Share

18

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-05 09:27:21

“Waktu itu, Ibu terpaksa menerima penawaran dari Bu Ratna. Tapi–” Tatapan Ratna menerawang.

“Tapi apa, Bu?” tanya Alya yang tak sabar.

Laras menghela nafas dalam. “Bu Ratna mengubah kesepakatan itu.”

Wanita paruh baya itu mengusap air matanya dengan telapak tangan, sebelum lanjut menceritakan.

“Bu Ratna memaksa Ibu membuat surat perjanjian … kalau Ibu hamil dan melahirkan, maka anak yang Ibu lahirkan, akan diasuh olehnya, dan Ibu harus berpisah pada Pak Bastian.”

Alya terperanjat mendengar penjelasan yang sangat mengejutkan itu. Gadis itu tak percaya, kalau mamanya akan tega melakukan hal seperti itu.

“Ibu pasti bohong kan?” tanyanya tak percaya.

Laras menghela nafas lalu menggeleng. “Ibu tau, kamu tak akan mudah percaya. Bu Ratna itu orang yang baik, tapi urusan hati, tetap saja, tak ada wanita yang mau berbagi. Ibu rasa, kamu akan mengerti tanpa harus Ibu jelaskan lagi.”

Alya terdiam, lidahnya kelu, tak tahu harus memberikan komentar seperti apa lagi. Tak ada yang bisa disala
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita Lain di Hati Papa   19

    Beberapa bulan berlalu, semuanya kembali seperti biasa di keluarga Bastian. Hanya yang berbeda, hubungan Laras dan Alya semakin akrab layaknya Ibu dan anak. Alya tetap tinggal bersama keluarga Bastian. Tak ada yang berubah. Awalnya memang sulit bagi Alya untuk bersikap biasa saja, namun Laras terus menasehati kalau ini adalah bagian dari takdir yang harus dijalani. Ratna bukan orang yang jahat, dia hanya berusaha untuk mempertahankan rumah tangganya. Toh tak ada yang harus dipermasalahkan. Tak ada yang berubah dalam hidupnya, meski akhirnya dirinya tahu, kalau bukan Ratna yang melahirkan dirinya ke dunia ini. Bahkan, hidupnya terasa lebih sempurna, karena dia memiliki Mama dan Bunda yang hebat. “Macet banget sih,” omel Alya. Gadis itu terjebak macet ketika pulang dari bekerja. Berulangkali dia melihat lampu merah yang dirasa sangat lama berubah menjadi hijau. Suara klakson pun semakin memekakkan telinga. Alya mengetuk-ngetukkan jari ke setir mobil sambil menghela napas panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Wanita Lain di Hati Papa   20

    Reza menunjukkan bagian yang bermasalah pada Alya, Alya hanya melihat saja, sebenarnya dia juga sama sekali tidak mengerti tentang mesin. Alya menghela napas. “Oke, ya udah ganti aja. Berapa?”Reza menyebut angka yang cukup masuk akal. “Tapi karena saya mantan calon gebetan kamu, saya kasih diskon 10 persen.”‘Cowok ini pedenya terlalu over’ batinnya. Alya menahan senyum. “Kalau aku nggak mau jadi mantan calon gebetan kamu, diskonnya jadi berapa?”Reza berpura-pura mikir. “Wah ... kalau gitu, saya tambahin jadi 20 persen, artinya si Mbak nggak mau hanya sekedar jadi mantan calon gebetan, tapi jadi gebetan.” Mata Alya membulat besar. “Kata siapa? Pede amat!” “Kata saya, barusan,” jawab Reza dengan santainya. “Udah ah, becanda mulu. Berapa jadinya? Lagian, mana ada calon gebetan dimintai bayaran,” tanya Alya sekalian membalas candaan Reza. “Saya nggak bercanda, memang lagi cari calon istri,” balas Reza sembari bekerja. Pipi Alya bersemu merah mendengar perkataan yang entah serius

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Wanita Lain di Hati Papa   21

    Alya terdiam sejenak. Matanya kembali melirik ke arah Reza yang kini tengah membereskan peralatannya. Bos? batinnya. Dia kira Reza hanya seorang teknisi biasa, ternyata dia pemilik bengkel ini?“Dia ... bosnya?” ulang Alya dengan suara agak pelan, seakan memastikan dirinya tidak salah dengar. “Iya, Mbak. Bos Reza. Tapi dia tuh suka turun langsung kalau lagi senggang, katanya biar nggak lupa cara kerja. Mbak beruntung, udah mobilnya langsung bos yang ngerjain, dapat diskon lagi,” jawab si kasir sambil tersenyum. Alya mengangguk pelan, sambil tersenyum datar. Gila, aku sempat ngatain dia terlalu percaya diri … ternyata emang ada modalnya, batinnya. Reza tiba-tiba muncul di belakang Alya. “Udah dibayar?”Alya yang masih melamun kaget. Perasaan dia tadi sedang memperhatikan Reza, tau-tau pemuda itu sudah berdiri di belakangnya, “Eh, iya … udah. Ternyata kamu bos ya?”Reza tersenyum, tangannya masih menggenggam lap kotor. “Emangnya kenapa? Bos nggak boleh turun tangan?”“Boleh sih,” jaw

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Wanita Lain di Hati Papa   22

    Alya berhenti. Punggungnya menegang. Reza menghampiri, membuat wanita cantik yang bersamanya menatap penuh emosi.“Kamu sendiri?” tanya Reza. “Iya,” jawab Alya, seraya melirik gadis yang bersama Reza. Wajahnha tampak cemberut. “Maaf, aku ada urusan.”Alya cepat jalan meninggalkan pasangan yang sedang berkonflik itu. Dia tak mau terlibat dalam urusan yang tidak diketahuinya, apalagi dia dan Reza juga tak ada hubungan apa-apa. Meski, ada rasa kecewa, mengetahui Reza ternyata memiliki pacar. “Za!” panggil gadis cantik bernama Naura itu. Tanpa bicara apa-apa lagi, Alya langsung pergi meninggalkan mereka dengan langkah lebar. Telinganya sempat menangkap perkataan tegas Reza pada gadis itu.“Naura, kita selesai! Aku nggak bisa menjalani hubungan sama wanita yang sudah berani berkhianat di belakangku, apalagi sama temanku sendiri!”“Udah kubilang, aku sama Axel cuma jalan aja. Nggak ngapa-ngapain!” Naura membela diri. “Terserah!” Reza pergi meninggalkan Naura. Dia setengah berlari mengej

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Wanita Lain di Hati Papa   23

    “Dia selalu pulang malam. Paling cepat, jam delapan. Itu pun jarang,” jawab Laras. “Jadi penasaran. Apa dia nggak pengen ketemu Alya? Ibu cerita, kan, soal Alya?”“Maaf, Nak. Ibu tidak bisa menceritakan sama dia, kalau dia punya Adik. Ibu hanya bilang, kalau anak dari mantan majikan Ibu sering datang dan ingin berkenalan sama dia.”Alya mengangguk pelan, mencoba memahami. Tapi tetap saja ada sedikit rasa kecewa yang mengendap di sudut hatinya. Ia menyeruput tehnya lagi, kali ini sambil menatap jauh ke arah jalan yang mulai gelap.Terlahir dari sebuah hubungan yang dirahasiakan, tak membuatnya berharap terlalu banyak. Meski awal dirinya bisa menerima kenyataan, ada rasa bahagia karena mengetahui dia ternyata memiliki seorang Kakak laki-laki yang terlahir dari rahim wanita yang sama. Namun, namanya hati, tetap saja ingin sesuatu yang lebih. Ingin diakui. Ingin disapa. Ingin dipeluk dan dipanggil “Adik” meski hanya sekali saja.“Namanya siapa, Bu?” tanya Alya pelan, matanya masih menata

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Wanita Lain di Hati Papa   24

    “Aku pulang ya, udah malam,” kata Alya setelah melihat jam kecil di atas meja kecil samping ranjang Audi. “Aku antar ya,” tawar Audi.“Nggak usah. Sudah jam sebelas lewat, kalau kamu antar aku, entar kamu sendiri pulangnya. Masak aku disuruh nemani lagi,” tolak Alya, seraya bangkit dan menyangkutkan tasnya ke bahu. “Lagian kan, nggak jauh.“Ya udah, hati-hati ya. Di ujung simpang tiga, gelap.”Kedua gadis itu jalan keluar rumah. “Salam sama Om juga Tante.” “Oke.”Alya masuk ke mobilnya, Audi melambaikan tangan pada sahabatnya itu.Mobil Alya melaju perlahan menyusuri jalanan yang mulai sepi. Lampu-lampu jalan tak banyak membantu mengusir kegelapan malam. Saat mobilnya hampir sampai di simpang tiga yang disebut Audi tadi, tiba-tiba dari balik semak-semak, seseorang melompat ke tengah jalan.Alya kaget, spontan menginjak rem kuat-kuat. Mobilnya berhenti mendadak, dan tubuh pria yang berpura-pura tertabrak itu terpelanting pelan ke aspal.“Ya Tuhan!” seru Alya, panik. Ia buru-buru kel

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Wanita Lain di Hati Papa   25

    Ratna mempercepat langkahnya ke arah rerumputan di tepi jalan, tepat di dekat simpang tiga. Di bawah cahaya remang lampu jalan, terlihat sesuatu yang mengilap.“Pa … ini gelang Alya!” seru Ratna sambil berjongkok, tangannya meraih benda tersebut. Sebuah gelang tangan berwarna perak dengan liontin kecil berbentuk hati. Ratna menggenggamnya erat, tubuhnya mulai gemetar. Matanya menatap sekitar, mencari-cari petunjuk lain.Bastian ikut berjongkok. Ia mengamati lebih saksama ke segala arah. Audi dan papanya juga ikut mencari petunjuk. “Pa.” Audi memanggil papanya dan menunjuk jejak ban yang terlihat di tepi jalan yang tidak beraspal. Papa Audi menyorotkan senter ponsel ke arah yang ditunjuk. Bekas roda terlihat cukup jelas. Bastian mendekat, mengamati bentuk tapak ban itu. “Ini bukan ban mobil pribadi. Lebarnya seperti … van atau truk kecil,” ucapnya lirih.“Pa, apa mungkin Audi diculik?” tanya Ratna dengan wajah khawatir. “Jangan dulu berpikir yang buruk, Ma,” potong Bastian, meski d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Wanita Lain di Hati Papa   26

    Mobil Bastian berhenti tepat di depan kantor polisi sektor kota. Jam di dashboard menunjukkan pukul 00:31 wib. Udara malam yang dingin, justru membuat Bastian dan Ratna berkeringat, akibat cemas memikirkan anak gadis mereka. Mereka turun tergesa, langsung menuju ke ruang piket. Di dalam, hanya ada dua petugas yang berjaga. Seorang duduk di balik meja dengan wajah lelah, sementara satu lagi tertidur di kursi panjang dengan topi menutupi wajahnya.Bastian mengetuk meja dengan cukup keras. “Permisi, Pak. Saya mau melapor, anak saya hilang!”Petugas yang duduk itu menoleh malas, matanya setengah terpejam. “Hilang? Jam segini?”“Iya, Pak. Tadi dia ke rumah temannya, tapi sampai sekarang dia belum pulang, padahal menurut temannya, dia pulang jam sebelas tadi.” Bastian memberi keterangan. “Barangkali dia menginap di rumah temannya,” kata polisi itu. “Tidak, Pak. Temannya ada di depan, bersama kami,” tangkis Bastian. “Berapa usianya?” “Dua puluh tiga tahun, Pak.”Polisi itu menghela nafa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14

Bab terbaru

  • Wanita Lain di Hati Papa   42

    Reza mengangkat bungkusan di tangannya. “Aku bawa kue dari toko favorit kamu. Katanya kamu suka banget cheese tart.”Alya menyipitkan mata. “Kamu tau dari mana aku suka itu?”“Aku suka sama kamu, tentunya aku mencari tahu segala hal tentang kamu, termasuk makanan kesukaan,” balas Reza dengan senyumnya yang menawan. “Kelihatan kamu cowok suka ngegombal.” “Ya terserahlah kamu bilang apa. Ini kuenya, wajib diterima. Nanti mubadzir.” Reza memaksa memberikan kotak kue itu ke tangan Alya. Gadis itu terpaksa menerimanya. “Makasih,” ucapnya singkat. “Mama Papa kamu, ada?” tanya Reza. “Mau ngapain nyari Mama Papa aku?” tanya Alya dengan dahi mengernyit. “Ya mau pendekatan lah, sama calon mertua,” ujar Reza santai, tangannya dimasukkan ke saku celana sambil menyunggingkan senyum percaya diri.Alya menyipitkan mata, menatap lelaki di hadapannya dengan ekspresi menyelidik. “Kayaknya, kamu selalu begini ya, sama customer kamu. Makanya, bengkel kamu rame.”Reza tertawa kecil, terlihat sangat

  • Wanita Lain di Hati Papa   41

    Yolanda, Mama dari Naura jalan mendekati Alya. Dia melihat Reza sekilas. Reza agak membungkuk, pertanda hormat karena memang sudah mengenal Yolanda. “Kamu yang bernama Alya?” tanya Yolanda. Caranya bertanya, menyiratkan kesombongan. “Iya, Bu,” jawab Alya dengan sopan. “Saya Mama Naura,” balas Yolanda. “Saya harap, kamu bisa berdamai dengan kasus ini. Saya akan kasih berapa aja yang kamu mau, asal kasus ini jangan sampai ke pengadilan.” Alya melihat wanita itu. Mungkin, kalau cara wanita itu bicara sedikit sopan, dia akan mempertimbangkan permintaan tersebut. Tetapi wanita di hadapannya ini, tampak sangat angkuh. Merasa kalau semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Dia tak tahu, kalau perempuan muda dihadapannya, bukan orang yang kekurangan. “Maaf, Bu. Ikuti saja alurnya. Yang anak Ibu lakukan itu sangat mengerikan. Seandainya saya waktu itu tidak bertemu dengan polisi, bisa jadi, saya tak akan lagi bisa bertemu dengan orang tua saya,” kata Alya tanpa takut. Wajah Yolanda memerah

  • Wanita Lain di Hati Papa   40

    Bastian meletakkan cangkir kopinya, lalu bangkit. “Papa mau ke kantor. Mama sebentar lagi mungkin pulang. Mama mau buat syukuran untuk kamu. Katanya cuma mengundang anak yatim sekitar lingkungan kita,” kata Bastian. Setelah mencium pucuk kepala Alya, Bastian langsung beranjak ke kamarnya. Alya cuma terdiam. Sikap Bastian, merupakan sebuah jawaban menurutnya. “Huft, ternyata rasa cinta itu sulit hilang ya, biarpun sudah lama,” gumamnya. ~~~~~~~Setelah menyelidiki dan bekerja tanpa pantang menyerah, dalam waktu sehari saja, akhirnya Naura berhasil diamankan oleh polisi. Ternyata Naura bersembunyi tak jauh dari rumahnya. Di sebuah rumah kos-kos an. Setelah Naura tertangkap, Alya sebagai korban dipanggil untuk mengenali, dan Reza dipanggil untuk memberi kesaksian, karena menurut Alya, tindakan Naura dipicu rasa cemburu. Setelah bertemu Naura, Alya membenarkan kalau Naura lah dalang penculikan dirinya. Reza sendiri sangat terkejut, melihat tindakan nekat Naura. “Saya dan Alya tak

  • Wanita Lain di Hati Papa   39

    Pintu mobil terbuka. Seorang pria paruh baya turun lebih dulu, mengenakan batik lengan panjang dan celana bahan. Tak lama, seorang wanita dengan penampilan elegan menyusul turun dari pintu sebelah. Dari raut wajah mereka yang kebingungan melihat keberadaan polisi.Arif yang melihat mereka segera menghampiri. “Tuan … Nyonya.”“Ada apa ini?” tanya lelaki bersuara bariton itu.Bripda Rudi yang menyadari kalau orang yang datang adalah pemilik rumah, segera menghampiri.“Selamat malam, saya Bripda Rudi,” katanya memperkenalkan sembari mengulurkan tangan. Laki-laki itu tak langsung menyambut uluran tangannya, tetapi akhirnya menjabat tangan Bripda Rudi juga. Bripda Rudi langsung memberikan surat tugasnya pada laki-laki itu. “Maaf, kalau kami melakukan penggeledahan di rumah Bapak, karena saat ini, saudari. Naura Shaquilla, sedang dicari polisi,” jelas Bripda Rudi. Laki-laki itu menunjukkan ekspresi terkejut, begitu juga wanita itu. Laki-laki itu segera melihat surat tugas tersebut. “Ngg

  • Wanita Lain di Hati Papa   38

    “Iya. Nona kamu sedang pergi kan? Bapak pasti tau dia pergi kemana. Kami harap, Bapak bisa bekerjasama, atau akan dianggap ikut mengelabui petugas,” tegas Bripda Rudi. Arif tampak bingung. Dia sesekali melihat ke dalam rumah majikannya. Majikannya bisa marah kalau sampai tahu dia membiarkan polisi menggeledah rumah. Sementara untuk menghentikan polisi dirinya juga tak memiliki keberanian.“Setahu saya, Non Naura nggak pergi kemana-mana,” katanya. “Bapak yakin?” “Ya waktu saya belum ke pasar, Non Naura masih di rumah. Saya juga nggak tau, apa No Naura pergi waktu saya ke pasar ya?” Arif malah seperti balik bertanya seperti orang yang linglung. Bripda Rudi memperhatikan wajah Arif. Mencoba membaca ekspresi wajah Arif, apakah dia berbohong atau tidak. “Bagaimana dengan orang tua Naura? Dimana mereka tinggal?” Bripda Rudi terus menggali informasi. “Tuan dan Nyonya, lagi ke Bandung. Ada acara keluarga. Katanya hari ini pulang, mungkin ini lagi di jalan,” jawab Arif.“Mereka bukannya

  • Wanita Lain di Hati Papa   37

    “Atau … kamu anak angkat?” Audi kembali menebak, tetapi Alya tetap menggeleng sebagai jawaban. “Aku udah males nebak. To the point aja napa sih, Al?” Audi mulai merengek dihadapan Alya. Alya menghembus poninya sendiri. Dia masih saja ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Audi. Sementara Audi terus menatapnya dengan tatapan yang memohon. Gadis itu akhirnya menunduk, seperti menyerah pada kegigihan sahabatnya itu. Ia menatap mata Audi, mencari secercah keyakinan bahwa Audi benar-benar bisa dipercaya.“Mamaku yang meminta Bu Laras untuk jadi istri kedua Papa,” kata Alya pelan. Mata Audi seketika membola. Ingin tak percaya, tetapi tak mungkin Alya berbohong. Apalagi untuk hal yang begitu penting dan rahasia. “Jadi, Bu Laras istri kedua Om Bas?” tanya Audi untuk memastikan kalau Alya tidak salah bicara. “Ya. Tapi sayangnya, setelah aku lahir, Ibu harus meninggalkan aku untuk dijadikan anak Mama.” “Al … serius?” tanya Audi tak percaya. Alya mengangguk pelan. “Kok Tante Ratna ja

  • Wanita Lain di Hati Papa   36

    Di kantor polisi, suasana makin tegang. Bripda Rudi berdiri di belakang kursi seorang petugas IT, matanya menatap layar komputer penuh dengan data yang tak kunjung memberikan titik terang.“Gimana, Ris?” tanya Bripda Rudi tak sabar pada rekannya. Petugas IT itu menggeleng pelan. “Gak ada data yang cocok, Rud. Tak ada perusahaan di daerah Dago, bernama Adiprana Land. Sementara nama Dimas Adiprana sendiri, tak ada di daftar nama pengusaha di Bandung, maupun Medan.”Bripda Rudi langsung menghubungi Inspektur Damar yang sedang di ruang penyelidikan.“Ndan, laporan terbaru. Sepertinya, security itu membohongi kita. Semua data yang dia kasih palsu.”Inspektur Damar menghentikan langkahnya di depan ruang briefing. Ia menggenggam ponselnya lebih erat, rahangnya mengeras mendengar laporan dari Bripda Rudi. Kesal, karena merasa dibodohi oleh seorang security biasa.“Palsu semua?” tanyanya untuk memastikan. Suaranya pelan, tetapi terdengar menahan marah. “Termasuk perusahaan dan nama orang tuan

  • Wanita Lain di Hati Papa   35

    Inspektur Damar akhirnya sampai juga di rumah Naura. Kali ini, komandan polisi itu membawa beberapa personil, untuk berjaga-jaga. Sebagai anggota kepolisian, Inspektur Damar cukup paham, kalau orang seperti Naura akan melakukan segala cara untuk terlepas dari jeratan hukum. Melihat ada mobil polisi berhenti di depan gerbang rumah, seorang security segera membuka gerbang. Inspektur Damar keluar dari mobil. “Selamat sore,” kata Inspektur Damar seraya mengulurkan tangan. Security itu segera menjabat tangan Inspektur Damar. “Sore, Pak. Cari siapa ya?” tanya security terdengar agak takut. “Benar ini kediaman saudara Naura Shaquila?” Pertanyaan Inspektur Damar membuat dahi sang security mengernyit. “Benar. Tapi Nona Naura sudah pergi,” kata si security.Inspektur Damar mempersempit tatapannya. “Pergi ke mana?” tanyanya cepat.Security itu terlihat gugup. “Saya kurang tahu, Pak. Tadi pagi beliau buru-buru keluar pakai mobil, bawa koper. Katanya mau ke Bandung, menemui Tuan dan Nyonya.”

  • Wanita Lain di Hati Papa   34

    “Om!” Baru lagi Bastian akan jalan mendekati Laras, terdengar Audi memanggil. Bastian segera menolah dan berbalik melihat Audi. “Iya, Audi. Ada apa?”“Alya bilang, dia minta dibuka infusnya. Tangannya pegel katanya,” balas Audi. “Oh, ya udah. Biar Om bilang sama perawat,” kata Bastian dan berbalik dari hadapan Audi. Audi yang penasaran dengan yang Bastian lihat, melihat ke arah tempat tadi Bastian lihat. Dahinya mengernyit melihat Laras yang duduk sendirian di bangku taman dengan tatapan jauh ke depan, seperti sedang melamun. Bastian bersama perawat masuk lagi ke kamar Alya. Perawat segera membuka infus Alya. Tak lama Audi juga masuk ke ruangan itu. “Makasih, Sus,” kata Alya pada sang perawat. “Sama-sama,” balas perawat tersebut, lantas permisi keluar. “Pa, jam berapa kita pulang?” tanya Alya. “Sebentar lagi,” jawab Bastian. “Ibu mana ya? Kok sholat lama banget?” tanya Alya. Bastian tidak menjawab. Audi ingin menjawab, tetapi khawatir Bastian curiga kalau dia mengintip. “Hap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status