***
Suasana kantor Arthur begitu sibuk dengan aktivitasnya yang rutin. Hari itu, dia merencanakan untuk mengajak Kasih makan malam bersama setelah pulang kerja. Saat Arthur baru saja menuliskan pesan singkat untuk Kasih, Willy tiba-tiba muncul di ruang kerjanya dengan ekspresi wajah yang serius.
"Ada apa, Willy?" tanya Arthur, tatapan langsung tertuju pada asistennya itu.
Willy menelan ludah, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Nyonya Rose, Tuan. Ada kejadian yang tidak terduga."
"Rose? Apa yang terjadi?" tanya Arthur, tatapan tak biasa muncul di wajahnya.
Willy menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Nyonya Rose sedang tak sadarkan diri. Dia ditemukan di rumahnya. Nyonya Kania mengatakan bahwa ini mungkin percobaan bunuh diri. Nyonya mencoba menghubungi anda, tapi ponsel Tuan tidak aktif."
Mendengar kabar itu, Arthur merasa seolah tak percaya, ia tahu siapa Rose, Rose adalah orang yang sangat mencintai dirinya sendiri, bagai
***Malam itu, Kasih merasa sesuatu yang tidak biasa. Arthur, yang biasanya selalu menghubunginya tanpa henti, tiba-tiba menjadi sulit dihubungi. Setelah beberapa kali mencoba mengirim pesan dan menelepon, ponsel Arthur tetap tidak aktif. Kasih merasa bingung dan cemas, mencoba mencari tahu apa yang terjadi."Bukankah ini agak aneh?" gumam Kasih pada dirinya sendiri ketika ia berjalan menuju pintu keluar kantor. Matanya mencari-cari mobil Arthur, tapi tak satupun terlihat di parkiran.Saat ia menginjakkan kaki di luar gedung, sebuah mobil mewah berhenti di depannya. Kasih mendongak, dan terkejut melihat Sean keluar dari mobil dengan senyuman hangat."Kasih, apa kabar?" sapa Sean dengan ramah."Sean, eh, baik. Ada apa? Kamu ada di sini?”" tanya Kasih, keheranan masih tergambar di wajahnya.Sean tertawa kecil. "Aku baru saja lewat, dan aku pikir aku bisa mengantarkanmu pulang. Gimana, mau kuantar pulang, kan?"Sebelum Kasih
***Malam itu, hening merajai ruang tidur Kasih di villa. Cahaya bulan memancar masuk dari jendela, menciptakan suasana yang tenang namun memicu gelisah di dalam hati Kasih. Ia berbalut selimut, berusaha meraih kenikmatan tidurnya, tetapi pikirannya masih terus melayang pada sosok Arthur.Kasih melihat jam di meja sampingnya, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Tidak ada kabar dari Arthur. Gelisah memenuhi hatinya, membuatnya sulit untuk melanjutkan tidurnya. Ia memutuskan untuk bangkit dari ranjang dan memutari kamarnya."Kenapa aku tidak bisa tidur?" gumam Kasih pada dirinya sendiri, meraba-raba ke dalam gelap malam. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan perasaannya.Dengan langkah yang tenang, Kasih berjalan ke ruang kerja pribadinya. Di sana, ia dikelilingi oleh alat-alat desain perhiasan yang indah. Dalam usahanya untuk mengalihkan perhatian, Kasih mengambil pensil dan kertas, mulai membuat sketsa desain perhiasan baru.Namun, meskipun tangannya sibuk menc
***Malam telah menjelang, langit gelap terhampar di atas kota yang padat. Kasih baru saja menyelesaikan pekerjaannya di gedung perkantoran yang megah. Mengenakan mantel hitamnya, ia melangkah ke luar gedung dengan langkah yang lelah dan sedikit lunglai. Cahaya gemerlap kota memantul di matanya yang lelah, dan dengan hati yang penuh harap, Kasih mengambil ponselnya untuk memeriksa pesan. Namun, kecewa menyelinap di wajahnya ketika tidak ada pesan baru dari Arthur."Dua hari ini," gumam Kasih, menatap layar ponselnya dengan ekspresi kecewa. "Mengapa dia tidak memberi kabar? Aku harus bertanya pada Willy? Apa tidak apa-apa?"Langkah Kasih terhenti, dan ia memutuskan untuk memanggil taksi untuk pulang ke villa. Namun, sebelum ia bisa menekan nomor taksi langganannya, terdengar suara yang dikenalinya dengan baik memanggil namanya."Nona Kasih!"Kasih segera menoleh, dan di belakangnya, muncul Pink dengan senyuman hangat di wajahnya. Tanpa ragu, Kasih m
***Dalam ruang pertemuan yang elegan, Kasih dan Sean duduk di seberang meja panjang sambil membahas rencana kerjasama mereka tentang Bintang Hotel. Selembar proposal terbuka di antara mereka, ide-ide cemerlang ditukar dengan penuh antusiasme."Kasih, ide ini luar biasa. Aku tidak sabar untuk melihat implementasinya di Bintang Hotel," ujar Sean, memuji dengan wajah penuh antusiasme.Kasih tersenyum, merasa senang melihat respons positif dari rekan bisnis barunya. "Terima kasih, Sean. Aku yakin kerjasama kita akan membawa kesuksesan bagi kedua perusahaan, aku terlalu bersemangat untuk kerja sama ini dan aku selalu melakukan semuanya secara detail agar tidak ada yang terlewat."Setelah beberapa diskusi intens, mereka akhirnya menyelesaikan agenda rapat mereka. Sean menyimpan proposal tersebut dan memandang Kasih dengan serius."Oh ya, Kasih, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu," kata Sean dengan suara lembut.Kasih mengangguk, memberi isyara
***Dini hari, ketika bintang-bintang masih bersinar cerah di langit, Arthur tiba di villa mewahnya dengan hati yang gelisah. Rindu pada Kasih membuat langkahnya tergesa-gesa, bahkan ia tidak tidur dan tidak pernah istirahat karena jadwalnya sangat padat, ia hanya ingin segera menemui wanita pujaannya itu. Begitu pintu villa terbuka, matanya mencari-cari kehadiran Kasih."Kasih?" panggilnya dengan suara pelan, tak ingin mengganggu ketenangan malam.Langkahnya terdengar di lorong marmer yang memecah kesunyian. Arthur menuju kamar Kasih, berharap menemukannya di sana. Namun, kamar itu hampa."Kasih?" serunya lagi, kali ini dengan kekhawatiran yang lebih jelas.Ia melangkah ke ruang kerja pribadi Kasih. Pintu terbuka lebar, namun ruangan itu juga tidak berpenghuni. Pikirannya berkecamuk, tetapi seakan ada kekuatan yang menariknya keluar.Arthur melangkah menuju taman di belakang rumah. Saat melintasi jendela, ia melihat sosok Kasih yang duduk s
***Tiba saatnya makan siang, Kasih dan Tomy bersiap-siap menuju restoran di seberang kantor. Namun, tak lama setelah sampai di restoran, kejutan tak terduga menunggu mereka.Wilhelma, yang tampak anggun dalam balutan gaun elegan, tiba-tiba muncul di depan Kasih dan Tomy dengan senyuman cerah. "Kasih, Pak Tomy, apa kabar?" sapa Wilhelma sambil menarik Kasih dengan ramah.“Baik, Aunty,” balas Kasih.“Ah, bagaimana kalau kita makan siang bersama?” tawar Wilhelma dengan bersemangat.Kasih terkejut namun tak bisa menolak ketika Wilhelma mengajak mereka makan siang bersama. "Tentu, Aunty Wilhelma. Terima kasih sudah mengundang kami," ucap Kasih dengan sopan.Mereka bertiga langsung duduk di meja yang telah disiapkan, dan pembicaraan pun dimulai. Wilhelma dengan cepat beralih ke topik ulang tahunnya yang akan segera tiba. "Kasih, pasti Sean sudah memberitahukanmu, kan? Tentang Aunty yang berencana merayakan ulang tahun seca
***Malam itu, di vila dipenuhi keheningan. Arthur telah memberi izin pada Kasih untuk pergi ke pesta ulang tahun Aunty Wilhelma. Pink, yang menjadi asisten Kasih, datang ke villa untuk memberitahukannya."Pink, apa benar Arthur mengizinkanku pergi?" tanya Kasih dengan tatapan terkejut. Ia yang sedang sibuk dengan ponselnya terkejut saat mendapat pesan dari pria itu yang mengatakan ia boleh menghadiri pesta ulang tahun Wilhelmina.Pink mengangguk mantap. "Ya, Nona Kasih. Tuan Arthur mengizinkan anda dan bahkan memberi pesan untuk menikmati malam ini."Kasih tersenyum senang mendengar berita itu. "Terima kasih, Pink. Kamu bisa menemani aku ke pesta, kan?"Pink menyambut tawaran itu dengan senang hati. "Tentu saja, Nona Kasih. Sudah seharusnya saya menjaga, Nona. Ayo kita bersiap-siap."Kasih dan Pink menuju ruang rias untuk mempersiapkan diri. Kasih memilih riasan yang natural, tetapi tetap menonjolkan kecantikannya. Rambutnya diatur de
***Kasih hanya menatap Sean dengan tatapan bingung, bayangan kemarahan Arthur menguasai pikirannya. Wanita itu melangkah keluar dari lantai dansa dengan wajah yang kikuk, mencoba menyembunyikan perasaan canggungnya. Dia merasa seperti berada di tengah konflik besar, dan ia tahu harus segera keluar dari pesta sebelum situasinya semakin rumit.Namun, saat ia di luar gerbang rumah Wilhelmina dan mencari keberadaan Pink, langkahnya terhenti ketika tangan Arthur menariknya dengan kasar. Dia menoleh dan melihat tatapan api kecemburuan yang membara di mata pria itu. Tanpa berkata apa-apa, Arthur langsung menariknya menuju mobil. Kasih merasa bagai terperangkap, tetapi dia tahu bahwa menghadapi Arthur dalam keadaan cemburu memerlukan ketenangan dan kepala dingin.Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan suasana yang tegang. Kasih mencoba untuk tidak menatap Arthur, menghindari konfrontasi yang mungkin terjadi. Arthur, yang duduk di kursi pengemudi, masih terlihat mara
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua