Share

3

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-15 11:20:19

POV ALYA

“Nanti Papa cerita. Papa ada rapat jam sepuluh nanti,” kata Papa langsung bangkit. Sekarang, aku yang bengong. 

Papa kok bisa sesantai itu? Kayak nggak ada kejadian apa-apa. Kok aku jadi semakin curiga sama Papa. Mama juga kelihatan tidak terlalu menaruh curiga sama Papa. Mama terlihat biasa aja.

“Kamu ngapain duduk aja?” tanya Mama karena aku masih terpaku di tempatku duduk. 

Akhirnya, aku bangkit juga. Setelah mencium Mama, aku berpamitan. Masih kesal dengan Papa, aku memilih naik mobilku sendiri. 

~~~~~~~

“Mbak Dona, Papa mana?” tanyaku pada sekretaris Papa. Aku mengenal hampir semua karyawan Papa yang lama, sebab dari kecil sudah sering datang ke kantor Papa. 

Sekarang jam makan siang, Papa pasti sudah selesai meeting. Aku mau makan siang sama Papa, karena kami sepertinya harus bicara secara dewasa. 

“Tapi Bapak selesai meeting, keluar. Nggak ada bilang mau kemana, malah meeting sore nanti disuruh batalkan,” jawab Mbak Dona. 

Dahiku mengernyit. Kenapa Papa nggak bilang ya. Ah, ya wajarlah, Papa mungkin masih kesal sama aku. Atau, Jangan-jangan ….

“Mbak, Papa sering ya, keluar kantor pas jam kerja?” Aku terpaksa menyelidiki Papa. 

“Nggak. Paling kalau mau ketemu klien,” jawab Mbak Dona. 

“Hari ini, Papa ada jadwal ketemu klien?” tanyaku, karena Mbak Dona yang mengatur waktu pertemuan Papa dengan klien. 

“Kayaknya nggak ada. Tadi kan, semua udah ketemu pas meeting bareng investor. Meeting sore nanti, jadwalnya sama staff marketing, tapi udah dibatalkan.” 

Kan … aku jadi semakin curiga kalau Papa pasti nemui tuh perempuan. Nggak bisa dibiarin ini. Sebelum keluargaku hancur, aku harus menyelamatkan keluargaku. 

“Eh, mau kemana, Al?” tanya Mbak Dona karena aku langsung saja pergi dari hadapannya. Aku sampai lupa bilang terima kasih atas info yang sudah diberi. 

“Ada urusan sebentar di luar, Mbak. Makasih ya,” balasku, lalu melenggang pergi. 

Awas aja perempuan ja lang! Kalau sampai kamu ganggu papaku lagi. Aku nggak akan sungkan, membuatmu malu di depan orang banyak. 

~~~~~~

“Kan, Papa di rumahnya,” gumamku ketika melihat mobil Papa parkir di halaman rumah perempuan itu.

Ternyata hati nggak bisa dibohongi. Dari tadi aku langung mikir, kalau Papa pasti ke rumah perempuan itu, ternyata benar.

“Nggak bisa dibiarin,” kataku sambil keluar dari mobil. 

Sengaja aku jalan mengendap-endap, supaya Papa sama perempuan itu nggak tau aku datang. Benar perempuan munafik kan? Harusnya dia tau, kalau perempuan tak boleh menerima tamu laki-laki di dalam rumah. Tadi malam saja, tak ada keluarganya yang keluar, pasti cuma dia yang tinggal di rumah itu.

Sebelum aku melabraknya, aku ingin tau, apa yang dibicarakan Papa. Namun, saat aku jalan akan melewati teras, aku melihat sandal heel. Kayak kenal sandal itu. Itu kayak … sandal Mama. 

Jantungku langsung berdebar kencang. Aku memandangi sandal itu untuk memastikan aku tak salah. Apa mungkin, Papa yang belikan buat perempuan itu? Nggak mungkin itu sandal Mama. Tapi … model dan warnanya persis banget sama yang Mama punya. Tentu aku sangat mengenal sandal kesayangan Mama itu, karena hanya sandal itu yang paling sering dipakai sama Mama. 

Aku melangkah mundur, bingung antara masuk atau pergi. Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau Mama di sini, berarti Mama kenal dengan wanita itu.

“Kamu sudah janji nggak akan datang lagi.” Aku mendengar suara Mama. Dahiku mengernyit mendengarnya. 

Aku jadi semakin penasaran, akhirnya aku jalan mendekat ke jendela dan memastikan kalau orang di dalam tak mengetahui keberadaanku. 

“Maaf, Bu. Saya tak bermaksud mengganggu kehidupan keluarga Ibu–”

“Terus kenapa kamu malah balik ke kota ini?” Mama menyela omongan wanita itu.

“Karena permintaan anak saya. Saya sendiri tidak menyangka kalau dia buka usaha di kota ini. Dia ingin, saya tinggal bersamanya,” jawab perempuan itu. Berarti dia punya anak. Kenapa tadi malam nggak kelihatan?

“Ya seharusnya kamu bisa menolak kalau sudah tau!” Suara Mama terdengar tegas. Papa terlihat diam saja. Aku kok merasa ada yang janggal. 

Perempuan itu tidak langsung membalas kata-kata Mama. Siapa dia sebenarnya? Kenapa Mama terlihat memiliki kendali atas dirinya?

“Saya mengira, jarak antara rumah Ibu dan rumah kami cukup jauh, makanya akhirnya saya mau. Lagipula, saya nggak punya alasan yang kuat untuk menolak ajakan anak saya. Kami tinggal hanya berdua. Ibu saya yang dulu mengasuh dia saat kecil, juga sudah meninggal. Saya juga akan lebih tenang kalau dekat dengan anak saya.” Perempuan itu juga bicara dengan nada suara yang terdengar cukup berwibawa, namun terdengar lembut. 

“Ma, kita nggak bisa mengatur kehidupan Laras lagi,” kata Papa akhirnya ikut bicara. “Dia nggak kerja sama kita lagi.”

Apa? 

Perempuan itu pernah bekerja sama Papa Mama. Kapan? Kok aku nggak pernah kenal sama dia?

“Terus, kenapa Papa datangi dia? Mau mengulang kesalahan yang dulu lagi?” tanya Mama balik. Nada suara Mama terdengar menahan marah.

Aku semakin bingung. Kesalahan yang dulu? Apa maksud Mama? Apa kesalahan yang sudah Papa buat?

Aku mencoba mengingat-ingat. Setahuku, Papa nggak pernah terlibat skandal apa pun. Hubungan Papa dan Mama juga selalu baik, meski Papa bukan tipe laki-laki romantis, tapi hubungan mereka cukup harmonis. Kalau memang ada sesuatu di masa lalu yang berhubungan dengan perempuan ini, kenapa aku nggak pernah tahu? 

“Ibu jangan khawatir. Saya sudah ikhlas dengan kejadian yang dulu. Saya juga sudah memaafkan apa yang pernah terjadi. Bapak tak perlu datang kalau hanya untuk minta maaf. Bagi saya … bisa melihat dia saja, sudah cukup.” Kali ini, suara wanita itu bergetar. Sepertinya menahan tangis. 

Tunggu dulu. Dia? Dia siapa lagi yang dimaksud? 

~~~~~~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita Lain di Hati Papa   4

    Aku menggigit bibir, mencoba menenangkan diriku sendiri. Ada terlalu banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Siapa sebenarnya perempuan itu? Apa yang Papa lakukan di masa lalu? Dan siapa "dia" yang dimaksud perempuan itu?Jantungku berdegup kencang saat aku mendengar suara kursi bergeser. Sepertinya pertemuan mereka akan segera berakhir. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Belum lagi aku mengambil keputusan, pintu depan terbuka.Refleks, aku mundur ke samping, bersembunyi di balik tembok teras. Dari celah kecil, aku melihat Papa keluar lebih dulu, diikuti Mama yang wajahnya tegang. Perempuan bernama Laras itu berdiri di ambang pintu, melihat ke arah Mama dan Papa dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. "Maafkan saya, Bu. Saya tidak pernah berniat kembali ke dalam kehidupan kalian," katanya pelan. “Susah payah saya mengubur masa lalu itu. Butuh waktu bertahun-tahun, tak mungkin saya menggalinya lagi.”Mama menatapnya tajam, lalu mengalihkan pandangan ke Papa. "Saya pegang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Wanita Lain di Hati Papa   5

    POV AlyaSampai di rumah, aku langsung mencari keberadaan Mama. “Mama mana, Bi?” tanyaku pada Bi Nani. Asisten rumah tangga kami.“Ada di halaman belakang, Non,” jawabnya. Aku segera jalan ke belakang. Masih lagi di depan pintu, aku melihat Mama yang duduk melamun di gazebo yang ada di halaman belakang. Segera kuayunkan langkah mendekati Mama. “Ma.” Aku menyapanya pelan, agar Mama tidak terkejut. Mama hanya tersenyum, terlihat hambar. “Mama nggak papa, kan?” tanyaku untuk mengawali perbincangan kami. “Nggak. Kamu kenapa cepat pulang. Ini hari pertama kamu kerja di kantor, jangan sesuka hati mentang-mentanh itu kantor Papa,” ucap Mama menasehatiku. Ah, sepertinya Mama sedang ingin menggiring pembicaraan kami ke arah yang lain. “Tadi Alya lihat Mama sama Papa di rumah perempuan itu,” kataku. Mama melihatku. “Perempuan mana maksud kamu?” “Laras.”Mama menghela nafas, lalu memandang ke arah yang berbeda. Tak ada yang bisa dilihat lebih jauh di halaman belakang rumah kami ini, sel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Wanita Lain di Hati Papa   6

    Aku sengaja ingin berangkat lebih pagi ke kantor. Semalam, aku sudah pulang cepat. Walaupun perusahaan itu milik orang tuaku, aku harus profesional. Saat keluar dari kamar, aku tak melihat kedua orang tuaku. “Papa sama Mama mana, Bi?” tanyaku sama Bi Nani. “Dari tadi belum keluar dari kamar, Non,” jawab Bi Nani. Dahiku mengernyit. Segera aku jalan ke kamar Mama Papa. Masih lagi akan mengetuk pintu, pintu kamarnya terbuka. Mama yang keluar, dengan wajah sembab dan mata yang bengkak. Mama sepertinya terlalu banyak menangis. “Mama nggak papa?” tanyaku. Mama hanya menggeleng, tanpa senyum. Dia jalan melewatiku, dan langsung ke dapur. Aku hanya bisa melihat Mama dengan tatapan nanar. Entah kenapa, hatiku sakit melihat Mama seperti ini. Ingin rasanya bilang sama Mama, kalau sakit, katakan aja, Ma. Jangan diam saja. Seperti ada luka lama yang kembali robek, dan pasti rasanya sangat menyakitkan. Rasa sakit Mama ini, membuatku jadi semakin ingin tau, siapa Laras itu. Kenapa dia bisa mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Wanita Lain di Hati Papa   7

    POV LARAS“Kamu jangan keras kepala!” Pak Bastian tampak sangat geram melihat Alya. Pak Bastian terus menarik tangan Alya agar keluar dari rumahku. Tetapi, Alya ternyata memang sangat keras kepala. Dia memegangi kusen pintu rumahku. Ya Allah, kenapa harus ada keributan lagi? Apalagi ini masih pagi. Untung saja anak laki-lakiku sudah berangkat kerja. Kalau tidak, aku tak bisa membayangkan, seperti apa kacaunya hari ini. “Ayo pulang! Kita bicara di rumah!” Pak Bastian terus memaksa Alya. Alya juga semakin kuat memegang kusen pintu.“Alya nggak mau pulang, sebelum Papa cerita. Semalam Alya sudah lihat Mama sama Papa bicara sama dia!” Alya menudingku dan tatapannya sangat tajam. Dia seperti anak kecil yang dipaksa pulang dari bermain. “Tapi, kenapa Papa datang lagi ke sini? Pasti Papa masih main-main sama dia kan?” Alya terus nyerocos yang memancing perhatian tetanggaku. Sungguh, sebenarnya aku sangat malu. Apalago aku warga baru. Akan tetapi, aku juga tak tahu bagaimana cara mengatas

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Wanita Lain di Hati Papa   8

    Pov AlyaRasanya tak percaya mendengar yang Papa bilang. Dia ibuku? Apa maksudnya? “Dia ibumu, Ibu kandungmu. Orang ini yang sudah melahirkan kamu ke dunia ini.” Papa seakan-akan menjelaskan arti kata-katanya tadii. Seketika tubuhku menjadi lunglai. Lemas. Ya, tulang-tulang di tubuhku terasa dilolosi semuanya. Aku mau tak percaya, kulihat wanita itu, yang menangis sambil melihatku. Aku melihat sekeliling, wajah-wajah yang tadi tampak haus akan berita panas juga tampak terkejut. “Alya.” Wanita itu menangkap tubuhku yang limbung ke belakang. Dunia ini terasa berputar, aku benar-benar tak sanggup mengangkat bobot tubuhku sendiri. Hingga akhirnya, semua menjadi gelap. ~~~~~~~Perlahan aku membuka mataku, namun sebelum mataku sempat terbuka sempurna, telingaku menangkap suara Mama. “Kenapa kamu harus kasih tau Alya?” tanya Mama. Mama pasti sedang menahan marah, kalau sudah mengatakan aku dan kamu pada Papa. “Papa terpaksa. Dia terus menuduh Laras sebagai perempuan yang tak benar.” P

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Wanita Lain di Hati Papa   9

    Pov BastianAku keluar dari kamar rawat Alya dan memilih duduk di bangku panjang yang ada di depan ruang rawat. Ah, suntuk sekali. Kejadian waktu itu terus terbayang di mataku. Cukup lama aku berusaha melupakan kejadian itu, tetapi tak bisa. Semua berawal dari saat kami mulai menempati rumah kami sendiri.Flasback on“Mas, ini namanya Laras, dia yang akan bantu-bantu di sini,” kata Ratna memperkenalkan seorang wanita yang usianya tak jauh beda dengannya. Wanita itu memakai hijab, terlihat anggun dan manis. Kepalanya terus menunduk, tak berani menatap mataku. Entah kenapa, hatiku bergetar kala melihatnya. Getaran yang sama, seperti pada saat melihat Ratna, dulu. Sudah lima tahun menjalani pernikahan, kehidupan pernikahan kami terasa hambar. Perlahan, rasa cintaku terkikis padanya. Entahlah bagaimana tepatnya. Yang jelas, aku masih mencintainya, hanya saja, tak ada getaran di hatiku lagi seperti dulu, saat kami masih pacaran, atau di awal-awal pernikahan. Apa ini yang dibilang bosa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Wanita Lain di Hati Papa   10

    Pov AuthorKeadaan menjadi hening sejenak mendengar pertanyaan kata-kata Alya yang tak sabar menunggu jawaban.“Ya, Pak Bastian memang melecehkan Ibu malam itu,” kata Laras dengan mata berkaca-kaca. Bastian menundukkan kepalanya, tak mampu mengelak. Bagi seorang wanita, dilecehkan adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengobati trauma itu. Hari ini, Laras berusaha mengutarakan kebenarannya. “Papa bukan orang yang seperti itu!” Alya menangkis, tak terima dengan perkataan Laras. Meski hatinya sendiri tak yakin. Gadis itu melihat Ratna, untuk meminta pembelaan dari tuduhan Laras terhadap Bastian. Nyatanya, Ratna hanya tertunduk dan menangis. Alya melihat Bastian, berharap Bastian membela diri seperti tadi. Akan tetapi, Bastian hanya diam. Padahal tadi dia menangkis dugaan pemer kosaan yang dilontarkan Alya. “Nak, Ibu tahu, ini berat buat kamu. Tapi satu hal yang kamu tahu, walaupun kamu hadir di rahim Ibu bukan karena keinginan Ibu, tapi kamu tet

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Wanita Lain di Hati Papa   1

    POV ALYA"Al, itu Papa kamu kan?" tanya Audi ketika kami baru saja akan naik motor setelah nongkrong di cafe langganan sejak masa kuliah.Aku spontan menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Audi. Seorang pria yang sangat familier baru saja keluar dari sebuah toko kue ternama. Dia membawa kotak kue dan berjalan menuju mobilnya. Benar saja, itu cinta pertamaku. "Iya, itu Papa," ujarku senang. Aku langsung berseru memanggilnya, "Pa! Papa!"Namun, Papa sudah masuk ke dalam mobil dan mobilnya mulai bergerak. Papa sepertinya tidak mendengar panggilanku. Aku menghela napas kecewa, padahal aku sudah berteriak memanggilnya, sampai urat leherku terasa tegang."Yaah .…"Audi menatapku sekilas sebelum menyerahkan helm padaku. "Ya udahlah, sama aku aja. Kan kita satu tujuan," katanya.Aku ragu sejenak sebelum akhirnya menerima helm dan naik ke boncengan. "Rumah kamu kan lebih dekat. Kalau aku sama Papa, kamu nggak perlu nganter aku dulu," ujarku. Harusnya tadi aku bawa mobil aja, atau motif sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15

Bab terbaru

  • Wanita Lain di Hati Papa   10

    Pov AuthorKeadaan menjadi hening sejenak mendengar pertanyaan kata-kata Alya yang tak sabar menunggu jawaban.“Ya, Pak Bastian memang melecehkan Ibu malam itu,” kata Laras dengan mata berkaca-kaca. Bastian menundukkan kepalanya, tak mampu mengelak. Bagi seorang wanita, dilecehkan adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengobati trauma itu. Hari ini, Laras berusaha mengutarakan kebenarannya. “Papa bukan orang yang seperti itu!” Alya menangkis, tak terima dengan perkataan Laras. Meski hatinya sendiri tak yakin. Gadis itu melihat Ratna, untuk meminta pembelaan dari tuduhan Laras terhadap Bastian. Nyatanya, Ratna hanya tertunduk dan menangis. Alya melihat Bastian, berharap Bastian membela diri seperti tadi. Akan tetapi, Bastian hanya diam. Padahal tadi dia menangkis dugaan pemer kosaan yang dilontarkan Alya. “Nak, Ibu tahu, ini berat buat kamu. Tapi satu hal yang kamu tahu, walaupun kamu hadir di rahim Ibu bukan karena keinginan Ibu, tapi kamu tet

  • Wanita Lain di Hati Papa   9

    Pov BastianAku keluar dari kamar rawat Alya dan memilih duduk di bangku panjang yang ada di depan ruang rawat. Ah, suntuk sekali. Kejadian waktu itu terus terbayang di mataku. Cukup lama aku berusaha melupakan kejadian itu, tetapi tak bisa. Semua berawal dari saat kami mulai menempati rumah kami sendiri.Flasback on“Mas, ini namanya Laras, dia yang akan bantu-bantu di sini,” kata Ratna memperkenalkan seorang wanita yang usianya tak jauh beda dengannya. Wanita itu memakai hijab, terlihat anggun dan manis. Kepalanya terus menunduk, tak berani menatap mataku. Entah kenapa, hatiku bergetar kala melihatnya. Getaran yang sama, seperti pada saat melihat Ratna, dulu. Sudah lima tahun menjalani pernikahan, kehidupan pernikahan kami terasa hambar. Perlahan, rasa cintaku terkikis padanya. Entahlah bagaimana tepatnya. Yang jelas, aku masih mencintainya, hanya saja, tak ada getaran di hatiku lagi seperti dulu, saat kami masih pacaran, atau di awal-awal pernikahan. Apa ini yang dibilang bosa

  • Wanita Lain di Hati Papa   8

    Pov AlyaRasanya tak percaya mendengar yang Papa bilang. Dia ibuku? Apa maksudnya? “Dia ibumu, Ibu kandungmu. Orang ini yang sudah melahirkan kamu ke dunia ini.” Papa seakan-akan menjelaskan arti kata-katanya tadii. Seketika tubuhku menjadi lunglai. Lemas. Ya, tulang-tulang di tubuhku terasa dilolosi semuanya. Aku mau tak percaya, kulihat wanita itu, yang menangis sambil melihatku. Aku melihat sekeliling, wajah-wajah yang tadi tampak haus akan berita panas juga tampak terkejut. “Alya.” Wanita itu menangkap tubuhku yang limbung ke belakang. Dunia ini terasa berputar, aku benar-benar tak sanggup mengangkat bobot tubuhku sendiri. Hingga akhirnya, semua menjadi gelap. ~~~~~~~Perlahan aku membuka mataku, namun sebelum mataku sempat terbuka sempurna, telingaku menangkap suara Mama. “Kenapa kamu harus kasih tau Alya?” tanya Mama. Mama pasti sedang menahan marah, kalau sudah mengatakan aku dan kamu pada Papa. “Papa terpaksa. Dia terus menuduh Laras sebagai perempuan yang tak benar.” P

  • Wanita Lain di Hati Papa   7

    POV LARAS“Kamu jangan keras kepala!” Pak Bastian tampak sangat geram melihat Alya. Pak Bastian terus menarik tangan Alya agar keluar dari rumahku. Tetapi, Alya ternyata memang sangat keras kepala. Dia memegangi kusen pintu rumahku. Ya Allah, kenapa harus ada keributan lagi? Apalagi ini masih pagi. Untung saja anak laki-lakiku sudah berangkat kerja. Kalau tidak, aku tak bisa membayangkan, seperti apa kacaunya hari ini. “Ayo pulang! Kita bicara di rumah!” Pak Bastian terus memaksa Alya. Alya juga semakin kuat memegang kusen pintu.“Alya nggak mau pulang, sebelum Papa cerita. Semalam Alya sudah lihat Mama sama Papa bicara sama dia!” Alya menudingku dan tatapannya sangat tajam. Dia seperti anak kecil yang dipaksa pulang dari bermain. “Tapi, kenapa Papa datang lagi ke sini? Pasti Papa masih main-main sama dia kan?” Alya terus nyerocos yang memancing perhatian tetanggaku. Sungguh, sebenarnya aku sangat malu. Apalago aku warga baru. Akan tetapi, aku juga tak tahu bagaimana cara mengatas

  • Wanita Lain di Hati Papa   6

    Aku sengaja ingin berangkat lebih pagi ke kantor. Semalam, aku sudah pulang cepat. Walaupun perusahaan itu milik orang tuaku, aku harus profesional. Saat keluar dari kamar, aku tak melihat kedua orang tuaku. “Papa sama Mama mana, Bi?” tanyaku sama Bi Nani. “Dari tadi belum keluar dari kamar, Non,” jawab Bi Nani. Dahiku mengernyit. Segera aku jalan ke kamar Mama Papa. Masih lagi akan mengetuk pintu, pintu kamarnya terbuka. Mama yang keluar, dengan wajah sembab dan mata yang bengkak. Mama sepertinya terlalu banyak menangis. “Mama nggak papa?” tanyaku. Mama hanya menggeleng, tanpa senyum. Dia jalan melewatiku, dan langsung ke dapur. Aku hanya bisa melihat Mama dengan tatapan nanar. Entah kenapa, hatiku sakit melihat Mama seperti ini. Ingin rasanya bilang sama Mama, kalau sakit, katakan aja, Ma. Jangan diam saja. Seperti ada luka lama yang kembali robek, dan pasti rasanya sangat menyakitkan. Rasa sakit Mama ini, membuatku jadi semakin ingin tau, siapa Laras itu. Kenapa dia bisa mem

  • Wanita Lain di Hati Papa   5

    POV AlyaSampai di rumah, aku langsung mencari keberadaan Mama. “Mama mana, Bi?” tanyaku pada Bi Nani. Asisten rumah tangga kami.“Ada di halaman belakang, Non,” jawabnya. Aku segera jalan ke belakang. Masih lagi di depan pintu, aku melihat Mama yang duduk melamun di gazebo yang ada di halaman belakang. Segera kuayunkan langkah mendekati Mama. “Ma.” Aku menyapanya pelan, agar Mama tidak terkejut. Mama hanya tersenyum, terlihat hambar. “Mama nggak papa, kan?” tanyaku untuk mengawali perbincangan kami. “Nggak. Kamu kenapa cepat pulang. Ini hari pertama kamu kerja di kantor, jangan sesuka hati mentang-mentanh itu kantor Papa,” ucap Mama menasehatiku. Ah, sepertinya Mama sedang ingin menggiring pembicaraan kami ke arah yang lain. “Tadi Alya lihat Mama sama Papa di rumah perempuan itu,” kataku. Mama melihatku. “Perempuan mana maksud kamu?” “Laras.”Mama menghela nafas, lalu memandang ke arah yang berbeda. Tak ada yang bisa dilihat lebih jauh di halaman belakang rumah kami ini, sel

  • Wanita Lain di Hati Papa   4

    Aku menggigit bibir, mencoba menenangkan diriku sendiri. Ada terlalu banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Siapa sebenarnya perempuan itu? Apa yang Papa lakukan di masa lalu? Dan siapa "dia" yang dimaksud perempuan itu?Jantungku berdegup kencang saat aku mendengar suara kursi bergeser. Sepertinya pertemuan mereka akan segera berakhir. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Belum lagi aku mengambil keputusan, pintu depan terbuka.Refleks, aku mundur ke samping, bersembunyi di balik tembok teras. Dari celah kecil, aku melihat Papa keluar lebih dulu, diikuti Mama yang wajahnya tegang. Perempuan bernama Laras itu berdiri di ambang pintu, melihat ke arah Mama dan Papa dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan. "Maafkan saya, Bu. Saya tidak pernah berniat kembali ke dalam kehidupan kalian," katanya pelan. “Susah payah saya mengubur masa lalu itu. Butuh waktu bertahun-tahun, tak mungkin saya menggalinya lagi.”Mama menatapnya tajam, lalu mengalihkan pandangan ke Papa. "Saya pegang

  • Wanita Lain di Hati Papa   3

    POV ALYA“Nanti Papa cerita. Papa ada rapat jam sepuluh nanti,” kata Papa langsung bangkit. Sekarang, aku yang bengong. Papa kok bisa sesantai itu? Kayak nggak ada kejadian apa-apa. Kok aku jadi semakin curiga sama Papa. Mama juga kelihatan tidak terlalu menaruh curiga sama Papa. Mama terlihat biasa aja.“Kamu ngapain duduk aja?” tanya Mama karena aku masih terpaku di tempatku duduk. Akhirnya, aku bangkit juga. Setelah mencium Mama, aku berpamitan. Masih kesal dengan Papa, aku memilih naik mobilku sendiri. ~~~~~~~“Mbak Dona, Papa mana?” tanyaku pada sekretaris Papa. Aku mengenal hampir semua karyawan Papa yang lama, sebab dari kecil sudah sering datang ke kantor Papa. Sekarang jam makan siang, Papa pasti sudah selesai meeting. Aku mau makan siang sama Papa, karena kami sepertinya harus bicara secara dewasa. “Tapi Bapak selesai meeting, keluar. Nggak ada bilang mau kemana, malah meeting sore nanti disuruh batalkan,” jawab Mbak Dona. Dahiku mengernyit. Kenapa Papa nggak bilang ya

  • Wanita Lain di Hati Papa   2

    POV ALYAPapa menarik tanganku dengan kasar sampai ke mobil, terpaksa aku ikut karena Papa menarikku sangat kuat. Sempat aku melihat Audi yang kebingungan, lalu gegas menuju motornya.Papa membuka pintu, dan mendorongku dengan kasar masuk ke dalam mobil. “Diam di dalam!” bentak Papa. Sebenarnya aku masih marah. Saking marahnya, dadaku rasa bergemuruh. Mungkin lebih baik aku ikut Papa pulang sekarang. Aku tandai wajah wanita itu, awas aja kalau dia berani lagi ganggu Papa. Aku nggak akan tinggal diam. Aku pasti akan buat perhitungan sama dia. Sebelum masuk ke mobil, aku masih sempat melihat Papa melihat wanita itu. Wanita itu mengusap pipinya yang basah, tetapi tatapannya fokus padaku. Aku tahu, meski kaca jendela mobil memakai kaca film. Dia malah abai dengan tatapan Papa. “Maafkan Alya,” kata Papa padanya, perempuan itu balik badan, dan langsung jalan masuk ke rumahnya, mengabaikan tatapan sinis para tetangga.Audi memberi kode padaku, kalau dia jalan lebih dulu. Papa masuk dan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status