Share

Viola

Penulis: AL
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 21:15:52

Awan gelap kembali menunjukkan bayangannya. Udara malam yang mulai mendingin terlihat masuk dari sela-sela pintu kamar seorang gadis yang masih tertidur pulas di atas ranjangnya.

Keningnya mengeluarkan peluh, matanya terpejam rapat dan tangannya nampak meremas seprainya erat.

Rintihan demi rintihan keluar dari bibir pucatnya. Mimpi demi mimpi seolah berputar membayangi pikiran gadis itu.

Jeritan dirinya yang meminta tolong pada sosok pria yang menatapnya kembali terdengar jelas di telinganya.

Bayangan dirinya yang menangis frustasi dengan tubuh yang hanya terbalut selimut putih di ruangan yang tak ia kenal kembali menghantuinya. Memar di wajah serta beberapa tubuhnya yang seolah terasa nyata masih bisa ia rasakan. Rasa sakit di hatinya yang jauh lebih menyesakan membuatnya nyaris tak bisa bernafas.

Bayangan wajah pria yang menatapnya tanpa iba, malah melukiskan senyum hinaan dan juga amarah membuat dirinya mengutuk tanpa henti bahkan ingin melemparkan dirinya sendiri kedalam jurang terdalam.

Dengan susah payah ia berusaha membuka matanya, melepas semua mimpi buruknya yang memeluknya erat seolah tak ingin mengalah.

Helaan berat nafas  gadis itu mengakhiri segalanya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang nampak bergetar penuh rasa takut, penuh luka dan juga ketidak adilan yang memusnahkan sisi lembut dirinya.

Ia membenamkan wajahnya dalam. Tanpa terasa air mata yang ia janjikan untuk tak jatuh lagi, kembali membasahi pipinya.

Isak tangis tanpa toleransi keluar dari bibir pucat gadis itu.

Tubuhnya semakin bergetar, dan tak lama ia berteriak ditengah rasa frustasi dan keputusasaannya.

Malam yang semakin pekat menemani Viola, gadis polos yang terluka karena cinta pertama.

Gadis manis yang selalu percaya bahwa cinta tulus itu  ada. Namun, cinta itu pula tersenyum mengkhianatinya.

Lama ia membenamkan wajahnya menumpahkan semua perasaan di hatinya.

Cukup baginya terlena dalam duka. Ia dengan berani mengangkat wajahnya. Menghapus sisa air mata yang masih berani meniti dipelupuk matanya.  Tatapan teduh yang selalu gadis itu tampilkan, tak lagi terukir disana.

Matanya terlihat dingin, wajahnya mengeras dengan semua kebencian yang menutupi titik putih dirinya.

“Aku membencimu dengan seluruh jiwaku,” ucapnya pelan.

__*__

Viola berusaha bangkit dari ranjangnya, menahan nyeri dari luka atas kecelakaan yang dialaminya. Nyeri dikepalanya pun tak ingin mengalah seolah berlomba memberikan rasa sakit pada gadis malang itu.

Dengan semua usahanya, ia berhasil berjalan menuju dapur. Menuangkan air putih kedalam cangkirnya. Ia meracik obat yang diberikan dokter padanya dan meneguknya dalam satu kali gerakkan.

Viola merapikan rambutnya yang terlihat tak beraturan.

Ia membuka pakaian yang dikenakan. Mengecek jahitan luka di pundaknya dan mengganti dengan perban yang baru.

Sesekali ia meringis menahan sakit namun dengan cepat ia menggigit bibir bawahnya melampiaskan rasa sakitnya di sana.

Ia membersihakn seluruh tubuhnya dan mengambil kemeja biru langit dari dalam lemarinya.

Memasukkan perlahan masing-masing tangannya kedalam kemeja yang ia ambil.

Baru saja ia ingin mengancing kemejanya, wajah gadis itu membeku seolah menyadari sesuatu. Ia menatap lama pada pergelangan tangannya yang nampak kosong.

Ia tak menemukan gelang hitam peninggalan ibunya yang tak pernah ia lepaskan sekalipun dari pergelangannya.

Pikirannya segera memutar balik memorinya. Namun, tak berapa lama ia diam mematung dan mengutuk dirinya karena tak mampu mengingat kemana perginya barang tersebut.

__*__

William mengetuk-ngetukan jari telunjukknya pada meja kerjanya. Matanya terfokus menatap barisan foto yang berjejer di atas mejanya.

“Tuan.”

Wiliam melepaskan fokusnya dan melepaskan kaca mata yang membingkai mata indahnya. Ia  menatap sekretarisnya yang masuk membawa sebuah kotak kecil ditangannya.

Wanita itu menyerahkan apa yang dibawanya ke atas meja William.

“Kami hanya menemukan ini di mobil Tuan Muda.”

William membuka kotak tersebut dan melihat sebuah gelang berwarna hitam dengan ukiran kecil di atas pengaitnya.

Ia meraih gelang itu, memperhatikannya dalam diam.

“Kau sudah menemukan pemilik gelang ini?” tanya William tanpa mengalihkan pandangannya.

“Maafkan kami Tuan,” ujar wanita itu menunduk tak berani menatap mata tuannya.

William menyunggingkan senyum tipis di wajah tampannya. Jari-jarinya meraba ukiran samar di gelang yang ia pegang.

“Felix,  aku akan menemukannya untukmu. Dan membawanya kehadapanmu,” ucapnya tersenyum penuh makna .

__*__

William berjalan memasuki gedung perusahaan milik ayahnya. Para pengawal yang ia lewati nampak membungkuk hormat dan mengikuti langkah pemuda itu.

Ia terlihat berbeda dari pegawai lainnya. Setelan jas berwarna biru navy melekat sempurna di tubuhnya. Tatanan rambutnya yang begitu rapi memancarkan aura mewah dan berkelas. Tiap langkah pria itu di iringi decak kekaguman para wanita yang memuji ketampanan dan kesempurnaan fisik yang dimiliki pria itu.

Bahkan tatapan dingin dan sikap acuh yang ia tunjukkan pun seolah menjadi pesona untuk dinikmati para kaum hawa di perusahaan itu.

“Wah ... bukankah dia lebih tampan dari Tuan Muda Felix?”

“Dia jauh lebih sempurna dari Tuan Muda.”

“Tuan Muda Felix sangat ramah pada para pegawainya, tapi Tuan William terlihat dingin. Namun, itulah daya tarik yang membuat para wanita ingin menaklukkannya”

Bisikkan para wanita yang memuji dan juga membicarakannya tak sedikit pun mengusik William dan mengubah ekspresi di wajahnya.

William berhenti di sebuah pintu besar berukiran kayu, sebelum akhirnya masuk ketika salah satu pengawalnya membukakan pintu untuknya.

Pria itu membungkuk kecil memberi hormat pada sang ayah yang berdiri penuh wibawa menatapnya.

“Kau kembali?” tanya sang ayah berjalan menghampiri putranya.

William mengangguk kecil dan di sambut oleh senyuman hangat ayahnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi Ayah?” tanya William tak ingin berbasa basi ketika ia telah duduk didepan ayahnya.

Ayahnya nampak menarik nafasnya dalam.

“Ayah tak tahu. Para pengawal yang menjaganya, hanya melihat Felix keluar dari kantor dengan wajah panik. Mereka mengikutinya hingga Felix masuk kedalam parkiran apartemennya.”

“Mereka melaporkan padaku jika Felix tetap di apartemennya hingga tengah malam,” ucapnya lagi di ikuti tatapan matanya yg sedih.

“Jika saja aku tak menarik pengawal malam itu, mungkin saja anak itu tak terbaring koma seperti sekarang,” sesal Tuan Smith terlihat jelas.

William menggenggam tangan ayahnya menenangkan. “Aku akan mencari tau siapa pun mereka yang mencoba mencelakainya.”

Ayahnya mengangguk pelan dan menatap putra sulung nya dalam.

“Apa ayah mencurigai seseorang?” tanyanya hati-hati.

Tuan Smith menggeleng pelan. Ia termenung dalam diam. Namun, tak berapa lama raut wajahnya berubah seolah mengingat sesuatu.

“Viola,” ucapnya pelan.

"Viola?" tanya William seolah tak mengerti.

“Mantan kekasihnya. Felix masih mencintainya dan hampir gila karena gadis itu sempat menghilang darinya.”

“Aku tak pernah mendengar namanya.”

“Felix menyembunyikannya.” Tuan Smith terdiam sesaat, ada keraguan di wajahnya.

William menarik tubuhnya lebih dekat dengan sang ayah. Mendengarkan tiap kata yang terlontar, menjelaskan hubungan Felix yang tak ia ketahui selama ini.

__*__

“Selamat datang Tuan.”

Sambutan penuh hormat diterima oleh William saat ia tiba kerumah orang tuanya.

Pemuda itu melangkah masuk, menaiki tangga menuju kamar Felix. Pandangannya ia edarkan keseluruh kamar.

Kenangannya akan masa lalunya kembali bermain mengisi ruangan itu. Hampir kesehariannya ia habiskan bersama sang adik.  Dari tawa canda hingga pertengkaran mereka.

William mengulas senyum kecil saat mengingat tangis Felix, saat pertama kali mereka bertengkar. Bagaimana Felix mengejarnya dan meminta maaf padanya saat itu.

Tawa Felix yang tanpa bosan ia dengarkan saat membanggakan dirinya yang mendapatkan banyak surat cinta dari para pengagumnya di sekolah.

Wajah William kembali sendu saat kondisi Felix kembali melintas di pikirannya.

Ia membuyarkan semua lamunannya, dan melangkah menghampiri nakas di samping tempat tidur. Membuka lacinya dan mengambil kotak perak yang terlihat terkunci rapat.

William mengeluarkan sebuah kunci kecil berwarna perak dari saku jasnya. Kunci yang hanya ia dan Felix miliki untuk menyimpan semua rahasia yang tak ingin mereka bagi dengan yang lain.

Ia memandang diam, menatap semua surat di dalam kotak itu. Membuka satu demi satu tiap surat yang ia kirimkan dulu untuk Felix. Sesekali ia tersenyum namun tak berapa lama wajahnya kembali dingin.

Sorot matanya menangkap sebuah lembaran foto yang terselip di antaranya.

Seorang gadis bergaun ungu nampak tersenyum di tengah taman. Senyum yang cerah dan wajah menunjukkan kelembutan.

Di foto lain, gadis itu memeluk lengan Felix dan tatapannya menunjukkan perasaan tulus. Bahkan binar kasih sayang pun ditunjukkan keduanya.

Lagi, wanita itu mencuim pipi Felix yang nampak tersenyum bahagia di sampingnya.

Lembaran demi lembaran yang William dapatkan di kotak itu, hanyalah gambaran sebuah kebahagian dari sepasang kekasih yang saling mencintai.

“Viola,” ucapnya perlahan saat mendapatkan sebuah nama dari salah satu foto di tangannya.

William tersenyum samar, dia menemukan sebuah titik terang yang selama ini ia cari.

Pria itu segera beranjak meninggalkan kamar Felix. Ia menuju mobil mewahnya dan tak menghiraukan sapaan Ibu tirinya yang berdiri di depan pintu dengan senyum diwajahnya.

"Apa ia masih membenciku?" gumamnya dengan wajah sedih.

__*__

Bab terkait

  • Wanita Milik Tuan Muda   Bayangan di tengah kegelapan

    William melempar semua berkas laporan yang diberikan pengawalnya. “Sudah lebih dari 2 tahun, kalian bahkan tak bisa menemukannya!” bentak William kepada para pengawalnya yang tertunduk takut. “Maafkan kami Tuan.” “Aku tak butuh permintaan maaf kalian! Aku hanya ingin kalian menemukan wanita itu!” ucapnya penuh amarah. “Tuan, sepertinya wanita yang anda cari sudah ...” “Jika kau mengira dia sudah mati, maka tunjukkan makamnya padaku. Aku akan membongkarnya untuk memastikan wanita itu benar-benar terbaring di sana,” ucapnya dingin dan tatapan tajam yang begitu mengintimidasi. William menggerakkan jarinya menyuruh para pengawalnya pergi meninggalkannya. Matanya memerah menunjukkan amarah. Pikirannya benar-benar kalut. Wajahnya yang tampan pun tak bisa menutupi rasa frustasinya. Menemukan sosok Viola, seperti mencari bayangan di dalam kegelapan. Ia sudah mengerahkan semua pengawalnya untuk mencari kekasih adiknya itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Wanita Milik Tuan Muda   Tamu dengan Dendam

    “Selamat datang Tuan.” Nyonya Anne dengan gaun hitam mewahnya terlihat tersenyum ramah pada para pengunjung di bar nya. Bar mewah yang hanya menerima tamu VVIP para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan dan rapat bisnis secara rahasia. Ia sengaja membagi tempat hiburannya untuk para pengunjungnya. Dimana, lantai bawah untuk para pengunjung biasa yang ingin menikmati musik dan berkumpul bersama rekan-rekannya. Dan lantai atas ia khususkan untuk pengunjung VVIP yang telah memiliki kartu anggota bar, yang dapat menikmati semua fasilitas barnya. Dari kunjungan pembahasan bisnis atau hanya sekedar bermain dengan para wanita spesialnya. “Nyona Anne, kau semakin cantik” sapa salah satu pengunjung. Wanita berusia 45 tahun itu tersnyum cerah. Wajahnya yang selalu menawan selalu mendapatkan pujian dari para pengunjungnya. Nyonya Anne memberi kode pada pegawai wanitanya untuk mengantarkan tamu-tamu tersebut keruangan yang sudah ia siapkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Wanita Milik Tuan Muda   Sebuah Nasihat

    “Felix Xavier. Bukankah kau merindukannya?” Sebuah tamparan yang begitu keras dengan telak mengenai hati Viola. Luka yang ia simpan begitu rapat kembali mengeluar. Ekpresi dingin di wajah cantiknya berpadu dengan amarah yang ia tuangkan di dalam genggaman tangannya. William yang sedari tadi menatap lekat, menyunggingkan senyum tipis penuh kepuasan. Ia berjalan lebih dekat, memajukan wajahnya menghampiri sisi kiri telinga Viola. Dengan senyum penuh kemenangan ia membisikkan sesuatu disana. “Kau tak akan bisa lari lagi kali ini.” Viola sekuat mungkin menahan dirinya untuk tak menarik wajah itu dan menamparnya dengan kuat. Ia sebisa mungkin menetralkan semua perasaan yang bergumul dan mentertawakan dirinya. Dengan tenang, gadis itu mengembangkan senyumnya. “Maafkan saya, Tuan. Saya tak pernah mendengar nama itu.” “Benarkah?” jawabnya sambil menarik wajahnya dan menatap tajam kearah gadis di depannya yang tak menampakkan sedikit pun ketaku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Wanita Milik Tuan Muda   Gunakan Uang Anda

    Viola kini tengah mendengarkan permintaan para kliennya yang akan menandatangani kontrak kerjasama dengan klub malam Nyonya Anne. Para pengusaha yang ia hadapi saat ini nampak mengagumi keterampilan gadis itu yang mampu menjelaskan semua hal yang akan mereka dapatkan. Para tamu tersebut selalu memuji kharisma yang gadis itu tunjukkan di balik sikap profesionalnya. Viola terlihat begitu elegan dengan aura tenang dan senyum yang menawan. Penampilan nya yang begitu mengesankan, dengan setelan kemeja biru muda serta heels hitam yang melekat di kakinya. Rambutnya yang sebahu ia uraikan dengan cantik dan menyelipkan salah satu rambut di belakang telinga kirinya. “Terima kasih atas kerjasamanya Nona Violet. Kami akan menantikan semua hal baik kedepannya.” Viola tersenyum ramah dan menjabat tangan para klien yang terulur padanya. “Semoga hari Anda menyenangkan, Tuan,” ucap Viola dan membungkuk sopan sebelum para klien nya melangkah meninggalkannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Wanita Milik Tuan Muda   Senyum yang Berbeda

    “Gunakanlah uang Anda, dan ungkaplah kebenaran yang ingin Anda dapatkan.” William memandang tajam. Sindiran yang dilontarkan gadis itu menamparnya tanpa ampun. Tidak, ia bahkan lebih merasa sakit hati karena gadis itu mentertawakannya. Ia seolah dipermainkan oleh sosok gadis di depannya. William sekali lagi menarik tangan gadis itu, hingga Viola menabrak dada bidangnya. “Aku akan bertanya sekali lagi padamu,” ucapnya menekan setiap katanya seolah memberi ancaman kepada Viola. “Kau, ada di mobil itu, kan?” Viola tanpa rasa takut balas menatap tatapan William. Ia bisa melihat jelas wajah tampan penuh kemarahan yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. “Apa Anda tertarik pada saya, Tuan?” “Apa?” “Kau ... tertarik padaku?” tanyanya tajam. Kalimat sopan yang biasa ia gunakan berubah seketika. “Kau tak waras sepertinya?” Viola menyunggingkan senyum sinis. “Jika kau tak tertarik p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Wanita Milik Tuan Muda   Sebuah Sihir

    “Tuan.” Edwan terlihat membungkuk hormat meski sang Tuan tak juga berpaling menatapnya. Sekilas ia melihat William yang termenung seolah memikirkan sesuatu. Jarinya memutar cincin perak di kelingking kirinya. Edwan sangat hafal dengan tiap gerak gerik Tuan nya. Seperti yang terlihat saat ini, William akan memainkan cincin di jarinya tiap kali ia merasa gelisah atau memecahkan sesuatu yang mengganjal dipikirannya. “Aku selalu merasa ada yang salah dengan gadis itu.” Tak berniat membalas ucapan William, Edwan lebih memilih diam mendengarkan semua kegelisahan pria di depannya. “Dia selalu bersikap dingin kepadaku. Tidak ... bahkan dia terlihat semakin tak terbaca tiap kali aku mengungkit Felix di depannya.” William menarik nafasnya dalam, memutar kursinya menatap jendela kaca di depannya. “Hari ini, ia tersenyum pada seorang pria. Bukan ekspresi seseorang yang jatuh cinta. Lebih tepatnya ia menatap penuh kekaguman pada pria itu.” “Saya sedang menyelidikinya, Tuan” ucap Edwan beru

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Wanita Milik Tuan Muda   Kepercayaan yang Mati

    Seorang dokter didampingi perawat nampak memasukkan jarum infus kedalam tangan Viola yang masih tak terbaring lemah tak sadarkan diri.“Nona Viola sepertinya mengalami masalah lambung akibat stres. Dan juga tekanan darahnya menurun. Ia berada dalam kondisi buruk. Anda, harus lebih memperhatikannya. Saya harap Anda bisa mengurangi waktu kerjanya agar bisa beristirahat total hingga keadaanya benar-benar pulih,” ucap Dokter di depan William sebelum pamit meninggalkan pria itu. Beberapa pelayan yang berada dikamar tidurnya, ikut pergi meninggalkan William yang menatap Viola dalam keheningan.Beberapa saat yang lalu, ia tanpa fikir panjang, segera membawa Viola ke rumahnya saat gadis itu sempat tersadar dan memohon untuk tak membawanya ke rumah sakit. Ia masih merasakan remasan tangan Viola di jari-jarinya, saat gadis itu bersikeras keluar dari mobilnya jika William nekat membawanya ke rumah sakit. “Apa yang kau takutkan hingga menyembunyikan semua rahasia mu begitu rapat?” tanya William

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Wanita Milik Tuan Muda   Rumor

    William berjalan masuk kedalam kamarnya dan membanting kuat pintu kamar di belakngnya. Tangannya meraih gelas yang berisi wiski dan menegaknya habis.Dada pria itu naik turun bersamaan dengan nafas berat penuh amarah. Tangannya mengepal kuat dan tak menunggu lama ia pukulkan kearah atas meja di depannya.“Sial” makinya penuh amarah.“Apa yang sebenarnya terjadi?”pikirnya yang semakin kacau tak menemukan jawaban.William berbalik dan keluar dari kamarnya. Para pelayan yang berpapasan dengannya membungkuk penuh hormat, namun pria itu tak sedikit pun membalasnya dan tetap melangkahkan kakinya menuju lantai 3 rumahnya.William menarik nafasnya pelan saat dirinya telah berdiri di sebuah pintu kamar bernuansa putih. Tangannya terlihat ragu untuk membuka pintu di depannya.Hembusan nafasnya yang terdengar berat mengantarkan gerakan tangannya untuk menggerakkan gagang pintu di genggamannya.Pria itu melangkah masuk dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25

Bab terbaru

  • Wanita Milik Tuan Muda   Kebenaran Kecil

    Teressa menatap tajam pada seorang wanita yang setengah jam lalu masuk kedalam kedai nya dan memilih duduk di sudut ruangan dengan wajah yang terlihat gusar bahkan gerak gerik tangannya yang sesekali melihat kearah jam membuat Teressa yakin jika ia tengah dilanda masalah.Sekilas gadis itu merasa bersyukur, karena Agatha, gadis angkuh yang selalu membuat masalah untuk sahabatnya terlihat kacau begitu berbeda dengan tampilannya beberapa tahun yang lalu yg selalu terlihat anggun dan dingin.Pintu kedai terbuka perlahan bersamaan dengan bunyi lonceng kecil yang tergantung diatasnya.Teressa dengan cepat berjalan menghampiri Viola yang mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.“Apa yang kau lakukkan disini?”tanyanya khawatir karena tak ingin sahabatnya itu bertemu dengan Agatha.Viola tersenyum lembut sambil menepuk pelan lengan sahabatnya dan berjalan meninggalkannya.Teressa menatap tak percaya, saat Viola menhampi

  • Wanita Milik Tuan Muda   Agatha, gadis dari masa lalu

    Gemerisik dedaunan yang saling bersahutan karena sapaan angin yang berhembus lembut, membuat seorang gadis yang tengah duduk disebuah taman begitu menikmati momen itu. Matanya terpejam , wajahnya terlihat tenang. Tak ada sedikitpun beban di wajah cantiknya, ia benar-benar terhanyut pada ketenangan alam yang menyambutnya hangat dalam pelukan.“Mommy..”Seorang gadis kecil berusia kurang dari 4 tahun berjalan tertatih dengan salah satu tangan menarik tangan wanita lain yang menuntunnya.Viola tersenyum menatap gadis kecil itu. Ia terlihat menghampiri dan berjongkok di hadapan gadis kecil itu.Dengan lembut dan penuh kasih sayang, ia membelai rambutnya dan membawanya dalam gendongan.“Kau merindukan Mommy?”Gadis kecil itu tertawa dan mengangguk penuh semangat ,Viola menanggapinya dengan senyuman.“Kau ingin bermain dengan Mommy?”Senyum gadis kecil itu melebar, menandakan kegembiraan yang tak m

  • Wanita Milik Tuan Muda   Tamparan atas Sebuah Penghinaan

    Viola masih berdiri ditempatnya. Gadis itu tak bergeming , bahkan ketika William menghampirinya ia tak menggerakkan sedikit pun tubuhnya. Ia tengah sibuk mengatur emosinya atas hinaan dan permainan William padanya.“Jadi..kau ingin malanjutkan pembicaraan kita disini? Atau kau ingin membahasnya di kamarku?” William menyusuri tubuh Viola dengan pandangannya membuat gadis itu semakin terhina.“Sayangnya, Saya tak tertarik melanjutkan bisnis ini dengan Anda Tuan.”tegas gadis itu. Tatapannya tajam siap menyerang William.William tertawa kecil tak merasakan intimidasi sedikitpun dari gadis itu.“Kau tak akan bisa memulihkan bar itu, kecuali mendapatkan bantuan dariku”“Anda begitu percaya diri Tuan. Maafkan saya, jika ini akan mengecewakan Anda. Tapi ,saya memiliki orang lain yang bisa membantu saya” Viola berusaha sekuat tenaga mempertahankan harga dirinya dan tak akan pernah kalah oleh pria itu.

  • Wanita Milik Tuan Muda   Klien yang tak diharapkan

    Rumor, ibarat rumput liar di tanah lapang, meski tanpa kau beri pupuk, ia akan tetap berkembang dengan cepatnya. Kau hanya bisa memangkasnya, tapi tak bisa menghilangkan sepenuhnya.Seperti saat ini, Viola hanya mampu menahan amarahnya saat rumor tentang pernikahannya beredar dikalangan para pegawainya bahkan beberapa klien nya.Belum juga ia menghilangkan rumor tentang dirinya sebagai wanita milik tuan muda, kini ia harus menghadapi rumor pernikahan antara dirinya dan Edwan yang jelas-jelas hanyalah sebuah bualan yang entah dari mana rumor itu berkembang.“Aku tak berniat menikah, apalagi menikah dengan Tuan Edwan” lagi, Viola harus menjelaskannya pada Samantha dan Nyonya Anne.Ia bagaikan tersangka utama yang sedang disidang dan menunggu vonis dari dua wanita di depannya.“Tapi, rumor kali ini seperti nyata Viola. Ditambah Tuan Edwan yang selalu mengirimi hadiah untukmu” selidik Samantha.“Aku me

  • Wanita Milik Tuan Muda   Sebuah Tawaran

    Viola menatap dingin wanita yang bersimpuh di depannya. Tangannya yang basah karena air mata nampak menggenggam tangan Viola. Sedikit pun, gadis itu tak bergerak dari tempatnya. Hatinya telah ia tekadkan untuk tak goyah. Ia bukan gadis lemah yang bisa mereka permainkan seperti dulu.“Kumohon Viola”pinta Nyonya Hudson mengiba.“Mengapa Anda melakukan ini Nyonya?”tanya gadis itu.Amarah yang ia tahan selama ini memuncak ketika Nyonya Anne menceritakan alasan dibalik gagalnya proyek resort yang sedang dikerjakan. Membuat Nyonya Anne harus menanggung kerugian yang tak sedikit.Selama ini Viola selalu bertahan untuk tak menunjukkan dirinya kehadapan wanita itu meski berbagai cara telah dilakukan untuk memancing dirinya. Namun kali ini Viola tak bisa tinggal diam ketika keluarganya mendapatkan ancaman dari wanita di depannya.“Aku hanya ingin kau berada disamping Felix, hingga anak itu terbangun dari komanya”Vi

  • Wanita Milik Tuan Muda   Kekasih Felix

    “Terima kasih Teresa” Viola tertunduk pelan sebelum akhirnya menutup telpon dari sahabatnya.Tatapannya kosong menatap lantai kayu dibawah kakinya. Gadis itu tak bergeming dan larut dalam lamunannya, hingga ketukan kecil dibalik pintunya menarik kesadarannya.“Apa aku mengganggumu?”Nyonya Anne dengan pakaian hitamnya terlihat anggun masuk kedalam ruangan Viola.“Anda sudah kembali Nyonya?”tanya gadis itu berjalan menghampiri Nyonya Anne dan duduk disampingnya.“Hmm..”balasnya singkat.Viola menatap raut wajah Nyonya Anne yang nampak tertunduk. Ada kecemasan sekaligus ketakutan diwajah wanita itu. Sesekali terdengar tarikan nafas berat dari nya, membuat Viola yakin jika sesuatu telah terjadi.“Apa terjadi sesuatu Nyonya?”Nyonya Anne kembali menarik nafasnya dalam. Ia menatap wajah cantik Viola, seolah ingin menumpahkan semua keluh kesahnya. Namun lebih dulu mani

  • Wanita Milik Tuan Muda   Mimpi dari Masa Lalu

    “Viola.. “Viola berbalik dan tersenyum menatap sosok pria yang berdiri tak jauh darinya. Tangan pria itu terentang lebar mengharapkan gadis itu segera menghampirinya.Tatapan pria itu begitu memabukkan, penuh cinta dan ketulusan. Viola berlari kecil dan menjatuhkan tubuhnya kedalam prlukan pria itu. Senyumnya yang terlihat tenang membuat Viola semakin nyaman. Usapan halus di punggungnya membuat Viola terbuai oleh kelembutan pria itu.“Aku tak akan pernah memaafkanmu”Mata Viola yang terpejam, seketika terbuka. Menatap kearah pria yang memeluknya. Tatapan lembut yang sesaat lalu menghangatkan hatinya, seketika berubah penuh kebencian.“Mengapa kau mengkhianatiku?”Viola menggeleng pelan seolah membantah semua tuduhan pria itu.“Mengapa kau meninggalkanku? Kau lebih memilih pria lain kan !! Kau menghancurkan sem

  • Wanita Milik Tuan Muda   Rumor

    William berjalan masuk kedalam kamarnya dan membanting kuat pintu kamar di belakngnya. Tangannya meraih gelas yang berisi wiski dan menegaknya habis.Dada pria itu naik turun bersamaan dengan nafas berat penuh amarah. Tangannya mengepal kuat dan tak menunggu lama ia pukulkan kearah atas meja di depannya.“Sial” makinya penuh amarah.“Apa yang sebenarnya terjadi?”pikirnya yang semakin kacau tak menemukan jawaban.William berbalik dan keluar dari kamarnya. Para pelayan yang berpapasan dengannya membungkuk penuh hormat, namun pria itu tak sedikit pun membalasnya dan tetap melangkahkan kakinya menuju lantai 3 rumahnya.William menarik nafasnya pelan saat dirinya telah berdiri di sebuah pintu kamar bernuansa putih. Tangannya terlihat ragu untuk membuka pintu di depannya.Hembusan nafasnya yang terdengar berat mengantarkan gerakan tangannya untuk menggerakkan gagang pintu di genggamannya.Pria itu melangkah masuk dan

  • Wanita Milik Tuan Muda   Kepercayaan yang Mati

    Seorang dokter didampingi perawat nampak memasukkan jarum infus kedalam tangan Viola yang masih tak terbaring lemah tak sadarkan diri.“Nona Viola sepertinya mengalami masalah lambung akibat stres. Dan juga tekanan darahnya menurun. Ia berada dalam kondisi buruk. Anda, harus lebih memperhatikannya. Saya harap Anda bisa mengurangi waktu kerjanya agar bisa beristirahat total hingga keadaanya benar-benar pulih,” ucap Dokter di depan William sebelum pamit meninggalkan pria itu. Beberapa pelayan yang berada dikamar tidurnya, ikut pergi meninggalkan William yang menatap Viola dalam keheningan.Beberapa saat yang lalu, ia tanpa fikir panjang, segera membawa Viola ke rumahnya saat gadis itu sempat tersadar dan memohon untuk tak membawanya ke rumah sakit. Ia masih merasakan remasan tangan Viola di jari-jarinya, saat gadis itu bersikeras keluar dari mobilnya jika William nekat membawanya ke rumah sakit. “Apa yang kau takutkan hingga menyembunyikan semua rahasia mu begitu rapat?” tanya William

DMCA.com Protection Status