Share

#BAB 52

Penulis: Amaya Ratisani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Hueeek!

Hueeek!

Kevin terus memuntahkan cairan bening dari mulutnya. Jelas saja hanya cairan bening yang ia muntahkan, sebab dirinya belum memakan apa pun setelah sarapan tadi pagi.

"Udahlah, Vin ... kita jangan dulu ke sana," ujar Juna yang dibuat tidak fokus saat menyetir karena suara muntahan Kevin.

"Kamu aja sakit, pake sok-sokan jenguk orang sakit!" sambungnya dengan rasa panik yang tak karuan.

Kevin tak menggubris. Ia benar-benar tengah kepayahan dengan rasa mual dan peningnya. Kevin begitu payah dalam mengendalikan kekhawatirannya akan kondisi Tiffany. Kecemasannya itulah yang membuat Kevin mengalami rasa panik yang berlebihan.

"Pulang aja ya, Vin!"

Kevin mengerutkan kening dari pilot seat-nya. "Jangan kebanyakan bicara! Udah! Cepet nyetirnya, ke rumah sakit!" sentak Kevin dengan emosi yang sudah memuncak.

Juna mendengkus. "Di sana ada Satria, Vin! Kamu nggak bakalan mungkin diizinin ketemu sama Fany!"

Kevin mencengkeram keresek yang ia pegang dengan begitu kuat. Ia san
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 53

    [Flashback] Tiffany mendengkus sambil menyilangkan tangannya di atas meja. Wajahnya begitu muram, ditambah dengan bibirnya yang mengerucut sebal. Matanya berkaca-kaca menatap kosong jendela. Di depannya, Satria hanya diam sambil mengamati wajah adik kelasnya itu. Seumur hidupnya, lelaki itu belum pernah setegang ini saat berhadapan dengan seorang gadis. "Kakak pernah jahatin cewek, nggak?" Tiba-tiba Tiffany membuka suara. Ucapannya bagaikan petir yang menyambar keheningan dalam benak Satria. "Maksudnya?" tanyanya dengan datar tanpa antusias, seperti biasanya. Tiffany menghela napas panjang. "Enggak." Satria merapatkan bibirnya sambil manggut-manggut. Ia benar-benar tidak pandai dalam membangun perbincangan dengan orang lain. Sementara itu, Tiffany lagi-lagi menghela dan membuang napasnya dengan begitu kesal. Wajah Tiffany yang kini tampak itu malah membuat Satria merasa tersipu. "Tapi Kakak nggak mungkin ngejahatin cewek tanpa alasan, kan?" Kali ini suara Tiffany terdengar pa

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 54

    "Kamu baik-baik aja?" tanya Kevin saat di dalam lift. "Maaf, kamu jadi harus buang-buang tenaga," sambungnya ketika tidak kunjung mendapatkan respons dari Tiffany. Tiffany terus menggenggam pergelangan tangan Kevin. Namun, ia sama sekali tidak berbicara ataupun menoleh pada lelaki itu. Sementara itu, Kevin tak mengalihkan perhatiannya dari Tiffany. Ia begitu cemas kalau Tiffany benar-benar tidak ingin berbicara dengannya. "Fan, kamu marah ya sama aku?" tanya Kevin dengan harap-harap cemas. Namun, lagi-lagi Tiffany hanya diam. Lantas, wanita itu mulai melangkahkan kakinya keluar ketika pintu lift terbuka. Wanita itu pun segera berjalan sambil mendorong tiang infus. Kevin ikut berjalan dengan keadaan tangannya yang masih berada dalam genggaman Tiffany. Mata Kevin begitu sayu saat melirik tautan antara tangannya dengan tangan Tiffany. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang saat ini tengah menduduki pikiran Tiffany. Yang jelas, Kevin sangat takut jika wanita yang dicintainya

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 55

    "Jun, sebenernya hubungan mereka tuh apa, sih?" tanya Lauren setengah berbisik.Juna mengedikkan bahu. "Nggak tau.""Apa mereka pacaran ya, Jun?" tanya Lauren. "Soalnya si Satria sampai ngamuk-ngamuk kayak tadi.""Nggak tau, deh, gue."Lauren menoleh ke samping kanannya. "Dim. Jangan ngelamun!" ujarnya sambil menepuk paha Dimas.Dimas mengangkat kedua alisnya. Sorot matanya sama sekali tak bergairah. "Apa?""Jangan ngelamun gitu! Ntar kesambet!"Dimas tak menghiraukan. Ia memalingkan wajah dan mengusap wajahnya dengan kasar."Han, kamu mau balik ke kamar?" tanya Lauren pada Hani yang duduk di seberangnya."Nggak tau, Mbak. Saya bingung. Soalnya tadi Mbak Fany kan nyuruh kita pulang aja," balas Hani.Lauren mengangguk. "Iya juga, sih."Tiba-tiba Satria kembali datang ke lobi bersama Joan."Eh, dia malah balik lagi!" gumam Lauren dengan kesal.Wajah Satria tampak begitu merah. Raut wajahnya masih belum berubah. Ia terlihat begitu nanar dilahap emosi.Satria duduk terpaut dua bangku di s

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 56

    [Flashback] "Jangan kelamaan sedihnya," ujar Satria setelah menghentikan motor bebek jadulnya tepat di depan rumah Tiffany. Tiffany pun lekas turun dari motor Satria. Lantas, ia sedikit melirik pada wajah kakak kelasnya itu. "Kamu berhak bahagia. Nggak perlu nangisin orang itu," tandas lelaki blasteran Italia. Ucapan yang keluar dari mulut Satria sontak membuat Tiffany sedikit tertegun. Ia merasa tidak nyaman untuk kembali membicarakan soal pertemuannya dengan Kevin sore tadi di mal. Gadis itu pun agak menaikkan kedua alisnya dengan mata yang terus terpaku pada Satria. Ia menatap aneh kakak kelasnya itu. "Saya memang nggak kenal sama dia. Saya juga nggak tau gimana sebenernya hubungan kalian," ujar Satria sambil membantu Tiffany melepaskan helmnya. Perlakuan manisnya itu spontan membuat wajah Tiffany merona dengan ekspresi yang canggung. "Tapi dengan ngeliat sikap dia barusan, saya nggak ragu untuk bilang kalau itu memang buru

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 57

    "Sat! Sadar, woi!" gerutu Joan dengan setengah berbisik. Ia sekuat tenaga berusaha menyusul langkah Satria yang begitu lebar dan cepat di lorong rumah sakit. "Tahan emosi lo!" "Satria!" "Lo bisa urusin dulu masalah yang lain!" Joan terus berusaha mengejar Satria yang sudah menggila. Pria blasteran itu benar-benar tengah dimakan emosi. Dadanya megap-megap diburu napas. Setiap orang yang melihat wajahnya pun bisa-bisa dibuat langsung ciut seketika. Kemarahan Satria kali ini bermula setelah ia mendengar obrolan Lauren dan Joan yang membicarakan Juna. Mereka curiga bahwa Juna pun ikut ke dalam kamar inap Tiffany karena manajer itu tidak kunjung kembali dari toilet setelah hampir satu jam setengah berlalu. "Aduuuh, angkat dong, Jun!" rutuk Lauren dalam batin. Wanita itu turut mengikuti langkah Joan dan Satria dari kejauhan. "Kampret emang si Juna!" sungut Joan. Ia pasrah mengejar Satria. Pria itu memutuskan untuk dudu

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 58

    [Flashback]Satria mengangguk sambil membuka bungkusan roti. "Ternyata gini rasanya dicuekin," gumamnya.Sementara itu, Tiffany yang tengah duduk di sampingnya masih saja terdiam dan melamun. Matanya sembap dengan bibir yang pucat. Gadis itu terus menatap kosong rerumputan taman di belakang sekolah."Nih," ujar Satria sambil menyodorkan roti yang baru saja ia buka kemasannya.Tiffany melirik roti itu dengan ekor matanya. Lantas, ia menoleh pada Satria tanpa sedikit pun berbicara."Saya tau, kamu belum makan apa-apa dari istirahat pertama." Satria makin menyodorkan rotinya. "Jangan-jangan kamu belum sarapan," sambungnya.Tiffany bergeming. Ia hanya menatap roti itu dengan kelopak mata yang sayu."Waktu saya sakit, kamu berkali-kali ngomelin saya untuk jangan ninggalin sarapan," ujar Satria."Nih ..." Satria mengangkat rotinya tepat di depan mata Tiffany. Namun, Wanita itu masih saja diam dan menatap mata Satria.

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 59

    Bruugh! "Mas, kamu udah pulang?" ujar Rina sambil menghampiri Satria yang baru saja masuk ke dalam rumahnya dengan membanting pintu. Satria berjalan dengan tegap dan arogan. Tatapannya begitu dingin dan sama sekali tidak melirik Rina. Ia bahkan sampai menyenggol bahu Rina hingga wanita itu hampir kehilangan keseimbangannya. Namun, pria itu tak menghiraukannya. Satria terus berjalan ke arah kamar Rina—mereka memang tidak memiliki kamar bersama. "Mas? Kamu lagi nyari apa, sih?" tanya Rina. Wanita itu begitu penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Satria. Sebab, pria itu tidak pernah sekali pun masuk ke dalam kamarnya. Bahkan, satu-satunya momen berhubungan badan keduanya pun dilakukan dengan tanpa sengaja. Saat itu Rina mencoba menerobos masuk ke dalam kamar Satria yang tengah mabuk berat. Alhasil, Satria melakukan malam pertamanya dengan Rina tanpa kesadaran. Rina mencoba menguatkan dirinya untuk berjalan mngikuti Satria. "Mas, aku udah buatin kamu sup jagung." Rina mencoba m

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 60

    [Flashback] "Pokoknya awas aja kalau lo sampai cerai sama Mbak Rina!" ancam Tiffany setelah Satria menghentikan mobilnya di tepi jalan. Keduanya terlibat adu mulut di perjalanan menuju studio Bumantara Band, usai Satria menyatakan bahwa dirinya ingin segera menyudahi status pernikahannya dengan Rina. Hal itu sontak memancing kemarahan Tiffany. Wanita itu bersikeras menentang keinginan Satria hingga membuat pria itu merasa penat untuk menghadapinya. "Pokoknya kalau lo sampai cerai sama dia, gue nggak bakalan segan-segan buat ninggalin lo!" Tiffany mengangkat telunjuknya ke arah Satria. Satria menarik napasnya dalam-dalam dengan mata yang terpejam. Ia menyandarkan kepalanya pada jok mobil dengan raut wajah yang begitu lelah. "Gue bakalan ninggalin elo, ninggalin Bumantara, ningga—" "Berhenti!" sentak Satria dengan mata yang merah menyala. Tiffany terpegun dan seketika dibuat bungkam. Jantungnya berhenti sepersekian detik

Bab terbaru

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 69

    [Flashback]Langit tak kunjung berhenti menangis. Derai airmatanya terus membasahi tanah, menggenangi jalan, membanjiri hati seorang gadis jelita yang saat ini tengah bermenung di depan jendela kamarnya.Ia tampak begitu nyaman dalam posisinya yang tengah memangku wajah. Bibirnya yang pucat tak sedikit pun melunturkan keindahan garis senyumnya.Tuk ... Tuk ..."Fan." Terdengar suara lelaki yang memanggil namanya di depan kamar.Tiffany spontan menoleh ke belakang. Tanpa berpikir panjang, ia segera berjalan ke arah pintu. "Iya, tunggu."Cklek."Kakak," ucap Tiffany dengan lirih sambil menyimpulkan kebahagiaan. Ia begitu girang saat berjumpa dengan kakaknya.Arga membalas sambutan adiknya dengan reaksi yang jauh lebih antusias. Ia melebarkan senyumnya dengan riang sambil memeluk Tiffany. Tangannya meraih kepala sang adik dan membelainya dengan penuh kehangatan.Arga mengecup puncak kepala adik satu-satunya itu. "Udah makan?"Tiffany mengangguk dengan girang. "Udah. Kakak gimana?""Udah,

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 68

    "Berkunjung ke rumah keluarga, Pak?"Itulah pertanyaan kesekian kalinya yang terlontar dari mulut sopir yang kini tengah mengantarkan Kevin ke Bandung. Pertanyaan yang lagi-lagi memaksa Kevin untuk berbicara ketika suasana hatinya sama sekali tidak dalam keadaan yang baik-baik saja."Iya," sahutnya singkat."Wah, seneng banget saya kalau lewat jalanan di sana." Sang sopir meneruskan pembicaraannya tanpa mencoba memahami kondisi kliennya. "Romantis banget itu suasananya."Kevin tersenyum pahit. Kata-kata yang diucapkan oleh sopir itu seketika kian membuatnya cemas. Setiap ingatan yang muncul tentang kota legendaris dalam hidupnya itu kini membuatnya berkeringat dingin."Nggak kebayang sih untuk saya, harga rumah di sana. Pasti miliaran, ya," ucap sang sopir.Kevin sama sekali tak menyahut sopir. Pikirannya berantakan. Banyak hal yang kini berkeliaran dalam benaknya. Bahkan ia sendiri pun tidak tahu apa tujuannya pergi ke Bandung.Untuk menyusul Tiffany? Rasanya mustahil untuk saat ini.

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 67

    "Aduuuuh, La! Pelan-pelan atuuuh!"Tiffany menjerit sambil mencengkeram bajunya. Sementara itu, Damar dan istrinya terus terkekeh saat melihat tingkah konyol Tiffany yang terilihat tidak lagi memedulikan wibawanya sebagai seorang figur publik. Wanita itu malah terlihat seperti gadis kecil yang mengaduh menggemaskan."Aduuuh! Sakiit, Lala!""Lalaaa!""Damar! Lo jangan ngetawain gue! Ini sakit!"Wanita itu tidak berhenti mengoceh hingga bulir airmata terus mendarat di wajahnya. Tingkah wanita itu membuat Damar dan istrinya kian cekikikan sampai wajahnya memerah."Bentar, Fan," ujar Lala sambil merapikan perban yang telah disiapkannya.Bohong sekali jika sebelumnya Tiffany mengaku-ngaku bahwa luka yang ada di dahinya sama sekali tidak berarti apa-apa untuk dirinya. Nyatanya, setelah luka itu dibersihkan oleh Lala, rasa sakitnya bukan main.Tiffany memang benar-benar membenci luka yang menyakiti tubuhnya. Namun, kali ini, ia mengaduh kesakitan bukan semata-mata hanya karena luka yang ada p

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 66

    Kim Shin menggoyang-goyangkan kakinya di bawah meja. Sejak Heru memulai presentasinya terkait bisnis Stars Peach Cafe, pria oriental itu memang tampak gelisah. Ia bahkan tidak terlihat benar-benar menyimak apa yang telah dipaparkan oleh Heru. Perasaannya begitu buncah dengan pikiran yang tidak karuan."Sudah?" tanyanya singkat setelah Heru kembali duduk di kursinya.Heru menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul. Ia sejenak melirik pada Dine. "Sudah, Pak."Pertemuan mereka memang terjadi sangat mendadak. Kim Shin tiba-tiba datang ke kafe dan mendesak Heru untuk mempresentasikan bisnis Stars Peach Cafe. Tidak banyak alasan yang dapat membuat Heru menolak permintaan itu, terlebih lagi dengan kondisi keuangan kafe yang memang tengah membutuhkan suntikan dana investor. Alhasil, meskipun Heru belum mendapatkan tanggapan dari Tiffany terkait permintaan Kim Shin yang begitu mendadak, Heru memberanikan diri untuk mengambil keputusan. Ia menyanggupi permintaan Kim Shin.Kim Shin merapatkan

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 65

    "Lu baik-baik aja, Fan?" tanya Geza setelah Tiffany masuk ke dalam mobilnya dan duduk di jok penumpang depan.Wanita itu terus saja menundukkan pandangannya. Tidak ada kehangatan yang biasanya terpancar dari wajah orientalnya itu. Bibirnya terus saja melengkung ke bawah dengan mata yang sayu.Tiffany tersenyum tipis. "Gue nggak mungkin baik-baik aja, Gez."Geza menarik napas dengan wajah gamam. "Tadi keliatannya Teh Yuna serius banget."Geza menelan ludahnya. Ia merasa gugup untuk memancing Tiffany agar ia mau menceritakan sesuatu tentang perbincangannya dengan Yuna barusan. Meskipun tidak begitu akrab, entah mengapa hatinya tergerak untuk memastikan agar Tiffany baik-baik saja. Geza tahu persis kalau Dimas sangat menyayangi Tiffany dan tidak ingin wanita itu terluka sedikit pun. Mungkin ini salah satu upaya yang dapat ia lakukan sebagai teman dari pria malang yang harus kehilangan nyawanya dalam insiden kecelakaan itu."Jadi ke DU-nya?" tanya Geza

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 64

    Tiffany dan Yuna masuk ke dalam mobil kepunyaan kerabat Dimas. Keduanya tampak bersitegang. Yuna terus bersikap dingin dengan raut wajahnya yang sama sekali tidak memberikan ketenangan kepada Tiffany. Sementara itu, Tiffany terus menundukkan pandangannya sambil menahan tangis dan perasaan khawatir. "Jidat kamu kenapa?" tanya Yuna dengan datar. Tiffany refleks memegang perban pada keningnya. Ia menelan ludahnya sebelum melirik pada Yuna. Tiffany bingung harus menjawab apa. Mungkinkah Yuna belum membaca berita soal skandal terbarunya dengan ibu dan mertuanya Satria? "I—ini, kejeduk, Teh," balas Tiffany dengan gugup. "Gara-gara Dimas?" celetuk Yuna. Tiffany membulatkan matanya. Ia spontan bergumam kebingungan. "Bukan, Teh." Otaknya berupaya menemukan alasan yang tepat, Tiffany diam dengan ken

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 63

    Dua puluh meter dari makam Dimas, Tiffany duduk sendirian di atas kursi kayu yang reyot. Kondisinya tampak begitu terpuruk. Air matanya belum juga surut menangisi kepergian Dimas yang begitu mendadak. Segunduk penyesalan dan perasaan bersalah begitu menguliti perasaannya. Ia terus dibayang-bayangi wajah Dimas. Wajah mantan kekasihnya yang terlihat begitu kecewa atas sikap abainya saat di rumah sakit. Wajah Dimas yang malang, yang tidak sempat berbicara dengannya untuk sebuah perpisahan. "Maafin aku, Dim ..." batinnya terus menjeritkan kata-kata itu. Kata-kata yang mungkin hanya akan memekakkan telinga Dimas. Tiba-tiba Geza dan Hesti datang menghampiri Tiffany. "Alhamdulillah pemakamannya berjalan lancar, Fan," ucap Geza sebelum duduk di samping Tiffany. Tiffany sontak mendelik kesal menanggapi pernyataan Geza. Sorot matanya begitu dingin seperti ingin membekap mulut salah satu kru Dimas Talkshow itu. "Husss!" bisik Hesti sambil menepuk lengan

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 62

    Tiffany melamun di depan jendela kamar inap Kevin. Ia menyandarkan kepalanya pada bingkai jendela dengan tatapan yang kosong. Perasaan sedihnya yang sudah terlampau menyayat hati, membuat air matanya kering. Di belakangnya, Kevin menatap punggung wanita itu sambil beberapa kali memaksakan makanan agar masuk ke dalam mulutnya. Ia duduk di kasurnya dengan bahu menunduk. Pria itu benar-benar kehilangan nafsu makannya, apalagi dengan keadaan Tiffany yang kini sudah hampir dua jam tidak berbicara. "Fan, gue nggak tau seharusnya gue diem aja atau ngasih tau lo. Tapi daritadi hp lo nyala terus, ada yang nelpon tuh," ujar Juna dengan bimbang. "Siapa?" tanya Kevin tanpa bersuara saat Juna melirik kepadanya. Juna mengangkat bahu. "Gatau," jawabnya yang juga tanpa suara. Sementara itu, Reyhan yang baru saja datang sekitar setengah jam yang lalu benar-benar dibuat bingung akan situasi yang tengah terjadi. Ia merasa bimbang dengan setiap pergerakan yang dilakukannya. Apalagi saat melihat keada

  • Wanita Pecandu Luka   #BAB 61

    [Flashback] "Fany! Sayang!" panggil Satria setelah membuka pintu rumah Tiffany. Pria itu berjalan dengan gontai. Kepalanya terasa begitu pusing, seperti ada gempa bumi yang mengguncangkannya. Beberapa kali tangannya pun mendarat di kening untuk memijiti kepalanya yang begitu sakit. "Fan! Lu di mana?" seru Satria dengan suara yang lebih kencang. Ia lantas berhenti di depan pintu kamar Tiffany. Pria itu tengah kehilangan kesadarannya. Ia mengalami halusinasi sejak mengonsumsi narkoba sekitar enam jam yang lalu. Hal bodoh itu dilakukannya karena ia merasa depresi setelah bertengkar hebat dengan Tiffany usai mengetahui bahwa wanita itu baru pulang dari rumah ibunya Dimas di Bandung. Satria tidak suka kalau Tiffany masih berhubungan dengan Dimas. Yang Satria tahu, Dimas hanyalah pelarian bagi Tiffany untuk mengecoh Rina, Carina, dan Lia atas hubungan terlarang yang masih dijalani Tiffany dengan dirinya. Namun, Satria tidak mengetahui bahwa sebenarnya itu hanyalah akal-akalan Tiffany s

DMCA.com Protection Status