Pagi itu Abimanyu bangun seperti biasa. Meski moodnya tidak begitu baik imbas pertengkaran dengan ibunya semalam, dia tetap turun dan bergabung untuk sarapan.Tapi saat sampai di ruang makan, dia menjadi sedikit kaget karena bukan hanya Bu Rosmala dan Tabitha saja yang duduk di sana. Galuh--kakak sulungnya– terlihat sedang mengobrol serius dengan sang ibu. Abimanyu mengerutkan dahinya seraya berjalan menghampiri. Akhir-akhir ini Galuh terkesan sangat sibuk. Dia tidak akan datang sepagi ini jika tidak ada keperluan khusus hari ini. Setidaknya itu yang sedang dipikirkan oleh lelaki itu sekarang. "Tumben pagi-pagi udah di sini, Mbak? Ada apa?" tanya Abimanyu."Kamu ini Bi, kakaknya datang kok malah ditumbenin. Aku tuh ke sini buat bawain kalian sarapan. Semalam aku masak kari kesukaan mama. Memangnya kalau mau aku mau ke sini harus ada tujuannya ya?" Abimanyu hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lelaki itu menoleh ke arah sang ibu. Meski Galuh menyangkal, dia sangat yakin
Abimanyu diikuti Tabitha akhirnya membawa Bu Rosmala ke rumah sakit terdekat. Lelaki itu mengemudikan mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Setibanya di rumah sakit, dengan panik Abimanyu turun dan setengah berlari menghampiri petugas yang dengan sigap membawa brankar untuk membawa Bu Rosmala ke ruang pemeriksaan.“Silakan tunggu di sini dulu, biar ibu Anda ditangani dokter di dalam,” kata salah seorang perawat. Abimanyu menghela nafas panjang usai melihat pintu di depannya ditutup oleh si perawat. Lelaki tampan itu kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kursi depan ruang IGD. Matanya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Tiba-tiba ingatannya tak bisa lepas dari aap yang dikatakan oleh kakak sulungnya beberapa saat yang lalu. Mungkinkah ibunya terkena serangan jantung?Mulanya Abimanyu sempat mengira jika Bu Rosmala hanya sedang bersandiwara saja. Tetapi melihat keseriusan para petugas medis menangani ibunya, Abimanyu jadi berpikir jika apa yang dikatakan Galuh mengenai
"Apa?! Mama masuk rumah sakit? Kamu yang bener, Bi! Tadi Mbak di sana Mama baik-baik aja kan? Kamu berantem lagi sama mama ya?" Galuh langsung panik saat Abimanyu menelpon untuk memberitahu."Enggak, Mbak. Aku nggak berantem sama mama. Tadi pas Mbak pulang itu, mama tiba-tiba keluar dari kamar dan pingsan. Aku pikir tadinya itu bagian dari sandiwara kalian aja untuk memaksaku putus dari Kemala. Tapi ternyata mama memang beneran pingsan. Jadi aku bawa ke rumah sakit. Tadi aku sudah telpon Mbak Lintang juga dan dia udah jalan ke sini." "Oke oke, Mbak siap-siap ke sana. Kamu whatsApp aja mama dirawat di mana, Mbak segera meluncur," kata Galuh.Usai menelpon kedua kakaknya, Abimanyu pun langsung masuk kembali ke dalam kamar perawatan. Saat itu tampak Bu Rosmala sedang disuapi oleh Tabitha makan."Kamu dari mana sih, Bi? Tabitha jadi repot ngurusin mama nih," ucap Bu Rosmala seraya memandangi Tabitha dengan tatap bersalah."Aku habis telepon Mbak Galuh sama Mbak Lintang, Ma. Sebentar lag
Galuh yang mendengar hasil pemeriksaan sang ibu mendadak pucat pasi. Ia tidak menyangka jika ternyata Bu Rosmala benar-benar terkena serangan jantung. Padahal apa yang diucapkannya pada adiknya pagi tadi hanya bermaksud untuk menakut-nakuti saja. Wanita itu pun mulai gelisah.Sayangnya, hal itu tak lepas dari pengamatan Lintang. Adik keduanya itu segera menarik tangan sang kakak dan mengajaknya keluar dari ruang ibu mereka.“Kamu kenapa, Mbak?” tanya Lintang dengan tatap curiga. Galuh tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap sang adik dengan penuh rasa bersalah. Melihat hal itu, tentu saja Lintang bertambah kebingungan. “Mbak, jangan diem aja gitu dong. Mbak nggak lagi kesambet, kan? Ada apa sih?” tanyanya lagi. “Mama sakit gara-gara ucapanku, Lin,” lirih Galuh. Lintang makin tidak mengerti dengan ucapan sang kakak. “Apa maksud kamu, Mbak? Coba deh jelasin. Aku nggak ngerti deh.” Usai menghela nafas panjang, Galuh pun mulai bercerita. “Semalam mama memintaku untuk datang ke
Pagi itu Keenan dikejutkan dengan Irene yang sudah berdandan rapi siap pergi. "Kamu mau ke mana pagi-pagi begini, Sayang? Ini kan hari minggu, waktunya kita buat quality time. Kamu emang nggak mau pergi sama aku?" Keenan yang masih berada di balik selimut, memicingkan mata pada sang istri yang sedang merapikan dandanannya di depan meja rias. Lelaki itu tentu saja heran karena biasanya jika hari minggu begini Irene akan bangun sangat siang."Sudah terlanjur ada janji jalan sama Heni, Mas. Sori ya, next time aja kita jalannya. Ayo nanti deh kalau kau dah pulang. Cuma bentar aja kok, Mas." Irene menghampiri suaminya, lalu menangkupkan kedua tangan di wajah lelaki itu sambil tersenyum."Tumben kamu so sweet banget ngajakin jalan hari ini, Mas? Biasanya kalau aku nggak ngajakin jalan-jalan kamu mana kamu punya inisiatif. Tapi beneran deh aku cuma pergi sebentar. Kamu siap-siap aja dulu paling dua tiga jam lagi aku udah pulang kok," kata Irene.Keenan hanya menghela nafas panjang mendengar
Mood Kemala makin memburuk sampai siang hari itu. Beberapa kali dia bahkan salah memeriksa dan mengatur stok obat. Bohong jika Kemala mengatakan tidak terpengaruh oleh kata-kata yang dilontarkan Irene kepadanya."Bu, kalau ibu merasa tidak enak badan atau ingin beristirahat, biar saya saja yang handle pekerjaan di sini. Nanti sore saya mampir ke rumah dan melaporkan sama ibu." Denok yang khawatir, berusaha memberikan solusi.Karyawan senior yang satu itu memang sangat mengerti dengan atasannya. Apalagi dengan kejadian barusan yang dialaminya. Jika dia yang berada di posisi Kemala, dia pun pasti tidak akan bisa berkonsentrasi dengan baik saat ini. Ditambah lagi, hari itu Abimanyu juga sedang tidak bisa diganggu pastinya. Atasannya itu pastilah sangat kacau."Aku nggak apa-apa kok, Mbak." Kemala menjawab dengan suara lirih. Meski sebenarnya dia sepakat dengan usul Denok untuk beristirahat, tapi tanggung jawab yang diberikan Abimanyu tak mungkin dia tinggal hanya karena kedatangan Irene
"Tapi, aku mohon. Aku sudah berjanji kepada Abiya. Dan dia pasti akan sangat kecewa jika batal mengajaknya pergi." Keenan masih tetap berusaha meyakinkan mantan istrinya."Tidak Mas. Aku sangat mengenal anakku dengan baik. Selama ini aku yang merawat dan membesarkan Bia. Jadi, aku sangat paham bagaimana harus memperlakukan anak itu. Sebaiknya kamu pergi, jangan sampai nanti Irene datang ke sini mencarimu dan membuat keributan lagi," tegas Kemala."Tapi … Aku mohon Kemala. Plis … aku janji akan mengembalikan Abiya tepat waktu. Aku hanya butuh sebentar saja mengajaknya jalan. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa ikut bersama kami.""Nggak! Kalau aku bilang nggak ya nggak, Mas! Berapa kali sih aku harus bilang bahwa kami nggak butuh kamu! Jadi, kamu nggak perlu susah payah untuk mendapatkan kepercayaan anakmu. Pergi, Mas! Pergi!" Mendapat perlakuan tegas seperti itu dari Kemala, Keenan tak bisa berkutik lagi. Lelaki itu pun dengan gontai akhirnya memutuskan untuk melangkah pergi. Meski d
"Mama makan, dong. Kalau Mama nggak mau makan gimana Mama bisa sehat?" omel Lintang hari itu karena merasa ibundanya sedikit rewel."Mama tuh nggak bisa makan, Lin. Kamu tahu sendiri kan, makanan di rumah sakit itu nggak enak. Abi mana? Mama pengen ngobrol sama adikmu itu." Bu Rosmala justru berulang kali mengalihkan pembicaraan."Dia lagi keluar bentar, Ma. Katanya mau ke mushola salat. Tapi kok lama yaa. Apa mau aku panggilin?" tanyanya sedikit menahan kesal..Bu Rosmala mengganggukkan kepala. Sebenarnya, wanita itu hanya sedang resah memikirkan penyakit yang sedang dideritanya. Tentu dia tak pernah berpikir jika dia akan terkena serangan jantung seperti sekarang. Padahal selama ini Bu Rosmala pikir sudah menjaga pola hidupnya dengan baik. Benarkah semua ini akibat ucapannya Galuh? Orang sering bilang jika ucapan itu adalah doa. Tapi tentu saja Bu Rosmala tak mungkin membenci anak kesayangannya itu hanya karena ucapannya yang apsti tak disengaja."Iya, Lin. Tolong panggilin adikmu
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abimanyu masih melajukan mobilnya dengan kencang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi Mbok Narti. Selama di jalan pun Kemala terus berkirim pesan dan bertelepon dengan Lintang maupun dokter Andini untuk memberitahukan kabar terkini meski belum ada kemajuan yang berarti. "Din! Bagaimana kondisi Mbok Narti, dia baik-baik saja kan?""Kami sudah merawatnya! Jangan khawatir, Mala. Dia aman di sini, tapi sepertinya dia masih shock sampai. Masih terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya! Aku tadi sudah sempat bicara dengannya sih!" jelas dokter Andini.Hati Kemala ngilu mendengarnya. Bahkan Kemala langsung menitikkan air matanya saat ini. Kesedihannya bukan hanya untuk Abiya, tapi juga pembantu rumah tangganya itu."Aku kasihan padanya, Din! Tolong jagakan dia untukku!" ucapnya dengan sisa tangis. Tentu hatinya sedang sangat kacau karena penculikan putrinya, tapi wanita itu tetap masih memikirkan orang lain. "Pasti, Kemala! Aku akan memberikan perawatan yang terbai
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi tentang pria bernama Gery itu?" tanya Reno pada salah satu anak buahnya. "Saya sudah mendapatkan alamatnya dan tim sudah ke sana, Pak. Tapi rumahnya sepi! Info dari tetangga, pria itu suka judi dan jarang pulang!""Hmm! Cari tahu lagi ke mana tempat yang biasa dia kunjungi dan segera gerebek semuanya!""Baik, Pak!"Reno sedang mulai mempelajari berkas yang dilaporkan anak buahnya lebih lanjut saat ponselnya berbunyi. Rupanya dia menerima laporan dari anak buahnya yang lain dari TKP tempat penculikan Abiya. Reno membelalak kaget dan langsung menelepon Abimanyu dan Kemala yang saat ini ada di TKP. "Benarkah namanya Gery?" Meski sudah menduganya, Reno tetap ingin memastikan."Benar, Ren! Ada saksinya di sini! Aku minta tolong untuk temukan anakku sekarang!" ucap Abimanyu dengan nada panik."Baik! Tenang, Bi! Aku akan mengerahkan timku! Rupanya mereka bergerak lebih cepat!"Reno menutup teleponnya sambil tidak berhenti mengumpat. "Perhatian
"Hei, itu dia! Dia sudah berbelok!""Ya, kamu benar! Ini saatnya kita mengepung mobil itu! Ingat, yang pertama yang harus dilumpuhkan adalah sopirnya! Telepon oeang-orang di belakang dan kita beraksi sekarang!"Gery dan timnya pun bertindak cepat. Mobil Mbok Narti yang awalnya masih melaju, berbelok ke jalan yang lebih sepi menuju ke kompleks perumahan mendadak disalip oleh mobil Gery. Mobil itu pun langsung berhenti di depan menghadang taksi yang ditumpangi Mbok Narti.Sedangkan di belakang, mobil orang-orang bayaran Gery juga berhenti mengapit taksi online itu. CitttSontak sopir taksi menghentikan mobilnya mendadak, sampai bannya berdecit. "Astaga, mau apa mereka?!" seru sang sopir. Mbok Narti sendiri yang masih berbalas pesan dengan Kemala pun nampak kaget. "Apa itu, Pak? Kenapa berhenti mendadak?""Ada mobil di depan, Bu! Di belakang juga ada, tidak tahu apa maunya! Biar saya lihat, Bu!"Dengan cepat, sang sopir keluar dari mobil dan langsung melihat apa mobilnya ada lecet at
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar?" "Belum ada, Pak! Polisi juga masih mencari keberadaan Fenny dan Tabitha!""Apa kalian sudah mencari tahu tentang Gery?""Kami sedang mencarinya saat ini, Pak!""Baiklah! Lakukan dengan segera!""Baik, Pak!"Reno, teman Lintang yang merupakan seorang anggota kepolisian yang menangani kasus itu, masih nampak gelisah karena menghilangnya buruannya. Lintang sengaja menemuinya untuk menanyakan secara langsung bagaimana kedua wanita itu bisa lolos."Maaf, Lin! Belum ada perkembangan apa-apa saat ini, tapi kami curiga dengan seseorang bernama Gery!" "Gery? Kurasa aku pernah mendengar nama itu! Nanti akan kucoba tanya ke mama, siapa tahu mama mengenalnya!" kata Lintang akhirnya. "Ya, kalau ada yang mengenal pria itu maka lebih baik lagi karena bahkan Tabitha pun sekarang ikut dengannya!""Waktu pertama kali mamaku mengenalkan Tabitha ada kami, aku lihat dia itu sebenarnya gadis yang biasa saja. Tidak terlalu agresif seperti belakangan ini. Mungkin ibunya
Tabitha masih terus berusaha membuka mata ibunya yang belum juga terbangun. Keduanya ditinggalkan di sebuah rumah kecil, sementara Gery pergi bersama temannya untuk melaksanakan rencananya. Gery meminta orang untuk menjaga dua wanita itu selama kepergiannya, tapi Tabitha memanfaatkan kesempatan itu untuk mempengaruhi Bu Fenny. "Kamu harus percaya padaku, Ma! Gery itu tidak sebaik yang kamu pikir! Kalau Mama bisa berpura-pura di hadapan Bu Rosmala selama ini, maka dia juga sama, Ma! Dia hanya berpura-pura di depanmu! Buka mata Mama! Buka matamu!" seru Tabitha dengan sisa air matanya yang masih mengalir. "Cukup, Tabitha! Sejak tadi kamu terus berusaha mempengaruhi Mama! Mama nggak mengerti dengan semua ini! Mama mencintainya dan hubungan kami sudah berlangsung lama! Apa lagi yang harus Mama ragukan darinya? Memang dia bukan pria baik seperti yang kamu pikir, tapi dia adalah pria yang bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik! Dia setia sama mana! Dia nggak pernah berkhianat sama