Beranda / Romansa / Wanita Kelas Atas Milik sang CEO / Bab 9. No Matter What I Do

Share

Bab 9. No Matter What I Do

Penulis: Geesandrj
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu tegang sekali.” Adrian benar-benar tidak bisa mengelak.

“Kamu tegang sekali, Ian. Mau kubantu?” Wajah Ayunda yang menggoda terus-menerus melesak di antara celah kedua tungkai kakinya. Adrian mereguk air liurnya. Ia menahan napas seketika wanita itu kembali tersenyum dan bicara, “Kubantu sini ..., kamu tegang sekali.”

Seketika gigi taring Ayunda terlihat. Tawa wanita itu lantas terdengar keras lalu—HAP.

“ARRGHHHH!”

Adrian bangkit berteriak keras, membuka matanya. Napasnya tersengal-sengal. Sementara itu, seseorang masuk begitu saja dalam kamarnya.

“Ada apa, Ian?! Kenapa?!” Adrian melihat teman lelakinya yang berambut biru pirus dengan setelan pakaian tidur yang tak kalah mentereng berdiri di depan tempat tidurnya dengan wajah cemas.

Kenapa pakaian pria itu selalu membuatnya sakit mata? Boy memang selalu tampil nyentrik!

Adrian lantas tersadar dan bernapas lega. Sial. Tadi itu cuma mimpi ternyata.

“Heh, lo kenapa?!” Boy kembali bersuara. Adrian bersandar di ranjangnya. Ia tertawa terbahak-bahak dan memandang temannya itu dengan tatapan kosong. 

Ian sudah nggak waras, batin Boy.

Pria itu lantas geleng-geleng kepala. “Sejak dua malam ini lo jadi nggak waras gini. Diapain sih sama Miss A?”

“Berengsek. Ini semua gara-gara lo,” seru Adrian.

Boy tidak mengerti. Semalam Adrian menghilang begitu saja usai sesi berakhir dan malah meneleponnya sudah berada di mobil.

“Eh, tapi, omong-omong ... semalam gimana? Sesinya cepet banget. Lo nggak pernah cerita apa-apa setelah keluar dari sana. Lo benar-benar serius nggak, sih, Ian?”

Pikiran Adrian lantas kembali fokus. “Semalam gue ....”

Ia mengingat kejadian semalam. Setelah ia keluar dari pintu terkutuk itu, ditinggalkan Miss A, wajahnya malah memucat dan lututnya lemas bukan main hingga memilih mendekam di salah satu bilik toilet.

Adrian berdecak. Apa dia sudah keterlaluan?

“Woy, Ian. Kenapa?” Boy berkacak pinggang. “Lo nggak menyia-nyiakan kesempatan semalam, kan? Ngaku lo!” Pria itu menunjuk dan mengancamnya. “Lo ... benar-benar tidur dengan Miss A?!”

“Belum.” Adrian menjawabnya begitu singkat.

“Apa maksudnya belum? Lo kalah?” Boy terkekeh pelan. “Nggak heran. Berarti apa yang dikatakan orang-orang soal Miss A itu benar.”

Boy melihat Adrian diam saja.

“Sabar, Ian. Kita masih punya cara lain untuk dekat dengan Miss A. Lo bisa kunjungi dia lagi dan mulai fokus buat bicara soal project kita. Fokus, Ian. Miss A itu memang nggak bisa ditaklukkan buat hal-hal kayak gitu.”

Adrian menatap Boy yang tampak mengejek buatnya.

“Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?” Adrian terus diam sambil menatap tajam Boy. “Hei, jangan bilang—lo berhasil?!”

Adrian tidak ingin bangkit sekarang. Bisa-bisa Boy menertawakan dirinya, tapi sumpah—Boy bikin keki pagi ini.

“Yang jelas gue udah bicara dengannya,” tekan Adrian.

Boy sontak mendelik tajam.

“Lo benar-benar tertarik dengan Miss A?”

Senyum Adrian tak bisa dibaca dengan jelas, tapi yang jelas ia tersenyum mendengar kata ‘tertarik’. Sejak dulu memang ia tertarik pada wanita itu. Ayunda Betari.

Bukan hanya tertarik, dia ingin Ayunda Betari! Miss A! Atau siapakah sebutannya sekarang.

“Whoaa, itu bagus,” Boy tertawa keras menyadari perubahan raut wajah Adrian, tapi kemudian dia terdiam. Wajahnya terlihat khawatir.

“Tapi ... gimana caranya lo bikin dia mau bekerjasama dengan kita? Lo bilang kenal dia? Apakah itu artinya ... lo bisa membuat dia keluar dari tempat itu?!” Boy mendadak heboh.

Adrian tersenyum miring. “Dia akan lakukan itu.”

Boy geleng-geleng kepala. “Nggak mungkin. Dia itu nomor satu di sana, nggak mungkin dia meninggalkan pekerjaan yang udah membuat dia jadi seperti sekarang.”

“Berisik! Kenapa lo jadi peduli akan hidup orang lain? Bukankah lo mau Ayu—“ Adrian menggigit lidahnya, “Ehm, maksud gue Miss A jadi bagian dari project kita?”

Boy mengangguk-angguk antusias.

“Ya, tapi ... gimana dengan Rose?” Pria itu kembali berpikir.

“Rose? Rose Martha?“ Adrian memicingkan mata, bertanya-tanya. “Apa urusannya dengan wanita ceking itu?“

Boy terlihat kikuk. Dia garuk-garuk kepala dan tersenyum seakan menyembunyikan sesuatu.

“Ada hal yang nggak gue tahu?“ tembak Adrian.

Sahabatnya itu kembali tersenyum takut-takut. “Ehm ... sebenarnya, Tempus Fugit, tempat di mana Miss A berada itu punya Rose. Secara nggak langsung, kita akan berurusan dengan Rose kalau sampai Miss A keluar dari sana dan bekerja dengan kita.“

Adrian memelotot. “Kenapa lo nggak bilang dari awal?“

“Sori, Ian. Tapi ....“

“—Kita nggak akan berurusan dengan Rose,” sergah Ian. “Biar wanita itu aja yang berurusan langsung dengan Rose.”

Tatapan Adrian tidak main-main, membuat Boy bertanya-tanya.

“Gimana caranya?“

Adrian tersenyum. Senyum yang terlihat licik di mata Boy.

Bersambung ....

Bab terkait

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 10. Still I Wait

    Malam ini, Adrian tak datang lagi.Ayunda memastikan itu berkali-kali di ponselnya. Laman itu sudah sekian kali ia refresh, tapi tidak ada daftar klien lain yang masuk. Sementara itu, Venus sudah memanggilnya untuk menemui klien selanjutnya. Sepertinya ini klien terakhir. Sudah lewat tengah malam dan Venus sudah menutup akses.Ayunda merutuki notifikasi yang muncul. “Pria itu lagi! Tidak ada Adrian.”Malam berikutnya pun sama.Dan berikutnya.Berikutnya.Dipikir-pikir, kenapa ia jadi gelisah seperti ini. Adrian sepertinya memang tidak serius dengan tujuannya. Apa lelaki itu memang ingin mengerjainya lagi seperti di masa sekolah dulu? Sampai membuatnya mundur dari jabatan ketua OSIS dan dihujat satu sekolah hingga berakhir membuatnya keluar dari sana.Adrian memang tidak pernah bisa dipercaya.Lagi pula kenapa ia jadi kepikiran tentang poin yang besar selama dua malam lalu berturut-turut memenuhi akunnya? Bukan hanya sekali ini saja kan dia dapat hal seperti itu. Adrian masih menduduk

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 11. The One I'm Thinking Of

    “Kamu datang setiap malam?“ Ayunda bertanya dengan nada marah.“Kamu berharap aku datang?“ goda Adrian.Wanita itu salah tingkah. “Ehm, bukan begitu.“Adrian terkekeh. “Kamu menungguku. Aku tahu itu, kamu selalu gelisah memandang ke arah pintu,“ bisiknya. Senyumnya benar-benar membuat Ayunda ingin kembali menamparnya.“Kamu menungguku, kan?“ Pria itu kembali menggoda Ayunda.Ayunda menarik napas kesal.“Sebenarnya ... aku ingin bicara denganmu, tapi jadwalmu selalu penuh. Aku selalu terlambat datang. Tapi dipikir-pikir bicara denganmu itu melelahkan, selalu saja ada perdebatan. Aku heran kenapa para pria itu betah sekali—““—Kamu yang selalu mengajakku berdebat,” sergah Ayunda dengan mata memelotot. “Dan, maaf sekali, ya. Aku nggak mau bicara denganmu lagi. Sudah jelas kukatakan pada malam lalu, kan? Aku nggak mau menerima tawaranmu.“Adrian menghela napas. Wanita di depannya ini tidak pernah mau mengalah. Ia akui agak kesulitan hanya untuk sekedar bicara baik-baik.Namun, dilihat lag

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 12. Stay The Same

    “Maaf, saya terlambat.” Ayunda menghela napas terengah-engah seketika membuka ruangan yang kini penuh dengan para wanita berpakaian anggun dan menggoda. Di depan mereka semua, Venus berdiri dan menoleh pada Ayunda. Wajahnya yang datar, tatapannya yang tajam tanpa perlu penekanan langsung menusuk Ayunda. “Kamu tahu minggu ini poinmu sangat tinggi dan tentunya tidak pernah bisa dikejar yang lain, tapi jangan lupa—semua staf harus mematuhi peraturan terutama soal kehadiran tanpa ter-kecuali.” Ayunda mengangguk. Ia tahu tentang itu, tapi Venus pun lebih tahu bahwa dirinya tak hanya fokus pada pekerjaan ini. Itulah sebabnya ia selalu datang tidak tepat waktu. “Kamu berkeringat banyak sekali. Mandi dan cepat bersiap-siap.” “Baik, Venus. Aku permisi.” Venus berbalik pada yang lainnya dan menutup briefing. Ayunda masuk ke ruang staf dan segera mengurus dirinya. Ia sebenarnya terlalu lelah untuk semua pekerjaan ini. Namun, keadaan memaksanya sampai sekarang. Apalagi kontraknya dengan

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 13. Break The Rules

    Ayunda merasa dipermainkan. Pertama oleh Adrian. Kedua oleh Venus dan pemikirannya. “Iya, tapi, Miss A, kamu tahu apa maksudku. Aku bicara seperti ini karena kamu adalah nomor satu —” “Dan aku tetap nomor satu di sini tanpa dirinya, kan? Posisiku tetap nomor satu sejak awal sebelum dia tidak datang kemari, kan?” Venus mengangguk sesaat menyadari Miss A benar. “Kalau begitu ... bisa aku pergi dengan tenang kepada klienku yang menunggu?” Venus mempersilakan perempuan itu untuk pergi kepada kliennya tanpa diantar. Miss A mengetuk pintu dan masuk. “Selamat malam, Tuan. Miss A datang!” Ayunda benci sekali saat mengucapkan salam itu dengan suara imut yang dibuat-buatnya. Namun, kliennya begitu menyukainya. Klien kali ini adalah pria yang kemarin kalah dalam tantangan. Dan dia kembali untuk menantang dirinya. Ayunda bersiap untuk mengalahkan pria itu. “Duduk sini, Miss A!” Ayunda tersenyum dan langsung menawarkan minum. “Minum dulu, Tuan.” “Iya, Miss A.” “Minum yang banyak, ya.” Ay

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 14. The Golden Girl

    Semua gara-gara Adrian! Dia sengaja sekali datang setiap hari hanya untuk membuatku terganggu. “Si berengsek itu! Dia pasti sengaja melakukannya!” teriak Ayunda. Wanita itu mencuci wajahnya di toilet usai Venus pergi berjam-jam yang lalu. Sudah hampir di penghujung waktu, tapi dia tidak juga mendapatkan notifikasi klien. Ia membanting pintu toilet dengan kasar dan mengejutkan seseorang di luar. “K-kamu berteriak, Miss A?” Ayunda memandang Putri Salju yang tengah mengambil sesuatu di loker dengan terkejut. Dia pikir tidak ada siapa-siapa di luar. “Ehm, apakah kamu mendengarku?” Putri Salju mengangguk. “Maaf ya.” Ayunda lantas melipir ke kursinya dan duduk di sana sembari mengeluarkan ponsel. “Kamu sepertinya ada masalah, Miss A?” Ternyata wanita itu tidak pergi, melainkan duduk di samping Ayunda. “Klienmu ....” Pandangan Putri Salju pun bertanya-tanya kenapa dia di sini. “Tidak ada klien malam ini,” sahut Ayunda santai. Wanita itu kembali mengangguk. “Tapi ... aneh sekali.

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 15. Don't You Tell Me

    “Kak Yunda, bangunlah. Bukankah kakak ada pekerjaan pagi ini?”Suara gaduh terdengar di dekatnya. Ayunda yang masih setengah sadar dari mimpinya hanya bergumam sambil berusaha membuka mata. Seorang gadis berambut sebahu tengah berdiri memunggunginya di depan meja rias. Tangannya piawai meraih benda-benda yang bergeletakan di sana. Ayunda mengernyit.“Sedang apa kamu, Dinda?”Ia lantas bangkit dan menyadari bahwa adik semata wayangnya itu tengah melakukan apa dengan sebuah kuas kecil di tangannya.“Berani sekali kamu masuk tanpa permisi dan memakai make-up milikku!” Wanita itu gegas merebut kuas kecil yang akan digunakan sang adik untuk membubuhkan hiasan pada kelopak mata.“Sedikit aja, Kak,” rengek Adinda. Gadis pendek itu berusaha meraih apa yang kini berpindah di tangan kakaknya. “Hari ini aku ada kelas untuk seleksi Olimpiade Matemati

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 16. All I Ask

    “Apa ini?” Ayunda bertanya dengan wajah bingung pada salah satu staf Rose yang membawakannya sesuatu. Satu stel pakaian rapi; blus putih, rok dan blazer hitam “Itu jelas-jelas pakaian kantor, Ayunda. Kamu tidak mungkin menemui klienku dengan seragam cleaning servise begitu, kan?” Rose menatap Ayunda dari mejanya dengan tatapan angkuh. “Jangan permalukan aku, cepat ganti pakaianmu.” Ayunda tidak punya pilihan. Dia bekerja pada dua perusahaan langsung pada Rose. Wanita itu menemukannya di antara kesalahan satu, dua dan seterusnya sampai pada akhirnya Ayunda tidak punya pilihan lain selain menurut. Wanita itu masuk diikuti staf sekretaris ke ruang ganti yang ada di dalam kantor Rose. Dia berganti pakaian dan dibantu merias diri. Setelahnya, Ayunda dihadapkan satu map di meja. “Bu Rose ingin kamu mengerjakan ini.” “Ini ...?” “Dokumen para model untuk direkomendasikan kepada pihak Stardust.” “Stardust?” Kening Ayunda kerut merut. “Kamu tidak tahu Stardust? Itu adalah merek fesy

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 17. Reunion

    “Pergilah, Ayunda. Bukankah aku sudah mengatakan tugasmu hari ini?” Suara Rose Martha menjawab Ayunda yang hanya terdiam, sementara Adrian menunggunya di depan pintu.“Bosmu sudah mengizinkanmu. Ayo, pergi,” kata Adrian. Sebelah tangannya terulur pada Ayunda.Wanita itu masih terdiam, kali ini matanya melirik jemari Adrian yang dia sadari begitu panjang dan lentik.“Waktumu begitu banyak, jangan kecewakan aku, Ayunda.” Rose lantas pergi lebih dulu, melewati mereka yang masih berdiri berhadapan.Ayunda sempat melirik wanita itu sebelum akhirnya pasrah akan tugasnya yang harus kembali berhadapan dengan Adrian Laksana.“Kenapa kamu selalu muncul di hadapanku?”“Sudah jelas tujuanku sejak awal. Aku hanya ingin kamu, Ayunda.”Ayunda menarik napas kesal usai mendengar jawaban itu, dia lalu melangkah lebih dulu tanpa menghiraukan uluran tangan Adrian.“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Ayunda saat mereka sudah berada di lift.Adrian tersenyum miring. “Akhirnya kamu penasaran. Akan aku pastik

Bab terbaru

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 21. Everything Now

    “Udah denger kabar, belum? Ketua OSIS kita yang sok perfeksionis itu ternyata nilep duit dari dana amal acara sekolah kemarin.”“Serius??”“Iya.”“Hari ini dia bahkan dipanggil kepala sekolah. Nggak tahu deh gimana, dipecat kali, atau mungkin dilaporin polisi.”“Nggak nyangka, kok bisa, ya? Jahat banget.”“Dia mungkin nggak pernah ngeliat uang sebanyak itu.”“Eh, denger-denger sih, katanya dia sengaja ngambil uang itu untuk biaya berobat ibunya di rumah sakit.”“Hahh??”“Sampai sebegitunya?”“Nggak heran, sih. Dia kelihatan kampungan, kalaupun bukan karena beasiswa dia juga nggak bisa masuk sekolah ini, kan?”***“Ayunda! Semua orang bicara yang nggak-nggak tentang kamu.”“Biar aja.”Manda kebingungan menghibur temannya yang terasa makin menjauh darinya. Dia juga makin bingung yang mana yang benar. Semua bukti dikatakan nyata oleh OSIS. “Apa semua yang mereka katakan benar begitu, Ayunda? Apa benar kamu ….”Ayunda menatap Manda agak lama, lalu tersenyum tipis. “Menurutm

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 20. Something Just Like This

    “Aku sudah memberikannya pada Ayunda.” Egi kembali membela diri usai Surya terus mendesaknya.“Baiklah, baiklah, kita akhiri aja dan cari Ayunda. Masalah ini nggak bisa dibiarkan berlarut-larut,” kata Surya.“Lebih baik lo cari Ayunda dan kalian bicarakan ini secepatnya,” saran Adrian.Surya menoleh pada yang lainnya, meminta persetujuan. Mereka semua mengangguk.“Kita berdiam diri di sini aja juga nggak menghasilkan apa-apa.” Surya pun akhirnya menyetujui Adrian untuk pergi mencari Ayunda. “Oke, tapi lo harus ikut gue cari Ayunda.”“Sialan, gara-gara dia gue nggak bisa istirahat,” keluh Adrian.“Apa boleh buat. Peran lo di sekolah ini lebih dari Ayunda,” sahut Surya.Adrian pun mau tidak mau mengikuti ke mana Surya melangkah. Tujuan mereka pertama adalah kelas Ayunda, tapi gadis itu tidak ada di sana. Sementara itu, dari area gymnasium, tim lawan baru saja keluar diiringi pendukungnya. Adrian yang melihat kerumunan lawan timnya berhenti dengan cepat. Ada sesuatu yang mencuri

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 19. It All Starts with the First Step

    Sepuluh tahun yang lalu. Bunyi dentum bola basket beradu dengan langkah kaki yang menyusul. Sorakan memandu di sana-sini, teriakan makin membahana di gimnasium usai operan bola lawan tertangkap oleh Adrian. Lelaki berambut cepak usai beberapa minggu lalu kena razia rambut, kini memegang kendali bola. Nama lelaki itu lantas menggema usai melakukan shooting dengan tembakan tiga poin. Ayunda memperhatikan lelaki itu—Adrian Laksana yang serius berada di lapangan. Dia tidak ikut-ikutan tertarik seperti yang lainnya; jejeritan tidak jelas dan berisik. Di sisinya, ada Manda, memasang cengiran. “Adrian ganteng juga kalau lagi main basket. Nggak kalah sama pesona kapten lawan. Kenapa nggak dari dulu aku perhatikan, ya, Ayunda? Kita kalah dari semua cewek-cewek di sini.” Ayunda diam saja. Sesaat setelahnya sebuah pesan masuk ke ponselnya, disusul dering panggilan. Gadis berambut lurus itu menyisih sambil menerima telepon. “Kenapa Egi?” serunya, sambil menyumpal satu telinganya agar lebih j

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 18: I’m The One Who Got Rejected

    “Apa menjadi model untukmu ... bisa membebaskan aku?” Pertanyaan wanita itu kadang tidak pernah terduga dan terlalu mengejutkan—to the point.Adrian menatap wanita itu begitu serius, bahkan lebih dari serius.“Reuni denganmu … membuatku bertanya-tanya tentang kebebasan. Sementara aku pernah terbuang sebelumnya.”“Ayunda, kamu benar-benar ingin bebas, bukan?” tanya Adrian.Bebas?Ayunda mendadak terdiam dalam pikirannya. Tak lama ia kemudian mengedikkan bahu.“Entahlah. Aku nggak bisa pergi dari genggaman Rose. Tanpa izinnya pun, aku bahkan nggak bisa bicara seperti ini padamu,” kata wanita itu. “Kontrakku terikat tidak ada batasan. Hidup dan matiku ada di tangannya.”“Memangnya Rose Tuhan?” cibir Adrian. “Dengar ya, Ayunda. Tuhan saja bisa memberikan kesempatan untuk umatnya. Jadi, jangan ragu. Ikuti saja kata hatimu dan jangan pernah percaya pada siapa pun, termasuk aku. Kamu nggak salah merasa curiga setelah kita lama nggak bertemu. Aku nggak keberatan jika kamu tetap mengang

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 17. Reunion

    “Pergilah, Ayunda. Bukankah aku sudah mengatakan tugasmu hari ini?” Suara Rose Martha menjawab Ayunda yang hanya terdiam, sementara Adrian menunggunya di depan pintu.“Bosmu sudah mengizinkanmu. Ayo, pergi,” kata Adrian. Sebelah tangannya terulur pada Ayunda.Wanita itu masih terdiam, kali ini matanya melirik jemari Adrian yang dia sadari begitu panjang dan lentik.“Waktumu begitu banyak, jangan kecewakan aku, Ayunda.” Rose lantas pergi lebih dulu, melewati mereka yang masih berdiri berhadapan.Ayunda sempat melirik wanita itu sebelum akhirnya pasrah akan tugasnya yang harus kembali berhadapan dengan Adrian Laksana.“Kenapa kamu selalu muncul di hadapanku?”“Sudah jelas tujuanku sejak awal. Aku hanya ingin kamu, Ayunda.”Ayunda menarik napas kesal usai mendengar jawaban itu, dia lalu melangkah lebih dulu tanpa menghiraukan uluran tangan Adrian.“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Ayunda saat mereka sudah berada di lift.Adrian tersenyum miring. “Akhirnya kamu penasaran. Akan aku pastik

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 16. All I Ask

    “Apa ini?” Ayunda bertanya dengan wajah bingung pada salah satu staf Rose yang membawakannya sesuatu. Satu stel pakaian rapi; blus putih, rok dan blazer hitam “Itu jelas-jelas pakaian kantor, Ayunda. Kamu tidak mungkin menemui klienku dengan seragam cleaning servise begitu, kan?” Rose menatap Ayunda dari mejanya dengan tatapan angkuh. “Jangan permalukan aku, cepat ganti pakaianmu.” Ayunda tidak punya pilihan. Dia bekerja pada dua perusahaan langsung pada Rose. Wanita itu menemukannya di antara kesalahan satu, dua dan seterusnya sampai pada akhirnya Ayunda tidak punya pilihan lain selain menurut. Wanita itu masuk diikuti staf sekretaris ke ruang ganti yang ada di dalam kantor Rose. Dia berganti pakaian dan dibantu merias diri. Setelahnya, Ayunda dihadapkan satu map di meja. “Bu Rose ingin kamu mengerjakan ini.” “Ini ...?” “Dokumen para model untuk direkomendasikan kepada pihak Stardust.” “Stardust?” Kening Ayunda kerut merut. “Kamu tidak tahu Stardust? Itu adalah merek fesy

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 15. Don't You Tell Me

    “Kak Yunda, bangunlah. Bukankah kakak ada pekerjaan pagi ini?”Suara gaduh terdengar di dekatnya. Ayunda yang masih setengah sadar dari mimpinya hanya bergumam sambil berusaha membuka mata. Seorang gadis berambut sebahu tengah berdiri memunggunginya di depan meja rias. Tangannya piawai meraih benda-benda yang bergeletakan di sana. Ayunda mengernyit.“Sedang apa kamu, Dinda?”Ia lantas bangkit dan menyadari bahwa adik semata wayangnya itu tengah melakukan apa dengan sebuah kuas kecil di tangannya.“Berani sekali kamu masuk tanpa permisi dan memakai make-up milikku!” Wanita itu gegas merebut kuas kecil yang akan digunakan sang adik untuk membubuhkan hiasan pada kelopak mata.“Sedikit aja, Kak,” rengek Adinda. Gadis pendek itu berusaha meraih apa yang kini berpindah di tangan kakaknya. “Hari ini aku ada kelas untuk seleksi Olimpiade Matemati

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 14. The Golden Girl

    Semua gara-gara Adrian! Dia sengaja sekali datang setiap hari hanya untuk membuatku terganggu. “Si berengsek itu! Dia pasti sengaja melakukannya!” teriak Ayunda. Wanita itu mencuci wajahnya di toilet usai Venus pergi berjam-jam yang lalu. Sudah hampir di penghujung waktu, tapi dia tidak juga mendapatkan notifikasi klien. Ia membanting pintu toilet dengan kasar dan mengejutkan seseorang di luar. “K-kamu berteriak, Miss A?” Ayunda memandang Putri Salju yang tengah mengambil sesuatu di loker dengan terkejut. Dia pikir tidak ada siapa-siapa di luar. “Ehm, apakah kamu mendengarku?” Putri Salju mengangguk. “Maaf ya.” Ayunda lantas melipir ke kursinya dan duduk di sana sembari mengeluarkan ponsel. “Kamu sepertinya ada masalah, Miss A?” Ternyata wanita itu tidak pergi, melainkan duduk di samping Ayunda. “Klienmu ....” Pandangan Putri Salju pun bertanya-tanya kenapa dia di sini. “Tidak ada klien malam ini,” sahut Ayunda santai. Wanita itu kembali mengangguk. “Tapi ... aneh sekali.

  • Wanita Kelas Atas Milik sang CEO   Bab 13. Break The Rules

    Ayunda merasa dipermainkan. Pertama oleh Adrian. Kedua oleh Venus dan pemikirannya. “Iya, tapi, Miss A, kamu tahu apa maksudku. Aku bicara seperti ini karena kamu adalah nomor satu —” “Dan aku tetap nomor satu di sini tanpa dirinya, kan? Posisiku tetap nomor satu sejak awal sebelum dia tidak datang kemari, kan?” Venus mengangguk sesaat menyadari Miss A benar. “Kalau begitu ... bisa aku pergi dengan tenang kepada klienku yang menunggu?” Venus mempersilakan perempuan itu untuk pergi kepada kliennya tanpa diantar. Miss A mengetuk pintu dan masuk. “Selamat malam, Tuan. Miss A datang!” Ayunda benci sekali saat mengucapkan salam itu dengan suara imut yang dibuat-buatnya. Namun, kliennya begitu menyukainya. Klien kali ini adalah pria yang kemarin kalah dalam tantangan. Dan dia kembali untuk menantang dirinya. Ayunda bersiap untuk mengalahkan pria itu. “Duduk sini, Miss A!” Ayunda tersenyum dan langsung menawarkan minum. “Minum dulu, Tuan.” “Iya, Miss A.” “Minum yang banyak, ya.” Ay

DMCA.com Protection Status