Maaf kak baru update, selamat membaca Kakak
Dok sarapannya sudah siap." Seperti kemarin Tessa membuatkan Reyhan sarapan."Kamu tak harus melayani aku Dokter Tessa," sahut Reyhan yang merasa tidak enak.Merasa canggung karena terus dipanggil Dokter oleh Reyhan, Tessa meminta Reyhan agar memanggil nama langsung tanpa kata Dokter."Panggil Tessa saja Dok." Reyhan mengangguk, dia juga meminta Tessa untuk memanggilnya dengan Reyhan tanpa ada kata Dokter."Kita sepakat panggil nama ya." Tak ingin telat Reyhan segera memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh Tessa. "Oh ya Tessa kamu ikut aku apa nggak?""Aku menyusul saya Rey," jawab Tessa."Baiklah, kamu hati-hati ya."Hari semakin siang, Reyhan memutuskan untuk segera berangkat ke kantor.Selepas Reyhan berangkat, Tessa membuka ponselnya, dia mulai mencari resep masakan khas tanah air, rencananya siang ini Dokter cantik itu akan membawakan bekal makan siang untuk Reyhan."Aku buat nasi goreng saja." Pilihannya jatuh pada nasi goreng ayam khas tanah air.Wanita itu segera membuka k
Jam istirahat sudah habis waktunya bagi dokter tampan itu untuk bekerja kembali. Tepat pukul dua Reyhan harus buka prakteknya. "Aku harus ke poli penyakit dalam." Tessa mengangguk dan mempersilahkan mantan partner kerjanya keluar. Awalnya Tessa ingin menunggu Reyhan sampai selesai namun wanita itu memilih kembali ke apartemen karena dia harus bersiap untuk jalan-jalan. Saat di lorong dia kembali berpapasan dengan Rara dan kali ini Tessa memutuskan untuk berbicara mengenai Reyhan dengan Rara. "Ada apa Dokter Tessa?" tanya Rara. "Aku ingin bertanya mengenai Reyhan," jawab Tessa. Rara mengurutkan alisnya, kenapa Tessa tidak langsung bertanya pada yang bersangkutan? "Kenapa anda tidak bertanya langsung dengan yang bersangkutan?" tanya Rara balik. "Aku tidak enak, selama ini kamu kan hidup bersama Reyhan, aku yakin kamu tau banyak tentangnya." Akhirnya Rara mempersilahkan Tessa untuk bertanya apapun mengenai Reyhan padanya. "Begini, kamu kan wanita yang dicintai oleh Reyhan, sed
Keputusan Tessa sudah bulat untuk kembali ke Selandia Baru secepatnya.Keesokan harinya Tessa booking tiket pesawat baru namun tiket pesawat untuk pemberangkatan ke Selandia baru seminggu ke depan sudah terjual habis sehingga Tessa harus menunggu minggu depannya lagi."Jika minggu depannya lagi untuk apa aku booking, aku sudah memilikinya," gumam wanita itu.Tessa terus melamun apa yang seharusnya dia lakukan, tetap tinggal bersama Reyhan atau mencari hotel untuk sementara waktu sambil menunggu kepulangannya ke Selandia Baru."Ah sudahlah." Dia bingung harus bagaimana.Hari ini dia sengaja tidak ikut Reyhan ke rumah sakit atau menyusul Reyhan dengan membawakan bekal makanan, Tessa lebih memilih di apartemen daripada sakit hati lagi.Merasa bosan Tessa memutuskan keluar dari kamar, saat melewati depan kamar Reyhan, dia melihat baju-baju kotor Reyhan yang berada dalam kantong plastik, hatinya tergerak untuk melakukan sesuatu terhadap baju-baju kotor tersebut.Namanya juga seorang bujang
Mengetahui hal itu Reyhan pun menghela nafas dia benar-benar merasa bersalah pada Tessa. "Maafkan aku Tessa." Akhir-akhir ini Tessa lebih banyak diam, dia juga menghindari Reyhan, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar daripada mengobrol dengan pria pujaan hatinya itu. Entah mengapa Reyhan begitu was was, dirinya selalu menatap pintu kamar Tessa berharap jika Dokter wanita itu membuka pintu kamar dan keluar untuk sekedar mengobrol dengannya, namun itu semua tidak terjadi hingga datanglah hari terakhir Tessa berada di tanah air. Hari ini adalah hari terakhir Tessa di tanah air karena pukul empat sore dia harus kembali ke negaranya. Pagi itu, dia meminta maaf pada Reyhan karena sudah merepotkan, dia juga berjanji bahwa ini adalah kunjungan pertama dan terakhirnya di tanah air. "Setelah aku kembali aku tidak akan merepotkan kamu lagi Reyhan, ini akan menjadi kunjungan pertama dan terakhirku di sini. Terima kasih sudah mau menerima aku tinggal di sini." Wanita itu nampak be
Rehan hanya terdiam karena dia tak tahu harus berkata apa, karna kini rasa malu terus bergulat di hatinya."Diammu menandakan iya Rey." Tanpa ba bi bu lagi Tessa segera memeluk tubuh pria yang ada di hadapannya, dia teramat sangat bahagia karena orang yang selama ini dia puja akhirnya menyerah dengan keegoisannya."Aku bahagia Rey, aku bahagia," bisiknya dengan air mata jatuh karena senang.Reyhan membalas pelukan Tessa, dia pun mengeratkan pelukannya, rasa ini sama persis seperti rasa kala itu, ketika tubuhnya memeluk tubuh Rara."Aku juga.""Terima kasih Rey karena tidak membiarkan aku pulang dengan tangan hampa."Keduanya terus berpelukan tanpa mereka sadari jika banyak pasang mata di sekitar mereka menatap mereka dengan tatapan yang beraneka ragam, ada yang menatap dengan tatapan kesal ada pula yang merasa terharu dengan mereka."Sudah Tessa."Reyhan melerai pelukan wanita itu namun tubuh wanita itu tidak mau berpisah dari tubuh yang dipeluknya. "Dua jam ke depan aku akan pulang d
"Pak Rey saya mohon, saya ingin mengambil deposito saya." Kata pertama yang keluar dari mulut Rara ketika mereka bertemu.Reyhan nampak bingung, bukannya dia tidak mau mengantar atau membantu Rara tapi belum jatuh tanggal penarikan deposito tersebut."Deposito kamu bisa ditarik dua bulan lagi," sahut Reyhan."Tapi saya memerlukan uang itu secepatnya pak Rey, apa tidak bisa dilakukan penarikan lebih awal."Reyhan nampak heran sebenarnya untuk apa uang sebanyak itu, jika keadaan memang mendesak masih ada Raymond atau dirinya yang masih bisa mengusahakan."Jika kamu butuh uang kan ada Tuan Raymond, aku juga bisa membantu jadi tidak perlu menarik deposito kamu."Rara menggeleng, Raymond saat ini dalam keadaan yang sulit, dan untuk tawaran Reyhan jelas dia tidak mau lagipula uang yang Raymond butuhkan jelas sangat banyak."Tuan Raymond ada masalah Tuan," ungkap Rara.Reyhan semakin bingung harus bagaimana, haruskah dia melarang Rara untuk membantu Raymond? atau malah mendukung keputusan wa
Rara menjelaskan jika uang yang dimilikinya adalah hasil dari penjualan tanah peninggalan orang tuanya. Dia rela jika uang itu digunakan Raymond untuk menstabilkan keuangan perusahaan."Maaf Sayang, tapi aku tidak bisa menerima uang ini."Penolakan Raymond sontak membuat Rara terkejut, saat genting seperti ini Raymond malah menolak bantuannya."Tuan keadaan anda begitu mendesak, anda memerlukan suntikan dana tapi kenapa Anda menolak uang dari saya." Wanita itu nampak protes karena bantuannya ditolak oleh sang kekasih."Itu adalah uang kamu, hasil peninggalan orang tua kamu jadi aku tidak bisa menggunakannya," ujar Raymond."Tuan jangan seperti ini, anda perlu uang ini."Dengan cepat Raymond menyilangkan telunjuknya di bibir Rara, ia berharap sang kekasih tidak memaksanya untuk menerima uang itu."Sudahlah Sayang, aku sudah memiliki solusi atas masalahku, daripada kita berdebat lebih baik kita sekarang tidur, aku sangat mengantuk."Rara tak habis pikir dengan Raymond, entah mengapa pri
Siapa sangka orang sedingin salju bisa romantis juga, tepat di hari Valentine dia mengajak Rara pergi ke salah satu negara di Timur Tengah, di negara tersebut Raymond dan anak buahnya sudah menyiapkan kejutan untung sang kekasih. "Will You Marry Me" Tulisan itu terpampang indah di sebuah gedung tertinggi di dunia, Rara yang melihat hal itu begitu takjub, dia tidak percaya dengan kejutan yang Raymond berikan. Tepat di hadapannya, Raymond berlutut dengan membuka sebuah kotak warna merah yang mana kotak tersebut berisi cincin berlian indah untuk Rara. "Maukah kamu menikah dengan aku Sayang?" Air mata Rara merembes keluar, dengan segera dia mengangguk, "Iya Tuan saya mau." David dan orang-orang yang melihat mereka turut bahagia, dari situ dapat terlihat betapa cintanya Raymond pada Rara. Raymond dan Rara berpelukan sambil melihat tulisan serta foto-foto mereka yang terus terpampang di gedung pencakar langit itu. "Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita sayang." "Iya Tuan," sah