Bab 34Sebulan telah berlalu dan cita-cita Riri akhirnya terkabul. Riri Cafe and Bakery secara resmi mulai beroperasi. Tak puas-puasnya Riri mengedarkan pandangannya pada sekeliling tempat usahanya. Area cafe, area produksi, dapur serta etalase. Beberapa roti dan kue nampak dipajang cantik. Semuanya menggugah selera. Aromanya sungguh harum, karena memang baru keluar dari oven."Om tidak salah, kan, pilih orang?" komentar lelaki itu. Hampir setiap hari Satria selalu mengunjungi tempat ini. Sepertinya lelaki itu kurang kerjaan, sehingga lebih banyak menghabiskan untuk menemani Riri merintis usahanya."Sepertinya tidak, Om. Mereka semua kompeten, termasuk koki yang Om rekrut," sahut Riri. Dia menyodorkan segelas orange juice ke hadapan Satria."Om hanya berusaha untuk sebaik mungkin. Bulan pertama Riri Cafe and Bakery beroperasi, kamu mungkin belum banyak penghasilan. Sementara disisi lain kamu harus bayar upah semua karyawan. Jadi tidak apa-apa, kan, kalau Om yang bayar mereka di bulan
Bab 35Rini memang sudah bangkit dari tubuhnya. Namun reaksi yang timbul akibat sentuhan tak sengaja itu membuat lelaki itu cepat menangkap tubuh mungil Riri dan membawa ke dalam pelukannya. Wajah keduanya yang sangat dekat membuat mereka bisa saling merasakan hembusan nafas masing-masing. Satria semakin mendekatkan wajahnya. Matanya tertuju kepada benda kenyal semanis ceri yang sejak dulu begitu ingin ia sentuh.Sorot mata yang sangat sayu disertai dengan nafas yang memburu mengalahkan akal sehatnya. Satria meraup bibir itu dengan lembut. Tak ada penolakan dari Riri meski tubuhnya bergetar hebat. Bermenit-manik Satria menyesap manisnya bibir itu hingga sebuah gedoran dari balik pintu mobil membuat sepasang insan yang tengah berciuman panas itu tersentak."Om...."Riri yang menyadari situasi terlebih dahulu langsung mendorong tubuh Satria. Wajahnya merah padam. Dia menggigit bibirnya yang penuh dengan air liur. Perasaannya sungguh campur aduk. Tak bisa ia definisikan perasaannya saa
Bab 36Pria itu memutus panggilan begitu saja, lalu menaruh ponsel kembali ke saku celananya. Dengan tangan mencengkeram setir mobil, dia menatap sekeliling tempat itu. Hari semakin gelap. Hanya terlihat kelap-kelip lampu yang menerangi jalan."Apa yang sedang terjadi sama kamu, Ri? Kenapa David dan Surya lama sekali?" keluh Satria. Tak sabar ia membuka pintu mobil dan berdiri di pinggir jalan."Aku nggak akan memaafkan diriku sendiri jika sampai terjadi apa-apa sama kamu. Leo memang brengsek!. Dia melimpahkan kesalahan kepada orang lain tanpa menyadari jika dia sendiri juga salah dalam hal ini. Seandainya Leo benar-benar bersikap baik kepada Riri, tentu aku tidak perlu memasuki kehidupan mereka. Aku bukan perusak pagar ayu. Tidak. Aku bukan lelaki seperti itu," batin Satria. Dia berjalan mondar-mandir, sementara tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, menyentuh ponselnya, menunggu kabar dari David atau Surya.Dua jam telah berlalu. Satria nyaris putus asa. Dia bermaksud akan masu
Bab 37Nyaman. Itulah yang dirasakan di saat bersama Satria. Riri tidak bisa memungkiri jika Satria memang dewasa. Sosok yang sama yang juga dimiliki oleh sang kakak, Daffa Zuhairi. Riri yang kehilangan sosok seorang ayah di masa kecilnya memang mendambakan seseorang yang seperti Satria ini. Dewasa dan ngemong. Tak heran jika akhirnya Riri dengan mudah jatuh ke dalam pesona pria itu, meski di awal pernikahannya dia mencintai Leo. Di balik semua itu, dia pun tetap merasa ragu dan takut, mengingat Satria yang sudah memiliki istri dan statusnya sendiri.Namun apalah artinya sebuah status, jika hakikatnya pernikahan keduanya hanyalah di atas kertas. Satria dengan Disty, sementara Riri dengan Leo. Rumah tangga mereka benar-benar tidak sehat dan jalan satu-satunya adalah keluar dari jeratan itu.Akan tetapi bagaimana caranya?Riri terlanjur terjebak di dalam pernikahan pura-pura dengan seorang lelaki yang sama sekali berada di luar kriterianya. Seorang Leo Andara, lelaki berhati dingin da
Bab 38Perkelahian pun tak bisa dihindari. Jual beli pukulan terus berlangsung, bahkan durasinya sudah lebih dari 10 menit dengan disaksikan oleh puluhan karyawan yang kebetulan berada di tempat itu. Kedua pria itu sudah melupakan citra mereka yang seharusnya dijaga, karena bagaimanapun mereka adalah petinggi dari Amanah Group. Semua orang mengenali mereka dan dari teriakan keduanya yang bersahutan membuat orang-orang yang berada di sekitar tempat itu menjadi paham apa yang membuat mereka berkelahi.Tak lain adalah soal wanita!Seorang wanita yang menjadi istri Leo, calon pewaris Amanah Group. Mayoritas karyawan tentunya lebih memihak Leo ketimbang Satria yang dianggap sebagai pria idaman lain istri Leo itu. Bisik-bisik terus terdengar dari orang-orang yang menonton perkelahian. Tidak sedikit orang yang menghujat Riri, padahal mereka tidak mengenal sosok istri Leo yang sebenarnya."Kurang apa Tuan Leo ya? Bisa-bisanya istrinya berselingkuh dengan paman suaminya sendiri." Beberapa ora
Bab 39"Aku memang sedang mengajukan kredit di sebuah bank untuk mengembangkan usaha ini, Om. Tapi pengajuan kreditku belum di acc. Jadi bisa aku pastikan jika tadi bukan orang-orang yang berasal dari bank itu." Riri menjelaskan dengan wajah tertunduk"Kenapa kamu tidak bilang jika kekurangan modal? Om bisa bantu sebanyak yang kamu inginkan." Rahang lelaki itu mengeras. Entah kenapa ia merasa kecewa. Riri tidak pernah bercerita ini kepadanya. Kenapa Riri menyembunyikan semua ini darinya? Dianggap apa dirinya selama ini?"Aku tidak mau merepotkan Om, lagi pula lebih baik aku berusaha cari modal sendiri walaupun dengan cara meminjam uang di bank." Riri memijat pelipisnya. Dia melirik Lila yang juga tertunduk. Gadis yang akhirnya harus kehilangan tempat tinggal ini pasti sangat sedih. Lila hidup sebatang kara. Dia tidak punya siapa-siapa di dunia ini."Dengar, Cantik." Satria meraih tangan gadis itu.Lantaran mereka tidak bisa masuk ke dalam toko, akhirnya Satria berinisiatif untuk memba
Bab 40"Di mana Om sembunyikan Riri?!"Pria itu langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa berhadapan dengan Leo. Dia menatap sang keponakan dalam-dalam. Tatapannya berkilat penuh dengan emosi, tapi Satria berusaha untuk berada di dalam kontrol. "Lagi-lagi itu yang kamu tanyakan, Leo. Bukankah kamu punya mata dan telinga? Kamu pun punya kaki dan tangan, punya otak untuk berpikir. Masa iya untuk melacak keberadaan istrimu saja tidak bisa?" sarkas Satria. Pernyataan yang telak menohok Leo."Om bener-bener ya!" Pria muda itu semakin meradang."Niat banget sih Om merebut Riri dari tanganku!""Kalian hanya menikah di atas kertas. Dan asal kamu tahu, sejak kamu melakukan kekerasan fisik dan verbal terhadapnya, maka hati gadis itu sudah bukan milikmu lagi. Jangan pernah bermimpi Riri bisa kembali mencintaimu, setelah apa yang kamu lakukan selama ini kepadanya."Laki-laki muda itu seketika berdiri. "Jangan memancing emosiku, Om!""Kamu sudah tahu jawabannya, kan?" Tepat ketika ia selesai menguca
Bab 41"Mas jemput pulang ya," bujuk Leo."Nggak. Aku mau tinggal di sini sama Ibu," ketus Riri."Sayang, jangan begitu. Kemarin Mas terbawa emosi. Mas cemburu karena kamu berciuman dengan Om Satria. Mas minta maaf. Mas janji nggak akan mengulang lagi....""Sudah terlalu banyak kesempatan yang aku berikan buat Mas, tapi nyatanya Mas tak pernah menggunakan itu." Lagi-lagi Riri menggigit bibirnya, kemudian menjauhkan benda pipih itu dari telinganya, dan menekan tombol berwarna merah. Akhirnya panggilan pun terputus."Sudah terlambat, Mas. Dan jangan harap aku akan kembali lagi sama kamu," gumam Riri sembari menghela nafas. Jari jemarinya terus memainkan ponselnya, berselancar di dunia maya. Riri mulai memposting beberapa foto di beberapa sosial media miliknya. Riri Cafe and Bakery boleh saja tidak lagi memiliki tempat. Namun bukan berarti usaha Riri akan berhenti. Dia masih bisa menjalankan usahanya meski kecil-kecilan. Untuk sementara dia akan menerima pesanan kue dari rumahnya denga
Bab 60Beberapa minggu sudah berlalu dan Riri masih saja bimbang. Lila sudah berkali-kali memberi pendapat. Namun entah kenapa Riri masih saja merasa berat. Padahal Satria tampaknya sudah berhasil mengambil hati Devano, bahkan di hari pertama mereka bertemu."Aku harus bagaimana?" Wanita itu berdiri di balkon rukonya seorang diri. Desir angin malam membelai tubuhnya. Wanita itu mengangkat tangan kiri dan pandangannya tertuju pada cincin yang tersemat di jari manisnya."Aku belum kasih jawaban, tapi sudah mengenakan cincin ini. Bagaimana mungkin aku bisa menolak?""Tapi.... Kenapa terasa begitu berat?" Wajahnya kembali mendongak, memandang langit malam. Kerlip bintang bertaburan memenuhi angkasa."Apa yang membuatmu merasa berat, Sayang?" Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Riri.Perempuan itu menoleh sekilas. Satria tepat berada di sampingnya, begitu dekat, bahkan dia mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh lelaki itu. Penampilan Satria malam ini begitu sederhana, mengenakan ka
Bab 59Peristiwa itu memang sudah berlalu begitu lama, tapi tentu saja sangat membekas di dalam jiwa Riri. Mentalnya terguncang hebat. Beruntung, Riri ditangani orang-orang yang tepat dan peduli padanya. Hal itu yang menjadi alasan kenapa Satria selalu saja memiliki stok kesabaran untuk menunggu Riri. Dia sangat mencintai wanita itu dan ingin membahagiakannya, mengganti semua derita yang selama ini wanita itu terima akibat perlakuan keluarganya sendiri.Kepopuleran keluarga Arnando Richard kini hanya sekedar cerita. Amanah Group sudah dinyatakan failed dan Arnando sendiri sekarang rutin menjalani terapi kejiwaan, sementara Sinta meninggal dunia lantaran bunuh diri karena tak tahan dengan tekanan emosional. Meninggalnya Leo menjadi titik awal kehancuran keluarganya. Ya, mungkin ini karma, karena mereka sudah menindas seseorang secara berlebihan, bahkan ingin menghilangkan nyawa orang lain secara keji."Om mau mengajak kami ke mana?" tanya Riri saat Satria mulai melajukan mobilnya. R
Bab 58"Mbak nggak berpikir untuk memberikan Devano papa baru?" usik Lila saat mereka sudah berada di ruang tamu. Lila menutup pintu rapat-rapat, sementara itu pintu depan ruko pun juga sudah tertutup. Mereka memang sengaja tutup lebih awal karena Devano lagi-lagi tantrum merindukan papanya.Riri langsung terkekeh. "Papa yang mana lagi? Aku nggak berpikir untuk menjalin hubungan baru. Sudah cukup semuanya. Aku hanya ingin membesarkan Devano. Aku sanggup kok menjadi Papa dan Mama sekaligus....""Tapi bagaimanapun Mbak butuh sandaran," bantah Lila."Kan ada kamu, La. Bukannya selama ini kamu yang paling bisa kuandalkan, bahkan di saat aku harus menghadapi situasi sulit?" Riri merotasi bola matanya. Dia paham benar arah pembicaraan Lila.Lila mendesah. Sebenarnya ia sudah lelah berdebat dengan Satria di belakang Riri. Satria yang begitu ingin masuk kembali ke dalam kehidupan Riri dan Devano. Namun Lila selalu mencegahnya. Lila tak mau membuat Riri kembali depresi. Sudah cukup perlakuan
Bab 57Hawa panas yang menyergap seketika membuat Riri menggeliat. Semula ia mengira hawa panas itu berasal dari tubuh Leo yang masih dalam posisi memeluknya. Tapi ternyata tidak. Riri membuka mata dan sangat terkejut saat menyaksikan si jago merah mulai melahap dinding kamar yang mereka tempati saat ini."Mas, kebakaran!"Usai memekik, kepalanya seketika berdenyut. Dan perlahan kesadarannya mulai menghilang.Leo yang panik segera menyelimuti tubuh istrinya. Sembari menggendong tubuh berselimut tebal itu, Leo nekat menerobos api yang berkobar dan akhirnya mereka bisa keluar dari tempat itu menuju ke halaman belakang.Sungguh, Leo mempertaruhkan nyawanya demi Riri dan calon buah hatinya selamat. Dia membiarkan tubuhnya di jilat api demi melindungi tubuh berbalut selimut itu.Dengan sisa tenaganya dan menahan hawa panas yang membakar tubuhnya, Leo membuka selimut yang membungkus tubuh Riri. Aroma kain dan daging terbakar menusuk hidung. Rasa sakit di tubuhnya pun semakin tak tertahanka
Bab 56"Kalian nggak apa-apa, kan?" Hendrik bertanya setelah mobil taksi yang mereka tumpangi meluncur jauh meninggalkan tempat itu."Seperti yang kamu lihat," jawab Leo seraya melirik Riri yang hanya bisa menunduk. Begitu banyak pertanyaan di otaknya sejak ia memutuskan untuk kembali mengikuti Leo. Berbagai kejutan ia dapatkan, dari Nilam dan Vira yang menyambangi apartemennya, kemudian sikap Leo yang keras kepala di saat berhadapan dengan kedua orang tuanya, lalu Leo yang memilih menanggalkan semua atribut yang ia miliki.Apakah benar Leo memang sedang bersungguh-sungguh untuk membangun rumah tangga mereka yang hampir saja karam?!"Syukurlah, tapi yang jelas mulai saat ini kehidupan kalian tidak akan mudah. Kamu paham resikonya, Leo?" Hendrik mengingatkan."Bukannya dari dulu aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang susah? Bukankah kita ini satu profesi?"Hendrik tertawa sumbang. "Teman satu profesi untuk sementara, sebelum kamu memutuskan untuk menikahi Riri dan kembali ke Amanah G
Bab 55"Sayang, ini tidak seperti yang kamu pikirkan...." Leo mengerang.Melihat perubahan di wajah istrinya, Leo merasa sangat cemas. Riri belum percaya betul dengan ketulusannya untuk berubah. Tapi tiba-tiba saja Vira dan Nilam datang mengusik. Wajar jika Riri kembali menunjukkan sikap antipati terhadapnya."Sebaiknya kamu tahu diri. Leo dan Nilam akan segera menikah dan seharusnya kalian mempercepat proses perceraian, bukannya malah mau rujuk kayak gini," tukas Vira. Bibir wanita itu menyeringai. Dia merasa cukup percaya diri akan berhasil menyingkirkan anak perempuan dari rivalnya di masa lalu.Sama seperti dulu ia menyingkirkan Diana, seperti itu pula dia akan menyingkirkan Riri dari kehidupan Leo yang sangat ia inginkan untuk menjadi suami Nilam. Padahal Vira tahu persis, Leo memang tidak pernah menggauli Nilam, tetapi mereka memang sengaja untuk menjebaknya, karena mereka tidak mau menanggung aib ini. Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya lelaki yang sudah menghamili, saking ban
Bab 54Menyaksikan Riri yang tak merespon perlakuannya, lelaki itu hanya mendesah. Memang butuh usaha lebih keras untuk meyakinkan Riri dan membuat gadis itu percaya, jika kali ini dia memang benar-benar tulus. Banyak hal yang telah terjadi dan luput dari perhatian gadis itu, karena komunikasi di antara mereka selama ini terputus. Bagi Riri, semua ini akan terasa tiba-tiba, meskipun bagi Leo, ini tidaklah tiba-tiba. Perubahan dirinya ia dapatkan dengan melewati banyak hal dan itu tidaklah mudah.Tahukah Riri jika ia jungkir balik dalam rangka meyakinkan kedua orang tuanya yang selama ini menentang hubungan mereka? Itu belum termasuk tekanan dari pihak keluarga Gunadi yang sangat menginginkan dia untuk menjadi menantu di keluarga itu. Leo berusaha sangat keras untuk mempertahankan rumah tangganya dan kedatangannya ke rumah sakit tempat Diana di rawat merupakan akhir dari keputusannya, keputusan untuk memboyong istrinya kembali untuk tinggal bersama di apartemen.Sejak Leo meninggalka
Bab 53Lelaki itu segera berbalik melangkah cepat menuju arah keluar dari rumah sakit. Dadanya bergemuruh. Sesak sekali. Perasaannya kacau balau. Begitu tiba di pelataran rumah sakit, Satria berhenti melangkah, lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya.Pemandangan yang barusan dilihatnya di ruang perawatan Diana seperti melemparnya pada sebuah kenyataan. Bagaimanapun tidak sehatnya rumah tangga mereka, Leo tetaplah suami sah Riri. Riri masih milik Leo, walaupun proses perceraian mereka masih akan berjalan.Hanya saja kemungkinan Riri untuk kembali kepada Leo cukup besar, mengingat bujukan Diana yang tadi sempat ia curi dengar. Kelemahan Riri adalah ibunya. Dan Riri akan melakukan apapun agar sang ibu bahagia, lagi pula di antara Riri dan Leo sudah ada anak, calon buah hati mereka. Riri hamil anak Leo. Itu fakta yang lain.Betapapun ia mencintai Riri dan rela menerima apapun kondisi gadis itu, tak serta merta menepis kenyataan bahwa dia hanya orang ketiga. Cintanya yang tulus belum cuk
Bab 52Leo menarik tubuh istrinya, setengah memaksa untuk berdiri tanpa melepas pelukannya. Kini posisi mereka berhadapan dan saling menatap, menyelami kedalaman hati masing-masing. Namun hanya sesaat. Tak peduli berada di dekat ibu mertuanya, Leo tetap mendekatkan wajahnya pada Riri, berusaha mengikis jarak, lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir sang istri. Riri tidak bisa menolak. Lagi-lagi ia sadar, ini rumah sakit. Tidak mungkin ia berteriak, apalagi ibunya sudah membuka mata. Wanita tua itu agaknya baru menyadari kehadiran sepasang insan di dekatnya. Namun kelihatannya ia memilih diam dan malah menonton adegan mesra anak dan menantunya."Buat apa aku memberitahumu? Dia bukan milikmu. Mungkin kamu pernah melakukannya denganku, tapi janin ini bukan milikmu. Aku bisa pastikan..." Suara Riri lirih sekali, hampir tak terdengar.'Kamu pikir aku percaya dengan bualanmu? Siapa yang mengajarimu berbohong, Sayang?" Lagi-lagi Leo mengecop bibir semanis ceri itu. Ingin rasanya ia membun