***
Dini hari, ketika bintang-bintang masih bersinar cerah di langit, Arthur tiba di villa mewahnya dengan hati yang gelisah. Rindu pada Kasih membuat langkahnya tergesa-gesa, bahkan ia tidak tidur dan tidak pernah istirahat karena jadwalnya sangat padat, ia hanya ingin segera menemui wanita pujaannya itu. Begitu pintu villa terbuka, matanya mencari-cari kehadiran Kasih.
"Kasih?" panggilnya dengan suara pelan, tak ingin mengganggu ketenangan malam.
Langkahnya terdengar di lorong marmer yang memecah kesunyian. Arthur menuju kamar Kasih, berharap menemukannya di sana. Namun, kamar itu hampa.
"Kasih?" serunya lagi, kali ini dengan kekhawatiran yang lebih jelas.
Ia melangkah ke ruang kerja pribadi Kasih. Pintu terbuka lebar, namun ruangan itu juga tidak berpenghuni. Pikirannya berkecamuk, tetapi seakan ada kekuatan yang menariknya keluar.
Arthur melangkah menuju taman di belakang rumah. Saat melintasi jendela, ia melihat sosok Kasih yang duduk s
***Tiba saatnya makan siang, Kasih dan Tomy bersiap-siap menuju restoran di seberang kantor. Namun, tak lama setelah sampai di restoran, kejutan tak terduga menunggu mereka.Wilhelma, yang tampak anggun dalam balutan gaun elegan, tiba-tiba muncul di depan Kasih dan Tomy dengan senyuman cerah. "Kasih, Pak Tomy, apa kabar?" sapa Wilhelma sambil menarik Kasih dengan ramah.“Baik, Aunty,” balas Kasih.“Ah, bagaimana kalau kita makan siang bersama?” tawar Wilhelma dengan bersemangat.Kasih terkejut namun tak bisa menolak ketika Wilhelma mengajak mereka makan siang bersama. "Tentu, Aunty Wilhelma. Terima kasih sudah mengundang kami," ucap Kasih dengan sopan.Mereka bertiga langsung duduk di meja yang telah disiapkan, dan pembicaraan pun dimulai. Wilhelma dengan cepat beralih ke topik ulang tahunnya yang akan segera tiba. "Kasih, pasti Sean sudah memberitahukanmu, kan? Tentang Aunty yang berencana merayakan ulang tahun seca
***Malam itu, di vila dipenuhi keheningan. Arthur telah memberi izin pada Kasih untuk pergi ke pesta ulang tahun Aunty Wilhelma. Pink, yang menjadi asisten Kasih, datang ke villa untuk memberitahukannya."Pink, apa benar Arthur mengizinkanku pergi?" tanya Kasih dengan tatapan terkejut. Ia yang sedang sibuk dengan ponselnya terkejut saat mendapat pesan dari pria itu yang mengatakan ia boleh menghadiri pesta ulang tahun Wilhelmina.Pink mengangguk mantap. "Ya, Nona Kasih. Tuan Arthur mengizinkan anda dan bahkan memberi pesan untuk menikmati malam ini."Kasih tersenyum senang mendengar berita itu. "Terima kasih, Pink. Kamu bisa menemani aku ke pesta, kan?"Pink menyambut tawaran itu dengan senang hati. "Tentu saja, Nona Kasih. Sudah seharusnya saya menjaga, Nona. Ayo kita bersiap-siap."Kasih dan Pink menuju ruang rias untuk mempersiapkan diri. Kasih memilih riasan yang natural, tetapi tetap menonjolkan kecantikannya. Rambutnya diatur de
***Kasih hanya menatap Sean dengan tatapan bingung, bayangan kemarahan Arthur menguasai pikirannya. Wanita itu melangkah keluar dari lantai dansa dengan wajah yang kikuk, mencoba menyembunyikan perasaan canggungnya. Dia merasa seperti berada di tengah konflik besar, dan ia tahu harus segera keluar dari pesta sebelum situasinya semakin rumit.Namun, saat ia di luar gerbang rumah Wilhelmina dan mencari keberadaan Pink, langkahnya terhenti ketika tangan Arthur menariknya dengan kasar. Dia menoleh dan melihat tatapan api kecemburuan yang membara di mata pria itu. Tanpa berkata apa-apa, Arthur langsung menariknya menuju mobil. Kasih merasa bagai terperangkap, tetapi dia tahu bahwa menghadapi Arthur dalam keadaan cemburu memerlukan ketenangan dan kepala dingin.Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan suasana yang tegang. Kasih mencoba untuk tidak menatap Arthur, menghindari konfrontasi yang mungkin terjadi. Arthur, yang duduk di kursi pengemudi, masih terlihat mara
***Keesokan harinya, sinar matahari menembus tirai ruang pribadi Arthur di villa, menyapu wajahnya yang tampak serius. Ia duduk di meja kerjanya, melihat keluar jendela villa yang megah. Kasih, yang masih terlelap di kamar pribadinya, tidak menyadari bahwa hidupnya selalu dalam pengawasan dari pria itu dan terkurung dari posesif yang berlebihan.Setelah menyeduh secangkir kopi, Arthur dengan langkah mantap menuju kamar Kasih. Dengan ketukan lembut, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Kasih yang sedang duduk di meja rias, memandang Arthur dengan wajah tanpa ekspresi."Kasih," Arthur memulai pembicaraan dengan suara tegas. "Aku punya keputusan yang perlu kau dengar."Kasih menoleh, matanya bertemu dengan mata tajam Arthur. "Apa itu?" tanyanya singkat."Mulai dari hari ini dan sampai batas yang belum aku tentukan, kau harus tetap berada di villa ini dan tidak boleh keluar tanpa seizinku," ujar Arthur, suaranya tak terdengar bergetar.Kasih terdiam, pandangannya turun ke meja. Ia tahu
***Sean melangkah dengan langkah hati-hati ke dalam toko bunga yang penuh dengan aroma yang menyenangkan. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencari cara terbaik untuk meminta maaf pada Kasih. Dia tahu tindakannya yang terlalu impulsif telah membuat hati wanita yang dicintainya itu kecewa karena ia memang lancang.Setelah menyusuri lorong-lorong di antara berbagai macam bunga, Sean berhenti di depan rak yang dipenuhi dengan mawar putih. Warna yang melambangkan kedamaian dan permintaan maaf. Tanpa ragu, dia memilih beberapa tangkai yang indah dan kemudian membayar di kasir.Dengan hati yang berdebar, Sean menggenggam erat tangkai mawar putih. Langkahnya tergesa-gesa keluar dari toko bunga menuju perusahaan tempat Kasih bekerja. Detak jantungnya semakin cepat, tidak sabar untuk meminta maaf dan merestui hati Kasih.Tiba di perusahaan, Sean berharap bisa menemui Kasih dengan segera. Namun, Tomy, yang terkejut dengan kedatangan Sean menyambutnya dengan tatapan c
***Vita duduk di ruangannya, mata merah karena kemarahan. Ponselnya berdering tanpa henti, berisi pesan-pesan ancaman dan teror yang tak kunjung berakhir. Kehidupannya yang dulu tenang dan sesuai keinginannya, saat ini berubah menjadi teror yang tak berkesudahan. Bahkan Bryan mau menceraikan putrinya dan enggan menemuinya saat ini dan yang paling membuat darahnya mendidih adalah ketidakadilan yang dialaminya di kantor.Semua karyawan tampak terbuai oleh kasih sayang dan dukungan terhadap Kasih. Vita bisa melihat bagaimana mereka bergumul di sekitar Kasih, memujinya seakan-akan wanita itu adalah sosok yang sempurna. Bahkan Sean Williams, jutawan muda yang begitu diidamkan banyak wanita, digosipkan menyukai Kasih dan berusaha mendekatinya. Bahkan dulu sangat sulit bekerja sama dengan perusahaan milik Sean, tapi Kasih begitu mudah mendaoat tawaran kerja sama darinya.Vita bangkit dari kursinya, wajahnya memerah karena amarah yang meluap-luap. "Kenapa semua orang tampak begitu terpukau
***Malam itu, suasana di kantor Evencio Industries terasa hening. Seiring dengan langit yang gelap, Arthur merasa adanya perubahan dalam sikap Rose. Wanita itu, yang biasanya begitu eksentrik dan selalu mencoba mengusiknya, kini jauh lebih tenang dan terlihat tidak tertarik untuk mengganggunya. Bahkan Rose tidak menerornya dengan serangkaian pesan atau panggilan telepon.Arthur mengernyitkan dahinya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia tahu bahwa Rose adalah sosok yang penuh intrik dan selalu punya rencana di balik ketenangannya. Tanpa ragu, Arthur memanggil Willy untuk masuk ke ruangan kerjanya."Willy, masuk ke ruanganku," ucap Arthur dengan suara tegas begitu Willy muncul di pintu ruangannya.Willy mengangguk dan masuk ke dalam ruangan. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"Arthur duduk di kursinya, memandang Willy dengan serius. "Aku merasa ada yang tidak beres dengan Rose. Perhatikan gerak-geriknya, dan pastikan semua kegiatan di sekitarnya terpantau."Willy mengangguk lagi, "S
***Ruangan itu dipenuhi oleh suasana hening yang hanya terpotong oleh suara getaran langkah tegas Kasih di lantai marmer. Dalam gengaman tangannya, Kasih memegang potret keluarga kecilnya yang bahagia. Wajah bahagia ayah, bunda, dan adiknya, Zayn, terpatri jelas dalam potret itu. Namun, ketenangan itu terkoyak saat matanya mengingat tentang apa yang Arthur sampaikan padanya, Vita yang telah menghancurkan kedamaian dan kebahagiaan keluarganya, wanita itu juga yang dengan kejam mengambil semua yang berharga darinya." Tante Vita," gumamnya dengan nada penuh kebencian. "Kamu telah merencanakan semua ini, bukan? Kau yang membuat bunda meninggal dan membuat ayahku hancur. Kamu bukan manusia, bahkan kamu lebih kejam dari iblis!"Kasih menghela nafas panjang, merasakan kebencian yang semakin dalam. Fakta bahwa Vita adalah otak di balik semua tragedi itu membuat hatinya semakin sesak."Tidak hanya bunda, tapi ayahku juga," sambung Kasih dengan suara yang terdengar rapuh. "Kamu memporak-poran
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua