Share

Hari Pertama

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2022-03-14 21:58:59

Sesampainya aku di ruang tamu, ternyata Jesen dan James sudah menungguku sedari tadi. Aku melihat mereka berdua mendatapku tanpa berkedip, dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku tersenyum malu dengan tatapan mereka berdua, berbeda dengan tatapan orang-orang yang selama ini melihatku. Biasanya tatapan orang terhadapku hanya sebatas tatapan nafsu dan tatapan iri.

Ketika aku sudah berada di hadapan mereka, akhirnya mereka pun sadar dari lamunannya. Jesen langsung memelukku tiba-tiba, entah apa yang sedang anak kecil yang menggemaskan ini pikirkan. Aku kembali mengelus-elus kepala Jesen yang seperti candu untukku.

"Tante sangat cantik sekali, Jesen tadi sampai sempat tidak mengenali." puji Jesen yang ceplas-ceplos layaknya anak kecil dan itu membuatku sedikit malu.

Aku sedikit berharap mendapatkan pujian dari James juga, namun setelah Jesen selesai memelukku James masih diam saja tanpa berkata apa pun. Rasa kecewa membuat hatiku sedikit nyeri, namun aku tetap berusaha untuk bersikap biasa. Kami bertiga pun berjalan keluar, dan masuk ke dalam mobil menuju ke tempat wisata bermain.

Sesampainya disana Jesen melonjak-lonjak kegirangan, diperjalanan tadi Jesen menceritakan tentang Papanya yang seperti robot. Jangankan mengajaknya pergi berwisata, mengajak bermain di rumah pun tidak pernah karena kesibukan James. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa pekerjaan James, dan aku tidak ada niatan untuk menanyakannya.

Sekarang ini Jesen berusia delapan tahun dan tingginya sudah lebih dari ketentuan setiap permainan. Kami pun mencoba semua permainan yang ada disana, teriakan dan canda tawa selalu mengiringi setiap permainan yang kami mainkan. Aku sangat berharap waktu dapat berhenti di saat ini, walaupun aku bukan bagian dari keluarga mereka tetapi aku tetap merasa sangat bahagia bersama mereka.

Ketika hari sudah siang, kami mencari tempat makan yang mendapat persetujuan James. Aku dan Jesen tidak bisa menolak dan mengikuti kemana James berjalan. Kami pun berhenti di sebuah restoran yang menjual makanan sehat. Aku dan Jesen memesan banyak makanan, karena selera makan kami yang sama membuat James menggelengkan kepalanya. Selesei makan kami pun melanjutkan untuk bermain.

Hari pun semakin sore, Jesen sudah tertidur di pangkuanku karena kelelahan. James kemudian menggendongnya dan membawanya menuju mobil. Sesampainya di mobil, James menidurkan Jesen di bangku belakang. Ketika aku akan mengikuti untuk masuk mobil dan duduk di samping Jesen, tiba-tiba James menahan tanganku.

"Ikut aku sebentar yuk!" ajaknya.

"Memang mau kemana?" tanyaku bingung.

"Ada satu permainan yang masih ingin ku naiki, kamu temani aku!"

"Ada-ada saja kamu James, kamu seperti anak kecil."

"Hanya satu lagi, setelah itu kita pulang."

"Baiklah akan aku temani."

Kami berdua kembali masuk ke area permainan, dan menuju area permainan bianglala. Aku sedikit kaget oleh permainan yang di pilih oleh James, walaupun pakaian yang dipakainya sekarang membuat dia terlihat lebih muda, namun tetap tidak sesuai dengan badannya yang tegap. Aku pun tetap mengikuti James untuk masuk dan tidak mengatakan apa pun.

Bianglala mulai berjalan secara perlahan, kita berdua duduk saling berhadapan. Sebenarnya aku merasa sedikit canggung hanya duduk berdua dengannya, namun aku berusaha untuk menetralkan ekspresiku. Aku memilih untuk melihat pemandangan di bawah sana untuk menutupi perasaanku yang campur aduk. Pemandangan yang sangat indah dengan latar belakang matahari yang akan segera tenggelam. Sungguh sangat romantis. Aku pun tiba-tiba teringat dengan James yang sedari tadi hanya diam.

Aku menolehkan pandanganku ke arahnya, seketika aku diam membatu karena ternyata James sedang mentapku dalam diamnya. Aku yang seperti tersihir oleh tatapan matanya hanya bisa menelan salivaku.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" pertanyaan itu meluncur dengan usahaku untuk mengembalikan kesadaranku.

"Karena kamu cantik." kata James dengan lembut yang membuat tubuhku lemas seperti tak bertulang.

"Jangan bercanda James, aku sangat malu mendengarmu mengatakan itu." kataku sambil menutup wajahku yang mungkin sudah memerah karena malu.

James tidak menjawab kata-kataku, aku penasaran kenapa dia hanya diam dan tidak merespon. Aku menurunkan tanganku yang menutupi wajah, aku terkesiap karena James sudah berada tepat disampingku. James tetap memandangku dari arah samping, membuatku kikuk dan bingung harus berbuat apa.

"Aku tidak bercanda Daisy, kamu memang sangat cantik." kata James menjawab pertanyaanku tadi membuatku bertambah salah tingkah dibuatnya.

"Aku memang selalu cantik. Apa kamu baru menyadarinya James?"

Aku berusaha bersikap tenang, sambil menyibakkan rambutku agar memperlihatkan kalau aku tidak terpengaruh dengan kata-katanya. Walaupun sebenarnya di dalam hatiku, sudah seperti ada kembang api yang meledak-ledak.

"Ya, kamu benar. Aku sudah menyadarinya dari awal kita bertemu, dan aku selalu tersihir oleh kecantikanmu. Aku jatuh hati kepadamu, walaupun kita baru bertemu tapi aku sangat yakin dengan perasaanku kepadamu. Apakah kamu mau menjalin hubungan denganku?".

James mengatakan itu semua sambil tetap menatap lurus ke dalam mataku. Aku tidak tahu harus menjawab bagaimana, status kita tidak akan mudah untuk bisa bersama. Bagaimana dengan Mami dan balas dendamku yang sudah aku rencanakan selama ini? Namun tidak bisa kupungkiri perasaanku terhadap James, dan aku pun sangat sayang terhadap Jesen. Tapi disisi lain, aku takut nantinya Jesen akan malu mengakuiku yang seperti ini.

Seperti paham akan kegusaran hatiku, James langsung mendekatkan wajahnya ke hadapanku secara perlahan. James mencium bibirku dengan lembut, aku sempat kaget dan terkesiap pada awalnya. Namun ciuman James yang lembut sangat memabukkanku, aku secara perlahan memejamkan mata dan membalas ciuman James.

James yang senang karena ciumannya mendapat balasan, dia pun langsung memasukkan lidahnya dan memainkannya di dalam mulutku. Kami pun berciuman sangat lama, kami seperti enggan untuk melepaskan pagutan itu. Tak berselang lama bianglala pun berhenti, kami dengan terpaksa melepaskan ciuman kami. Kami berdua berjalan menuju mobil sambil berpegangan tangan.

"Aku anggap itu tadi jawaban iya, hem?" tanya James ketika berjalan.

"Baiklah, aku juga tidak bisa mengelak dari perasaanku." jawabku malu.

"Yes, aku sangat senang. Jadi hari ini adalah hari pertama kita." kata James semangat.

"Tapi James, kamu tahu kan apa pekerjaanku? Bagaimana dengan selanjutnya?" tanyaku sedikit khawatir.

"Tenang, kita pikirakan itu nanti, Kita jalani saat-saat ini dengan perasaan bahagia." jawab James menenangkanku.

"Baiklah." jawabku pasrah.

Kami pun berjalan menuju mobil, didalam mobil Jesen masih terlihat tertidur pulas. Wajahnya ketika tertidur sangat polos dan menggemaskan. Mobil pun mulai berjalan meninggalkan tempat wisata itu. Di perjalanan kami di penuhi perasaan bahagia, aku duduk di kursi belakang sambil membelai rambut hitam Jesen.

Sesampainya di rumah, James menggendong Jesen dan menidurkannya dikamar. Aku juga berjalan menuju kamar setelah mengucapkan selamat malam kepada James. Aku membersihkan diri yang sudah sangat lengket setelah bermain seharian. Setelah selesai aku berganti pakaian dan segera menuju kasur untuk merebahkan diri.

Aku membayangkan kembali kegiatan hari ini yang sudah kami lakukan tadi. Hari ini sangat terkesan untukku, hari yang akan menjadi kenangan pertama untuk kebahagiaan yang sesungguhnya, Ini hari pertamaku merasa bebas dan juga hari pertamaku mendapatkan pengakuan. Aku berharap semoga hari-hari selanjutnya bisa tetap seperti ini. Aku mulai terlelap karena kelelahan.

Bersambung

Related chapters

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kebahagiaan Jesen

    Pagi harinya aku kembali terbangun sedikit kesiangan, mungkin karena kelelahan aku tertidur sangat pulas. Aku keluar dari kamar menuju dapur, niatku ingin segera memasak untuk sarapan. Namun sesampainya di dapur aku melihat James yang sedang membuat sandwich telur sangat banyak. Aku tersenyum geli melihat tubuh kekar James yang sedang memakai celemek berwarna merah muda. James yang menyadari kedatanganku langsung tersenyum sambil mengalihkan pandangannya kepadaku. Tidak hanya mata hitamnya yang membuatku seperti tenggelam, senyumannya pun membuatku meleleh dibuatnya. Setelah James selesai menyiapkan semuanya, dia langsung menghampiriku masih dengan celemek yang melekat di tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya James sambil memelukku dari belakang. Aku sedikit kaget dengan panggilannya terhadapku yang berubah dalam semalam. Aku tersenyum menanggapi pertanyaan James. Sebenarnya aku masih canggung mendengarkan panggilan itu, walaupun aku juga menyukainya. Suar

    Last Updated : 2022-03-15
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Perasaan Yang Meluap

    "Bisa bicara sebentar sayang?" James bertanya ketika aku keluar dari kamar setelah menceritakan buku dongeng kepada Jesen hingga dia tertidur."Bicara apa? Apa aku perlu membuatkan kopi?" Aku berjalan menuju dapur tanpa menunggu jawaban.Namun baru dua langkah, tanganku di tahan oleh tangan James yang besar dan menarikku ke pelukannya. Entah mengapa James memelukku lumayan lama tanpa berkata apa pun, membuatku bingung dengan sikapnya. Setelah dia selesai memelukku, tangannya menuntunku menuju ruang keluarga dan kami pun duduk di sofa."Ada apa James? Apa kamu ada masalah?""Bukan aku sayang, tapi kamu.""Aku? Memangnya aku kenapa James?""Kamu terlihat berbeda setelah mengantar Jesen ke sekolah tadi sayang. Sebenarnya apa yang terjadi ketika tadi di sekolah,hem?""Tidak terjadi apa-apa James, aku cuma merasa canggung karena baru pertama mengantar anak kecil ke sekolah." jawabku sedikit berbohong."Aku tahu bukan itu sayang. Kamu tidak mau berceri

    Last Updated : 2022-03-15
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Hari Terakhir

    Aku terbangun dengan pemandangan wajah pria yang aku cintai. Wajah James yang masih tertidur lelap sangat tampan, rahang yang tegas dan hidung mancungnya membuat semua terlihat sempurna bagiku. Aku pun bergerak perlahan agar James tidak terbangun dan turun dari tempat tidur.Hari ini harusnya menjadi hari terakhirku bersama mereka jika sesuai dengan perjanjian awal James dan Mami. Aku tidak tahu rencana apa yang akan dilakukan James sebenarnya, aku pun juga tidak ingin mengetahuinya.Aku sudah cukup bersyukur dengan semua yang sudah dilakukan oleh James untukku. Sebenarnya aku sudah sejak lama mengumpulkan uang untuk menghancurkan Mami dan rumah bordil itu, tapi aku sendiri pun tidak tahu harus memulainya dari mana.Aku berjalan menuju dapur dan mulai membuat sarapan. Setelah selesai aku langsung kembali ke kamarku untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Ketika selesai aku belum mendengar suara James ataupun Jesen, aku masuk ke kamar James untuk membangunkanny

    Last Updated : 2022-03-16
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pertemuan Keluarga

    "Kamu sangat cantik, sayang." ucap James sambil mengecup dahiku. Aku sangat malu dengan perlakuan mereka berdua, namun aku juga sangat bahagia dibuatnya. Kami bertiga pun berangkat menuju restoran yang sudah disiapkan oleh James. James tadi bercerita tentang keluarganya, orang tuanya yang masih lengkap dengan Mama Elena yang suka merawat tanaman dan Papa Ricard yang sudah pensiun namun terkadang tetap memantau perusahaan dari rumah. Kemudian ada satu kakak bernama Jeremi dan kedua adik kembarnya yang bernama Alex dan Alice, aku sedikit terkejut sewaktu James menceritakan bahwa dia memiliki adik kembar. Pasti seru jika bisa memiliki anak kembar, itu membuatku sempat membayangkan jika kami nanti memiliki anak kembar. Aku sudah membayangkan sampai sejauh itu, padahal kini aku baru tahap awal untuk meminta ijin keluarga James. Kami sampai di restoran sedikit terlambat, terlihat semua keluarga sudah berkumpul di meja yang di tata menjadi satu agar semua keluarga d

    Last Updated : 2022-03-17
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pertemuan Dengan Sahabat

    Pagi ini seperti biasa aku menyiapkan sarapan dan perlengkapan sekolah Jesen, aku juga menyiapkan pakaian yang akan James pakai untuk bekerja. Ini hari yang sangat aku tunggu-tunggu ketika mengingat kalau hari ini pertemuanku dengan sahabatku kembali.Sudah empat hari aku tidak bertemu dengannya, padahal selama ini aku selalu kumpul dengannya ketika kita di rumah bordil. Lina orang satu-satunya yang sangat peduli denganku di rumah bordil itu, walaupun usianya lebih tua dua tahun dariku tapi dia tetap menyuruhku untuk memanggilnya hanya dengan nama. Dia bilang merasa risih bila aku terus memanggilnya kakak, katanya dia ingin tetap merasa muda waktu itu.Aku sangat takjub ketika memainkan ponsel yang diberikan James semalam, semua bisa aku lakukan hanya dengan satu alat. Aku menekan nama Lina di layar ponselku, terdengar suara deringan ponsel hingga terdengar sebuah suara dari seberang sana dan nampak dirinya yang sedang bangun tidur."Bangun woi, matahari u

    Last Updated : 2022-03-19
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Yang Kutakutkan

    Suara langkah kami yang tergesa menuruni tangga terdengar sangat jelas, tanganku yang menggandeng mereka sudah berkeringat dingin dan badanku bergetar. Kami pun memasuki mobil yang telah menunggu kami, Lina yang tahu dengan keadaanku langsung mengambilkan obat dan minuman yang sudah aku pesan sebelumnya untuk berjaga-jaga.Selama ini hanya Lina yang mempedulikanku, merawatku dan mengantarkanku ke rumah sakit. Mami hanya tahu kalau aku sakit biasa ketika Lina mengantarku periksa, sehingga hanya Lina lah yang tahu kalau aku memiliki gangguan panik yang lumayan parah. Aku meminum obat yang disodorkan oleh Lina dan kembali menyandarkan kepalaku di sandaran kursi mobil."Tante Daisy kenapa? Tante sakit? Apa perlu ke rumah sakit?" pertanyaan Jesen membuatku sedikit tersadar dari rasa panik yang menyerangku."Tante tidak apa-apa sayang, Tante hanya tidak enak badan." jawabku dengan suara lirih."Tapi wajah Tante pucat, kita ke rumah sakit aja ya biar Tante bisa

    Last Updated : 2022-03-19
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Mencoba Bertahan

    Sudah tiga hari aku menginap dirumah sakit ini, setelah ini aku akan dibawa untuk pengobatanku yang terakhir sebelum aku di perbolehkan pulang. Aku sudah meminta James untuk membawaku pulang sejak hari pertama, namun sikap keras kepalanya membuatku tidak bisa berkutik. Walaupun begitu dia sangat sigap saat menjagaku di rumah sakit, dia bahkan rela memindahkan semua pekerjaannya ke rumah sakit hanya untuk menemaniku. James sangat over protective terhadapku sejak aku bilang untuk mengakhiri hubungan ini, padahal sudah kukatakan berkali-kali jika aku berubah pikiran. Jesen juga menjadi sangat manja terhadapku, dia selalu datang setelah pulang sekolah dan memintaku membacakan buku cerita. Aku sangat bahagia dengan perhatian mereka, tetapi aku juga lebih takut kalau kehilangan itu. "Nona Daisy, sudah siap terapi hari ini?" aku memasuk ke sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk proses terapi, disana dokter yang bertanggung jawab atas penyakitku menyapaku dengan ramah.

    Last Updated : 2022-03-22
  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pertemuan Yang Tak Diinginkan

    Waktu seakan berhenti berjalan, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali. Ada perasaan dendam dan amarah yang membendung semakin besar. Tangan James yang menggenggam tanganku, menyadarkanku dari semua perasaan itu."Ai, kamu benar Ai kan?" orang dihadapanku ini melontarkan pertanyaan yang membuatku muak.Bagaimana bisa ada seseorang yang begitu tidak tahu malu sepertinya, bahkan rasa sakit yang dia torehkan di bekas lukaku yang dulu masih basah sangat membekas sampai sekarang."Maaf anda salah orang." jawabku sambil menarik tangan James dan Jesen untuk segera pergi dari tempat itu."Aku yakin pasti kamu Ai, kamu sudah lupa denganku? Kamu melupakan masa lalu kita?" langkahku terhenti ketika mendengar orang itu kembali berteriak.Orang itu berbicara omong kosong yang membuatku ingin sekali menampar mulutnya. Salah satu pertemuan yang tidak aku inginkan adalah pertemuanku dengan orang ini. Dia orang yang ikut andil membuat penyakitku menjadi semakin para

    Last Updated : 2022-03-23

Latest chapter

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kejutan Membahagiakan (The End)

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Rumah Baru

    Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Setelah Pernikahan

    Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Jesen Anak Baik

    Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pernikahan Kami

    Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pesta Piyama

    Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Melepas Rindu

    Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Ngidam

    "Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah

DMCA.com Protection Status