Share

Istirahat

Penulis: Deschya.77
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-14 09:20:24

Aku terbangun di tempat asing, kemudian aku teringat semalam aku datang ke rumah James. Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang James pikirkan, sehingga bisa melakukan hal seperti ini. Padahal James kini tahu apa pekerjaanku, jika itu pria lain pasti langsung menghindar, ketika tahu apa pekerjaanku. Tetapi James malah memberiku kebebasan selama tiga hari ini dan membayarnya dengan sangat mahal tanpa menyentuhku.

Aku melihat jam menunjukkan pukul empat pagi, aku pun bangun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka aku keluar kamar dan menuju dapur. Sudah lama aku tidak memasak, Mami melarangku memasak ataupun bersih-bersih setelah aku bisa bekerja. Padahal memasak adalah satu-satuya hal yang aku senangi di rumah itu.

Aku melihat penanak nasi yang masih kosong, aku pun melihat-lihat bahan makanan yang ada di kulkas dan lemari. Setelah menemukan apa yang aku cari, aku pun mulai memasak. Aku berniat untuk memasak nasi merah, dan juga membuat omelette di tambah sosis goreng untuk sarapan nanti. Tidak lupa aku juga menyiapkan susu untuk Jesen.

Ketika aku membalikkan badan, tiba-tiba aku dikejutkan oleh orang yang ada dibelakangku. Aku secara refleks lansung melangkah mundur. Namun aku kehilangan pijakanku dan hampir jatuh kebelakang, namun dengan sigap James langsung menangkap pinggangku dan menarikku agar tidak terjatuh.

Kini wajah kami sangat dekat, jantungku berdetak sangat cepat, aku berusaha bersikap biasa walaupun detak jantungku terdengar dengan jelas. Mata kami saling bertemu, aku seperti melayang di buatnya. Hingga kami pun tersadar kalau tubuh kami masih menempel kemudian melepaskan pelukan itu.

Aku langsung membalikkan badan, karena sekarang wajahku pasti sudah sangat merah. Padahal aku sudah terbiasa berdekatan dengan banyak pria, tapi aku tidak pernah merasakan debaran seperti ini. Mungkin perasaanku pada James terlihat jelas, dan aku sudah tidak bisa memungkirinya. Tidak ada bedanya dengan perasaan James yang terpampang jelas di raut wajahnya, namun ada perasaan tidak pantas untuk aku bisa bersama dengannya.

"Maaf, tadi aku hanya refleks." kata James menjelaskan dengan gugup.

"Tidak masalah, aku malah yang harusnya berterimakasih, kalau bukan karena refleksmu mungkin aku sudah terjatuh."

"Eeemmb..memang kamu sedang masak apa?"tanya Jesen mencari topik.

"Aku hanya membuat omellete, untuk sarapan nanti. Tidak masalah kan?"

"Tidak, aku dan Jesen juga sering makan omellete buatanku."

"Kamu masak sendiri James? Jadi kamu bisa masak?" tanyaku tidak percaya, karena dari postur tubuh dan pembawaannya tidak akan ada orang yang percaya kalau dia bisa memasak.

"Aku tidak memperkejakan pembantu untuk masalah memasak. Aku sedikit lebih hati-hati untuk soal makanan, jadi aku memilih untuk memasak sendiri. Ingat waktu kita pertama bertemu?"

"Emb ya, waktu di restoran?" tanyaku memastikan.

"Iya, waktu itu aku marah kepada Jesen karena memakan masakan yang tidak sehat itu. selama ini kalaupun aku tidak bisa memasak, aku akan memesankan makanan di restoran yang sudah aku percaya kualitasnya." jawab James menjelaskan.

"Tapi untuk sesekali tidak masalahkan?" jawabku sambil meringis memperlihatkan gigiku."

"Jangan diulang lagi, okey? Kamu kenapa bangun sepagi ini? Kamu tidak bisa tidur? Apa kamarnya kurang nyaman?" tanya James berentetan.

"Tidak James, aku tidur dengan sangat pulas, terimakasih. Aku hanya sudah terbiasa bangun jam segini." jawabku menjelaskan.

"Okey, yang terpenting kamu nyaman. Aku bisa bantu apa?"

"Kamu bantu nyiapain peralatan makan aja gih, ini juga sudah mau selesai."

"Siap!" jawab James sambil mengangkat tangannya memberi hormat.

Aku tertawa geli melihat tingkah James yang baru aku lihat. Tidak kusangka ternyata James memiliki sisi yang seperti ini juga. Setelah selesai menyiapkan sarapan, kami berdua kembali ke kamar masing-masing untuk membesihkan diri dan berganti pakaian. Setelah itu aku kembali menuju meja makan.

Jesen yang melihatku pertama kali langsung teriak-teriak kegirangan sambil berlari ke pelukanku. Aku yang melihat reaksi Jesen sangat kaget dibuatnya, pasalnya belum pernah ada yang sebahagia ini ketika bertemu denganku. Wajah Jesen yang berada di perutku membuat aku geli dan bahagia melihatnya.

Tanganku mebelai kepala Jesen, rambutnya sangat halus berwarna hitam pekat, persis seperti rambut James. Namun warna mata mereka berbeda, Jesen memiliki warna mata yang kecoklatan sedangkan milik James berwarna hitam pekat. Mereka berdua terlihat sangat mirip namun terkadang juga sangat berbeda.

Setelah lumayan lama drama Jesen kepadaku, akhirnya kami semua menuju meja makan untuk sarapan. James terlihat kaget ketika memakan masakanku, aku sempat takut kalau masakan yang aku buat tidak sesuai dengan seleranya.

"Apakah masakanku tidak enak?" tanyaku khawatir dengan ekspresi James.

"Emb, bukan. Aku hanya merasa kaget. Bagaimana bisa rasa omellete yang aku buat sangat berbeda jauh dengan omellete yang kamu buat?" tanya James membuatku bingung dengan jawaban yang dia berikan.

"Maksud kamu bagaimana?" Tanyaku tidak mengerti.

"Ini sangat enak Tante, beda sekali dengan yang Papa masak selama ini. Jesen sangat suka." jawab Jesen menjawab pertanyaanku menggantikan James.

"Syukurlah kalau kalian suka. Kamu jahat James, aku kira masakanku bermasalah." jawabku sambil pura-pura marah.

"Aku sungguh kaget dengan rasanya, aku tidak berbohong." jawab James mengelak.

"Pokoknya kamu jahat, aku tidak mau dekat-dekat denganmu, aku hanya akan bersama Jesen." tambahku pura-pura merajuk.

"Kenapa bisa begitu, Jesen bantu papa menjelaskan." rengek James kepada Jesen.

"Tidak apa-apa pa, Jesen juga ingin bersama Tante Daisy terus." jawab Jesen sambil tersenyum melihat tingkah papanya yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

"Baiklah kalau begitu Papa tidak jadi mengajakmu ke wahana bermain." jawab James merajuk.

"Papa! Jesen mau ke tempat bermain!" teriak Jesen tidak terima.

"Baiklah kalau kalian setuju, segera selesaikan makan kalian kemudian bersiap-siaplah, Kita akan segera berangkat." Kata James membuat semangat.

"YEEEEE.. Jesen sayang papa. Tante Daisy ikut kan Pa?" jawab Jesen antusias.

"Tentu dong, Tante Daisy akan ikut kita selama tiga hari."

"Apa Papa serius Tante? Tante Daisy benar akan nemenin Jesen selama tiga hari?" tanya Jesen kepadaku memastikan.

Aku pun mengangguk mengiyakan pertanyaan Jesen. Melihat anggukanku Jesen turun dari kursinya dan langsung berlari memelukku sekilas, kemudian dia berlari menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, aku sangat bingung dengan reaksi Jesen yang meluap-luap, membuatku merasakan perasaan hangat yang menjalar di hatiku.

Aku ikut kembali ke kamar untuk bersiap-siap, perlengkapan pribadi yang di maksud James tadi malam sudah diantar oleh Andre. Awalnya aku mengira Andre sendiri yang membelinya, tetapi ternyata dia datang bersama pacarnya kemudian pergi lagi setelah menyerahkan semua belanjaan.

Aku mulai memilih pakaian yang akan aku gunakan, dan akhirnya pilihanku jatuh di dress dengan panjang selutut dan berwarna kuning. Dress itu bermotifkan bunga Daisy yang sangat cantik, sebenarnya aku sangat benci dengan bunga daisy, kala mengingat kehidupan yang aku jalani. Namun entah kenapa aku melihat bunga daisy yang berada di pakaian itu sangat terlihat cantik.

Setelah merias wajahku dengan tipis dan natural, aku kembali melihat kaca secara keseluruhan. Aku berdebar seolah aku akan pergi berkencan dengan seorang pria, tidak salah sebenarnya karena aku memang pergi dengan seorang pria namun dengan anaknya juga. Semua terlihat sudah pas menurutku. kemudian aku pun melangkah keluar dan berjalan menuju ruang tamu.

Bersambung

Bab terkait

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Hari Pertama

    Sesampainya aku di ruang tamu, ternyata Jesen dan James sudah menungguku sedari tadi. Aku melihat mereka berdua mendatapku tanpa berkedip, dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku tersenyum malu dengan tatapan mereka berdua, berbeda dengan tatapan orang-orang yang selama ini melihatku. Biasanya tatapan orang terhadapku hanya sebatas tatapan nafsu dan tatapan iri. Ketika aku sudah berada di hadapan mereka, akhirnya mereka pun sadar dari lamunannya. Jesen langsung memelukku tiba-tiba, entah apa yang sedang anak kecil yang menggemaskan ini pikirkan. Aku kembali mengelus-elus kepala Jesen yang seperti candu untukku. "Tante sangat cantik sekali, Jesen tadi sampai sempat tidak mengenali." puji Jesen yang ceplas-ceplos layaknya anak kecil dan itu membuatku sedikit malu. Aku sedikit berharap mendapatkan pujian dari James juga, namun setelah Jesen selesai memelukku James masih diam saja tanpa berkata apa pun. Rasa kecewa membuat hatiku sedikit nyeri, namun aku tetap berus

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kebahagiaan Jesen

    Pagi harinya aku kembali terbangun sedikit kesiangan, mungkin karena kelelahan aku tertidur sangat pulas. Aku keluar dari kamar menuju dapur, niatku ingin segera memasak untuk sarapan. Namun sesampainya di dapur aku melihat James yang sedang membuat sandwich telur sangat banyak. Aku tersenyum geli melihat tubuh kekar James yang sedang memakai celemek berwarna merah muda. James yang menyadari kedatanganku langsung tersenyum sambil mengalihkan pandangannya kepadaku. Tidak hanya mata hitamnya yang membuatku seperti tenggelam, senyumannya pun membuatku meleleh dibuatnya. Setelah James selesai menyiapkan semuanya, dia langsung menghampiriku masih dengan celemek yang melekat di tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya James sambil memelukku dari belakang. Aku sedikit kaget dengan panggilannya terhadapku yang berubah dalam semalam. Aku tersenyum menanggapi pertanyaan James. Sebenarnya aku masih canggung mendengarkan panggilan itu, walaupun aku juga menyukainya. Suar

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Perasaan Yang Meluap

    "Bisa bicara sebentar sayang?" James bertanya ketika aku keluar dari kamar setelah menceritakan buku dongeng kepada Jesen hingga dia tertidur."Bicara apa? Apa aku perlu membuatkan kopi?" Aku berjalan menuju dapur tanpa menunggu jawaban.Namun baru dua langkah, tanganku di tahan oleh tangan James yang besar dan menarikku ke pelukannya. Entah mengapa James memelukku lumayan lama tanpa berkata apa pun, membuatku bingung dengan sikapnya. Setelah dia selesai memelukku, tangannya menuntunku menuju ruang keluarga dan kami pun duduk di sofa."Ada apa James? Apa kamu ada masalah?""Bukan aku sayang, tapi kamu.""Aku? Memangnya aku kenapa James?""Kamu terlihat berbeda setelah mengantar Jesen ke sekolah tadi sayang. Sebenarnya apa yang terjadi ketika tadi di sekolah,hem?""Tidak terjadi apa-apa James, aku cuma merasa canggung karena baru pertama mengantar anak kecil ke sekolah." jawabku sedikit berbohong."Aku tahu bukan itu sayang. Kamu tidak mau berceri

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Hari Terakhir

    Aku terbangun dengan pemandangan wajah pria yang aku cintai. Wajah James yang masih tertidur lelap sangat tampan, rahang yang tegas dan hidung mancungnya membuat semua terlihat sempurna bagiku. Aku pun bergerak perlahan agar James tidak terbangun dan turun dari tempat tidur.Hari ini harusnya menjadi hari terakhirku bersama mereka jika sesuai dengan perjanjian awal James dan Mami. Aku tidak tahu rencana apa yang akan dilakukan James sebenarnya, aku pun juga tidak ingin mengetahuinya.Aku sudah cukup bersyukur dengan semua yang sudah dilakukan oleh James untukku. Sebenarnya aku sudah sejak lama mengumpulkan uang untuk menghancurkan Mami dan rumah bordil itu, tapi aku sendiri pun tidak tahu harus memulainya dari mana.Aku berjalan menuju dapur dan mulai membuat sarapan. Setelah selesai aku langsung kembali ke kamarku untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Ketika selesai aku belum mendengar suara James ataupun Jesen, aku masuk ke kamar James untuk membangunkanny

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pertemuan Keluarga

    "Kamu sangat cantik, sayang." ucap James sambil mengecup dahiku. Aku sangat malu dengan perlakuan mereka berdua, namun aku juga sangat bahagia dibuatnya. Kami bertiga pun berangkat menuju restoran yang sudah disiapkan oleh James. James tadi bercerita tentang keluarganya, orang tuanya yang masih lengkap dengan Mama Elena yang suka merawat tanaman dan Papa Ricard yang sudah pensiun namun terkadang tetap memantau perusahaan dari rumah. Kemudian ada satu kakak bernama Jeremi dan kedua adik kembarnya yang bernama Alex dan Alice, aku sedikit terkejut sewaktu James menceritakan bahwa dia memiliki adik kembar. Pasti seru jika bisa memiliki anak kembar, itu membuatku sempat membayangkan jika kami nanti memiliki anak kembar. Aku sudah membayangkan sampai sejauh itu, padahal kini aku baru tahap awal untuk meminta ijin keluarga James. Kami sampai di restoran sedikit terlambat, terlihat semua keluarga sudah berkumpul di meja yang di tata menjadi satu agar semua keluarga d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pertemuan Dengan Sahabat

    Pagi ini seperti biasa aku menyiapkan sarapan dan perlengkapan sekolah Jesen, aku juga menyiapkan pakaian yang akan James pakai untuk bekerja. Ini hari yang sangat aku tunggu-tunggu ketika mengingat kalau hari ini pertemuanku dengan sahabatku kembali.Sudah empat hari aku tidak bertemu dengannya, padahal selama ini aku selalu kumpul dengannya ketika kita di rumah bordil. Lina orang satu-satunya yang sangat peduli denganku di rumah bordil itu, walaupun usianya lebih tua dua tahun dariku tapi dia tetap menyuruhku untuk memanggilnya hanya dengan nama. Dia bilang merasa risih bila aku terus memanggilnya kakak, katanya dia ingin tetap merasa muda waktu itu.Aku sangat takjub ketika memainkan ponsel yang diberikan James semalam, semua bisa aku lakukan hanya dengan satu alat. Aku menekan nama Lina di layar ponselku, terdengar suara deringan ponsel hingga terdengar sebuah suara dari seberang sana dan nampak dirinya yang sedang bangun tidur."Bangun woi, matahari u

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-19
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Yang Kutakutkan

    Suara langkah kami yang tergesa menuruni tangga terdengar sangat jelas, tanganku yang menggandeng mereka sudah berkeringat dingin dan badanku bergetar. Kami pun memasuki mobil yang telah menunggu kami, Lina yang tahu dengan keadaanku langsung mengambilkan obat dan minuman yang sudah aku pesan sebelumnya untuk berjaga-jaga.Selama ini hanya Lina yang mempedulikanku, merawatku dan mengantarkanku ke rumah sakit. Mami hanya tahu kalau aku sakit biasa ketika Lina mengantarku periksa, sehingga hanya Lina lah yang tahu kalau aku memiliki gangguan panik yang lumayan parah. Aku meminum obat yang disodorkan oleh Lina dan kembali menyandarkan kepalaku di sandaran kursi mobil."Tante Daisy kenapa? Tante sakit? Apa perlu ke rumah sakit?" pertanyaan Jesen membuatku sedikit tersadar dari rasa panik yang menyerangku."Tante tidak apa-apa sayang, Tante hanya tidak enak badan." jawabku dengan suara lirih."Tapi wajah Tante pucat, kita ke rumah sakit aja ya biar Tante bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-19
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Mencoba Bertahan

    Sudah tiga hari aku menginap dirumah sakit ini, setelah ini aku akan dibawa untuk pengobatanku yang terakhir sebelum aku di perbolehkan pulang. Aku sudah meminta James untuk membawaku pulang sejak hari pertama, namun sikap keras kepalanya membuatku tidak bisa berkutik. Walaupun begitu dia sangat sigap saat menjagaku di rumah sakit, dia bahkan rela memindahkan semua pekerjaannya ke rumah sakit hanya untuk menemaniku. James sangat over protective terhadapku sejak aku bilang untuk mengakhiri hubungan ini, padahal sudah kukatakan berkali-kali jika aku berubah pikiran. Jesen juga menjadi sangat manja terhadapku, dia selalu datang setelah pulang sekolah dan memintaku membacakan buku cerita. Aku sangat bahagia dengan perhatian mereka, tetapi aku juga lebih takut kalau kehilangan itu. "Nona Daisy, sudah siap terapi hari ini?" aku memasuk ke sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk proses terapi, disana dokter yang bertanggung jawab atas penyakitku menyapaku dengan ramah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22

Bab terbaru

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kejutan Membahagiakan (The End)

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Rumah Baru

    Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Setelah Pernikahan

    Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Jesen Anak Baik

    Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pernikahan Kami

    Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pesta Piyama

    Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Melepas Rindu

    Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Ngidam

    "Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah

DMCA.com Protection Status