Layla meringis kesakitan ketika benda milik Logan mengoyak pertahanannya.
"Tunggu sedikit lagi, aku janji aku ini akan menjadi sangat nikmat. Bahkan kau akan sangat bersyukur dengan benda kebanggaanku ini." Ujar Logan menyombongkan miliknya yang berharga.Tak berapa lama Layla mulai melenguh tak karuan merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan seumur hidupnya. Sensasi luar biasa yang diberikan oleh Logan padanya."Ohh God,, what's this? why it's so good." RacauLayla yang mulai bisa menikmati serangan dari Logan.Logan mulai mempercepat tempo permainannya hingga membuat Layla mendesah tak terkendali."Ooohhh... Apa ini Log, ini sangat nikmat... Ada apa denganku." Erang Layla seperti tertahan dan terbata-bata."Kurasa kau telah sampai. Baiklah sekarang giliranku." Ujar Logan kemudian membalik tubuh Layla menjadi posisi merangkak dan ia langsung mengisi Layla dari belakang. Kali ini ia tak peduli lagi dengan segala lenguhan dan desahan yang kAroma maskulin menguar di udara seketika setelah Logan membuka pintu kamar mandi."Ganti bajumu, ayo kita pulang ke mansion kita." Ucap Logan pada Layla, setelah seharian mereka hanya melakukan aktivitas diatas kasur dan berehat sekedar mengisi perut saja."Hemh, aku akan bersiap-siap." Balas Layla yang masih mengenakan lilitan handuk ditubuhnya dan tengah memoles wajahnya dengan makeup."Tapi tunggu, bukankah kamu melakukan reservasi untuk satu Minggu?" Tanya Layla heran."Hotel ini milikku, kita bebas masuk kapanpun kita mau. Dan penthouse ini khusus untukku, jika kamu memang suka tinggal disini kita bisa pindah saja kesini." Jawab Logan santai."Apa? Mimpi apa aku semalam. Setelah menikahi pria miskin selama dua tahun, pria itu berubah menjadi crazy rich yang misterius." Celetuk Layla."Ha-ha-ha... Anggap saja setelah kamu menyerahkan tubuhmu, kodok itu telah berubah menjadi pangeran. Kamu suka cerita princess kan?" Kelakar Logan."Iyuuuuhh, tidak mungkin aku melakukan itu dengan ko
Kriiiing... Kriiiing... Kriiiing..."Halo Bu." Sapa Layla dengan panggilan yang sengaja di set mode loud speaker."Dimana kamu? Apa kamu masih bersama pecundang itu?" Tanya Suzy dengan nada membentak dan marah.Layla memandang kearah Logan untuk membantunya menjawab pertanyaan dari ibunya itu."Kami sedang liburan bu, ibu membutuhkan kami?" Jawab Logan tenang."Apa kau bilang? Liburan? Omong kosong! Bisa-bisanya kalian berlibur ketika kondisi keluarga kita sedang terpuruk. Nathan sekarang mendekam dibalik jeruji besi. Kakekmu kritis dan Ayahmu kini harus pontang-panting menjaga kakekmu seorang diri. Saham kita jatuh, para investor menarik uang-uang mereka, media juga memberitakan keluarga kita sehingga terlihat memalukan. Kita telah hancur, dan kalian malah berlibur? Hah!" Damprat Suzy pada anak dan menantunya."Astaga, benarkah Bu? Apa aku harus pulang kerumah? Aku akan meminta ijin pada Logan." Layla tak menyangka keluarga besarnya sedang mengalami krisis yang tidak main-main."Sayan
Suzy tercengang mendapati Layla yang menutup panggilan secara sepihak. Matanya melotot dan mulutnya menganga sangking terkejutnya. "Dasar anak tak tau diri, wanita murahan! Bisa-bisa dia berikan tubuhnya untuk pria miskin seperti Logan. Aaarrrgghh! Bagaimana aku harus menghadapi keluarga Hasan? Ini sangat memalukan." Umpat Suzy seorang diri di rumahnya yang sunyi. Tak ada orang lain selain dirinya.Suzy terus saya merutuki hidupnya yang sial. Tetangga dan kawan-kawannya mencemooh padanya karena kesialan yang menimpanya. Bahkan ia tak berani keluar rumah, jika tidak benar-benar butuh keluar rumah dia lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah saja. Tapi hari ini sepertinya kesialan sedang jatuh cinta padanya, ia terus menempeli Suzy sepanjang waktu. Meski tak ingin keluar rumah ia tetap harus pergi karena ia kehabisan bahan makanan. Suaminya juga sedang di rumah sakit menjaga mertuanya yang semakin kritis semenjak kejadian yang menghancurkan reputasi keluarga besar Johnson kemari
Tut... Tut... Tut..."Halo, Tuan Dony Wong. Kau masih ingat padaku? Aku Suzy Johnson, menantu keluarga Johnson." Suzy meminta waktu untuk mengkonsultasikan perihal investasi yang ingin ia lakukan, dan berharap kenalannya itu dapat membantu. Mereka memutuskan untuk bertemu dan membicarakannya secara lebih rinci, karena Suzy berencana menginvestasikan seluruh tabungannya yang ia kumpulkan dari uang suaminya dan juga uang Layla.***"El, tolong lakukan sesuatu untukku." Ujar Logan dalam satu sambungan telepon dengan Elias Davis."Tentu tuan, apa yang bisa kulakukan untukmu." "Aku ingin kau membungkam media tentang berita keluarga Johnson. Dan juga, kondisikan Robin Johnson mendapatkan penanganan terbaik di kelas VVIP. Jangan sampai mengecewakanku." Titah Logan pada Elias."Baik Tuan." Ucap Elias hormat.Setelah menutup sambungan teleponnya Logan kembali ke kamarnya bersama Layla."Sudah kuselesaikan soal media, juga tentang pengobatan kakekmu. Sekarang apa yang bisa kamu berikan padaku
"Baik terimakasih atas penjelasannya Tuan Cruz, Saya Layla Johnson istri Logan. Senang berkenalan dengan kalian. Tapi aku harus pergi ke kantor sekarang. Silahkan kalian kembali bekerja." Pamit Layla untuk membubarkan semua pegawainya."Silahkan nyonya, saya akan mengantar anda ke garasi untuk memilih mobil yang akan anda gunakan ke kantor. Saya sendiri yang akan mengantar dan menemani anda kemanapun anda pergi, dengan atau tanpa Tuan Williams." Jelas Jovi yang semakin membuat Layla kesal."Bisakah aku pergi kekantor sendiri? Aku sudah terbiasa seperti itu." Tolak Layla."Maaf, ini sudah menjadi tugas saya selama ini Nyonya." Ujar Jovi bersikeras menjelaskan."Selama ini? Mengantar kekantor?" Tanya Layla heran."Saya bertanggung jawab atas keselamatan anda, jadi selama ini Tuan Williams mempekerjakan saya untuk mengawal anda dari kejauhan." Jelas Jovi yang cukup membuat Layla tercengang karenanya."Logan Melakukannya?" Tanya Layla lagi."Ya Nyonya, mari saya antar anda sekarang." Lay
"Huh! Kenapa tidak Bibi saja yang melakukannya?" Cibir Layla kesal dengan Bibinya yang semena-mena itu.Plak..."Kurang ajar! Dasar tak beradab! Kau sudah menjadi sampah seperti suamimu yang sampah itu." Umpat Nova geram."Heh! Sial, kalau kau bukan Bibiku tentu aku sudah membalas tamparanmu. Lihat saja apa yang bisa kulakukan untuk perusahaan ini." Ujar Layla kesal, ia pun pergi meninggalkan Bibinya agar tak lepas kontrol hingga menyakiti orang yang lebih tua, terlebih Nova adalah Bibinya sendiri.Layla menuju ke toilet untuk menenangkan hatinya yang sedang terbakar emosi, juga untuk menetralisir kegugupannya sebelum menemui para investor. Ia sedikit memoles kembali bedak dan lipstik serta memastikan penampilannya sudah sempurna. Kemudian dengan langkah yang mantap ia berjalan menuju ruang rapat dimana para pemegang saham tengah menunggu dirinya.Pintu ruangan terbuka. Nampaklah para investor yang tengah duduk dengan wajah-wajah suram. "Selamat pagi saudara-saudara. Maaf saya terlam
"Sebentar Tuan, informan kita menelepon. Kemungkinan rapat pemegang saham di perusahaan istri anda telah usai." Jelas Elias pada Logan."Nyalakan, aku ingin mendengarnya langsung." Titah Logan."Baik." Elias mengangkat panggilan tersebut dan menyalakan mode loud speaker."Lapor, Tuan! Nyonya Williams meminta tenggang waktu karena menurut beliau, beliau akan mendapat kucuran dana tambahan dari Williams Skyworks. Para investor memberi waktu dua minggu dan dalam sebulan kedepan progres pembangunan Apartemen tersebut harus sudah terlihat. Saya juga melihat ada seorang pria yang menggoda Nyonya Williams dan menawarkan bantuan dana untuk mengelabui investor lainnya dengan catatan Nyonya Williams harus mau tidur dengan laki-laki itu." Jelas informan rahasia Elias."Kurang ajar! Siapa laki-laki yang telah berani menggoda wanitaku?" Tanya Logan geram."Maaf Tuan Williams, kurasa ia ada James Peto. Pemodal lokal yang tidak terlalu berpengaruh bahkan jumlah asetnya tidak seberapa dibandingkan ju
"Bolehkah? Baiklah aku mau." Ucap Layla kembali sumringah, meski belum sepenuhnya dapat melupakan kejadian buruk pagi tadi."Aku wanita paling beruntung di dunia." Celoteh Layla yang membuat Logan tersenyum senang, ia cukup tersanjung dengan celetukan istrinya barusan.Logan menepi di sebuah villa di kota Bintang yang letaknya sekitar tiga jam perjalanan dari kota Metro. "Sayang, bangunlah kita sudah sampai." Logan mengguncang bahu Layla untuk membangunkannya."Emh... Kita dimana Log?" Ucap Layla yang masih mengerjap membiasakan matanya dengan cahaya yang masuk."Kamu masih mengantuk?" Tanya Logan."Eh-hem." Jawab Layla mengangguk."Baiklah." Logan keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang kemudian menggendong Layla masuk ke dalam villa."Log, tidak perlu seperti ini. Aku malu dilihat pekerja-pekerjamu." Ucap Layla protes."Biarlah, mereka harus terbiasa melihat kemesraan kita." Ucap Logan sembari menciumi leher jenjang Layla."Log, jangan begini aku malu. Setidaknya kekamar dulu