreng saja." Pilihannya jatuh pada nasi goreng ayam khas tanah air.Wanita itu segera membuka k
Jam istirahat sudah habis waktunya bagi dokter tampan itu untuk bekerja kembali. Tepat pukul dua Reyhan harus buka prakteknya. "Aku harus ke poli penyakit dalam." Tessa mengangguk dan mempersilahkan mantan partner kerjanya keluar. Awalnya Tessa ingin menunggu Reyhan sampai selesai namun wanita itu memilih kembali ke apartemen karena dia harus bersiap untuk jalan-jalan. Saat di lorong dia kembali berpapasan dengan Rara dan kali ini Tessa memutuskan untuk berbicara mengenai Reyhan dengan Rara. "Ada apa Dokter Tessa?" tanya Rara. "Aku ingin bertanya mengenai Reyhan," jawab Tessa. Rara mengurutkan alisnya, kenapa Tessa tidak langsung bertanya pada yang bersangkutan? "Kenapa anda tidak bertanya langsung dengan yang bersangkutan?" tanya Rara balik. "Aku tidak enak, selama ini kamu kan hidup bersama Reyhan, aku yakin kamu tau banyak tentangnya." Akhirnya Rara mempersilahkan Tessa untuk bertanya apapun mengenai Reyhan padanya. "Begini, kamu kan wanita yang dicintai oleh Reyhan, sed
Keputusan Tessa sudah bulat untuk kembali ke Selandia Baru secepatnya.Keesokan harinya Tessa booking tiket pesawat baru namun tiket pesawat untuk pemberangkatan ke Selandia baru seminggu ke depan sudah terjual habis sehingga Tessa harus menunggu minggu depannya lagi."Jika minggu depannya lagi untuk apa aku booking, aku sudah memilikinya," gumam wanita itu.Tessa terus melamun apa yang seharusnya dia lakukan, tetap tinggal bersama Reyhan atau mencari hotel untuk sementara waktu sambil menunggu kepulangannya ke Selandia Baru."Ah sudahlah." Dia bingung harus bagaimana.Hari ini dia sengaja tidak ikut Reyhan ke rumah sakit atau menyusul Reyhan dengan membawakan bekal makanan, Tessa lebih memilih di apartemen daripada sakit hati lagi.Merasa bosan Tessa memutuskan keluar dari kamar, saat melewati depan kamar Reyhan, dia melihat baju-baju kotor Reyhan yang berada dalam kantong plastik, hatinya tergerak untuk melakukan sesuatu terhadap baju-baju kotor tersebut.Namanya juga seorang bujang
Mengetahui hal itu Reyhan pun menghela nafas dia benar-benar merasa bersalah pada Tessa. "Maafkan aku Tessa." Akhir-akhir ini Tessa lebih banyak diam, dia juga menghindari Reyhan, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar daripada mengobrol dengan pria pujaan hatinya itu. Entah mengapa Reyhan begitu was was, dirinya selalu menatap pintu kamar Tessa berharap jika Dokter wanita itu membuka pintu kamar dan keluar untuk sekedar mengobrol dengannya, namun itu semua tidak terjadi hingga datanglah hari terakhir Tessa berada di tanah air. Hari ini adalah hari terakhir Tessa di tanah air karena pukul empat sore dia harus kembali ke negaranya. Pagi itu, dia meminta maaf pada Reyhan karena sudah merepotkan, dia juga berjanji bahwa ini adalah kunjungan pertama dan terakhirnya di tanah air. "Setelah aku kembali aku tidak akan merepotkan kamu lagi Reyhan, ini akan menjadi kunjungan pertama dan terakhirku di sini. Terima kasih sudah mau menerima aku tinggal di sini." Wanita itu nampak be
Rehan hanya terdiam karena dia tak tahu harus berkata apa, karna kini rasa malu terus bergulat di hatinya."Diammu menandakan iya Rey." Tanpa ba bi bu lagi Tessa segera memeluk tubuh pria yang ada di hadapannya, dia teramat sangat bahagia karena orang yang selama ini dia puja akhirnya menyerah dengan keegoisannya."Aku bahagia Rey, aku bahagia," bisiknya dengan air mata jatuh karena senang.Reyhan membalas pelukan Tessa, dia pun mengeratkan pelukannya, rasa ini sama persis seperti rasa kala itu, ketika tubuhnya memeluk tubuh Rara."Aku juga.""Terima kasih Rey karena tidak membiarkan aku pulang dengan tangan hampa."Keduanya terus berpelukan tanpa mereka sadari jika banyak pasang mata di sekitar mereka menatap mereka dengan tatapan yang beraneka ragam, ada yang menatap dengan tatapan kesal ada pula yang merasa terharu dengan mereka."Sudah Tessa."Reyhan melerai pelukan wanita itu namun tubuh wanita itu tidak mau berpisah dari tubuh yang dipeluknya. "Dua jam ke depan aku akan pulang d
"Pak Rey saya mohon, saya ingin mengambil deposito saya." Kata pertama yang keluar dari mulut Rara ketika mereka bertemu.Reyhan nampak bingung, bukannya dia tidak mau mengantar atau membantu Rara tapi belum jatuh tanggal penarikan deposito tersebut."Deposito kamu bisa ditarik dua bulan lagi," sahut Reyhan."Tapi saya memerlukan uang itu secepatnya pak Rey, apa tidak bisa dilakukan penarikan lebih awal."Reyhan nampak heran sebenarnya untuk apa uang sebanyak itu, jika keadaan memang mendesak masih ada Raymond atau dirinya yang masih bisa mengusahakan."Jika kamu butuh uang kan ada Tuan Raymond, aku juga bisa membantu jadi tidak perlu menarik deposito kamu."Rara menggeleng, Raymond saat ini dalam keadaan yang sulit, dan untuk tawaran Reyhan jelas dia tidak mau lagipula uang yang Raymond butuhkan jelas sangat banyak."Tuan Raymond ada masalah Tuan," ungkap Rara.Reyhan semakin bingung harus bagaimana, haruskah dia melarang Rara untuk membantu Raymond? atau malah mendukung keputusan wa