Tabitha menyeringai pada Heni setelah kepergian Abimanyu dari ruangannya. Akhirnya dia pun memang harus memilih untuk memecat Rangga. Tidak masalah untuknya jika Rangga diberhentikan. Yang penting dia bisa menguasai ruangannya sendiri. Alasan utama dia memecat Heni adalah, karena dia berada satu ruangan dengannya. Tabitha tidak akan bebas jika harus melakukan kecurangan pada data-data yang merupakan tanggung jawabnya. Untuk itu, dia akan berusaha membujuk Abimanyu untuk memisahkan ruangannya dengan Heni.*****Sesampai di ruangannya, tiba-tiba saja ponsel di saku Abimanyu berbunyi. Lelaki itu pun langsung menghembuskan napas dengan kasar begitu mengetahui siapa yang menelpon. Namun begitu, dia segera bergegas keluar lagi dari ruangan."Ada apa, Ma? Aku sedang sibuk sekali di kantor. Mama harus tahu juga kalau Tabitha tuh yang udah bikin aku pusing. Dia bikin ulah di kantor.""Berulah bagaimana sih, Bi? Anak itu kan anak yang pintar. Nggak mungkin dong dia berbuat kesalahan dalam peker
"Kamu lelah, Sayang?" Lelaki itu menggandeng kekasihnya yang terlihat letih."Iya, Mas. Capek banget sama semua ini. Juga soal ibumu. Rasanya aku ingin menyerah saja. Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi sikap ibumu kepadaku tidak berubah sedikitpun," kata Kemala. Abimanyu menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Dia tahu jika sikap ibunya masih saja sama pada Kemala. “Please Mala, bertahanlah. Aku yakin mama akan berubah, asalkan kita bersabar sedikit lagi. Kamu masih mencintaiku, kan?” Lelaki itu menatap Kemala lekat. Berusaha membujuk agar wanitanya tak menyerah saat ini. Dia masih begitu berharap jika sang ibu akan bisa luluh berkat kesabaran mereka.“Tadi ibumu memintaku untuk tidak datang lagi, Mas. Apa masih akan ada gunanya aku bertahan?” tanya Kemala dengan nada putus asa. “Aku mohon, Sayang. Abaikan dulu apapun yang dikatakan mama. Meski hanya sebentar, kamu harus tetap datang ke rumah,” pinta Abimanyu. “Tapi Mas …,“ “Om Abiii!”Pembicaraan di antara
“Ada apa ini?” Tiba-tiba terdengar suara memecah tangisan Irene.Kedua wanita itu pun kemudian menoleh. Ternyata Keenan yang datang.“Ka-mu kok sudah pulang, Nan?” tanya Bu Ratih sedikit gugup. Hari memang masih lumayan siang untuk lelaki itu pulang dari kantor. Tentu saja hal itu tidak seperti kebiasaannya. Hari itu Keenan memang meminta izin pulang karena hendak menemui Irene yang dia tahu sedang bersama dengan ibunya. “Kemala tadi memberitahuku kalau kalian ribut-ribut di rumahnya. Apa itu benar?!" tanya Keenan dengan gusar. Bu Ratih menghela napas panjang, dia merasa sangat kesal karena rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa kacau gara-gara kelakuan Irene.“Dia bikin rusuh dan bikin Mami sangat malu dengan kelakuan istrimu itu, Nan. Dia bahkan tadi berteriak-teriak di halaman rumah Kemala dan mengatai Kemala pelakor. Gara-gara dia, Mami jadi batal bermain sama cucu mami,” jawab Bu Ratih dengan muka ditekuk.Mendengar perkataan sang ibu, emosi Keenan semakin memuncak. Ia pu
Pagi itu, Irene yang merasa bersalah kepada Keenan, mencoba untuk meluluhkan hati suaminya lagi dengan memasak makanan kesukaannya. Dia menyiapkan sarapan untuk Keenan. “Sebentar lagi pasti akan ada angin ribut,” sindir Keenan. “Maafkan aku, Mas.” Irene memang masih sangat berat jika harus kehilangan Keenan. Apalagi dengan kondisinya saat ini yang kehilangan pekerjaan. Dan semenjak menikah dengan Keenan, Irene memang tidak pernah berkunjung ke rumahnya karena keluarga Irene memang tidak menerima Keenan. “Nanti malam, kamu pulang ya, Mas. Aku punya kejutan untukmu. Dan ... ini ATMku. Di dalamnya ada uang yang bisa membantumu membayar tagihan kartu kreditmu,” kata Irene.Setelah berpikir semalaman, wanita itu memutuskan untuk merelakan tabungannya untuk membantu Keenan membayar kartu kredit. Dia tidak mau Keenan marah terus kepadanya. Tetapi di luar dugaan, Keenan tidak menyentuh kartu itu sama sekali. “Aku masih sanggup membayarnya. Simpan saja ATMmu. Tapi, jangan sekali-se
"Aku sudah melaksanakan apa yang Om perintahkan.""Kamu awasi terus Keenan, ya. Aku curiga dia ada sangkut pautnya dengan dana perusahaan yang hilang. Jadi aku minta kamu selalu mengawasi gerak-gerik Keenan," kata Pak Hendrawan.Pak Hendrawan adalah atasan di tempat Keenan bekerja. Dan beberapa bulan terakhir ini dia mendapatkan laporan tentang uang perusahaan yang hilang. Tepatnya ada laporan yang tidak singkron setelah diadakan audit.Dan Pak Hendrawan mencurigai Keenan sebagai pelaku. Jadi, dia mengutus keponakannya untuk menyamar sebagai anak magang sehingga bisa mengawasi Keenan dengan leluasa.Selama ini Keenan memang sudah mengambil dana dari perusahaan. Semua ini karena biaya hidup Irene yang terlalu boros. Keenan sendiri terkadang memang ingin terlihat kaya, sehingga dia banyak membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dia perlu. Pada akhirnya dia pun sering mengambil uang yang bukan haknya. Tentu saja dengan tak tik yang sudah sangat lihai.Berawal dari nominal yang kecil
Malam itu, Abimanyu mengajak Kemala dan Abiya makan malam di luar. Dia bahkan tidak peduli ibunya akan marah jika mengetahui hal itu. Abimanyu sengaja mematikan ponselnya sehingga tidak akan ada yang bisa mengganggunya. Sudah lama rasanya Dia tidak memiliki quality time bersama kedua orang spesial itu."Mama kamu nggak masalah kalau kita pergi kayak gini, Mas?" tanya Kemala."Ya ngapain juga bilang-bilang sama mama, sih. Aku belum sempat pulang sehabis dari kantor tadi," jelas Abimanyu. Lelaki itu memang sudah melakukan reservasi restoran untuk 3 orang demi mengajak Kemala dan Abiya makan malam. Abimanyu sepertinya ingin menebus rasa bersalahnya selama beberapa minggu terakhir ini."Wah, restorannya asik banget," kata Abiya.Restoran bergaya Eropa yang mewah itu memang tidak mungkin akan dikunjungi Kemala dan anaknya jika tanpa Abimanyu. Tempat itu terkenal sangat mahal dan Kemala bukan orang yang suka menghamburkan uang hanya untuk makanan. Kemala sendiri tampil sangat cantik ma
"Mama kenapa, Mbak?" tanya Abimanyu pada sang kakak saat ketiganya sampai di rumah sakit.Abimanyu terlihat begitu khawatir saat mendengar ibunya kembali masuk rumah sakit. Meskipun saat ini dia sedang berselisih paham dengan sang Ibu, tetapi tak tega juga dia untuk tak peduli."Kamu masih juga bawa perempuan itu ke ke sini? Kamu mau mama tambah sakit? Asal kamu tahu Abi, obat Mama sudah ditukar! Dokter baru saja mendiagnosis kalau obat-obatan mama ternyata telah ditukar dengan obat-obat pelumpuh saraf. Itu sebabnya, kenapa akhir-akhir ini Mama selalu merasa lemas. Ini semua pasti perbuatan dia!" seru Galuh dengan emosi sambil menunjuk ke arah Kemala.Kemala yang mendengar perkataan Galuh, tentu saja terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka jika Bu Rosmala masuk rumah sakit karena kesalahan minum obat."Maaf Mbak, saya nggak mungkin melakukan itu. Saya tidak pernah menukar obat-obatan Bu Rosmala. Saya selalu memberikan obat kepada bu Rosmala dengan obat yang ada di kotak obat beliau
Kemala pulang bersama Abiya dengan perasaan yang tidak menentu. Sejujurnya, dia sangat tersinggung dengan sikap Abimanyu yang terkesan percaya begitu saja dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Galuh.Kemala menjadi sedikit ragu dengan perasaan Abimanyu terhadapnya. Seharusnya jika Abimanyu memang benar-benar mencintainya, dia tidak akan percaya begitu saja dengan perkataan orang lain, meski itu kakak kandungnya sendiri."Mama. Sebenarnya Kenapa sih tante yang di rumah sakit tadi itu marah-marahin Mama? Emangnya Mama salah apa?" tanya Abiya dengan polosnya."Nggak apa-apa kok, Sayang. Mama sama Tante Galuh hanya sedikit salah paham saja. Ya udah kamu ganti baju, ya. Udah malam nih, kita tidur yuk. Kamu mau tidur sama mama?"Abiya menganggukan kepalanya. Gadis kecil yang ceria itu pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya. Lalu mengganti pakaian yang ia kenakan dengan baju tidur miliknya."Mama sendiri belum ganti baju," protes Abiya saat melihat Kemala
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abimanyu masih melajukan mobilnya dengan kencang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi Mbok Narti. Selama di jalan pun Kemala terus berkirim pesan dan bertelepon dengan Lintang maupun dokter Andini untuk memberitahukan kabar terkini meski belum ada kemajuan yang berarti. "Din! Bagaimana kondisi Mbok Narti, dia baik-baik saja kan?""Kami sudah merawatnya! Jangan khawatir, Mala. Dia aman di sini, tapi sepertinya dia masih shock sampai. Masih terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya! Aku tadi sudah sempat bicara dengannya sih!" jelas dokter Andini.Hati Kemala ngilu mendengarnya. Bahkan Kemala langsung menitikkan air matanya saat ini. Kesedihannya bukan hanya untuk Abiya, tapi juga pembantu rumah tangganya itu."Aku kasihan padanya, Din! Tolong jagakan dia untukku!" ucapnya dengan sisa tangis. Tentu hatinya sedang sangat kacau karena penculikan putrinya, tapi wanita itu tetap masih memikirkan orang lain. "Pasti, Kemala! Aku akan memberikan perawatan yang terbai
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi tentang pria bernama Gery itu?" tanya Reno pada salah satu anak buahnya. "Saya sudah mendapatkan alamatnya dan tim sudah ke sana, Pak. Tapi rumahnya sepi! Info dari tetangga, pria itu suka judi dan jarang pulang!""Hmm! Cari tahu lagi ke mana tempat yang biasa dia kunjungi dan segera gerebek semuanya!""Baik, Pak!"Reno sedang mulai mempelajari berkas yang dilaporkan anak buahnya lebih lanjut saat ponselnya berbunyi. Rupanya dia menerima laporan dari anak buahnya yang lain dari TKP tempat penculikan Abiya. Reno membelalak kaget dan langsung menelepon Abimanyu dan Kemala yang saat ini ada di TKP. "Benarkah namanya Gery?" Meski sudah menduganya, Reno tetap ingin memastikan."Benar, Ren! Ada saksinya di sini! Aku minta tolong untuk temukan anakku sekarang!" ucap Abimanyu dengan nada panik."Baik! Tenang, Bi! Aku akan mengerahkan timku! Rupanya mereka bergerak lebih cepat!"Reno menutup teleponnya sambil tidak berhenti mengumpat. "Perhatian
"Hei, itu dia! Dia sudah berbelok!""Ya, kamu benar! Ini saatnya kita mengepung mobil itu! Ingat, yang pertama yang harus dilumpuhkan adalah sopirnya! Telepon oeang-orang di belakang dan kita beraksi sekarang!"Gery dan timnya pun bertindak cepat. Mobil Mbok Narti yang awalnya masih melaju, berbelok ke jalan yang lebih sepi menuju ke kompleks perumahan mendadak disalip oleh mobil Gery. Mobil itu pun langsung berhenti di depan menghadang taksi yang ditumpangi Mbok Narti.Sedangkan di belakang, mobil orang-orang bayaran Gery juga berhenti mengapit taksi online itu. CitttSontak sopir taksi menghentikan mobilnya mendadak, sampai bannya berdecit. "Astaga, mau apa mereka?!" seru sang sopir. Mbok Narti sendiri yang masih berbalas pesan dengan Kemala pun nampak kaget. "Apa itu, Pak? Kenapa berhenti mendadak?""Ada mobil di depan, Bu! Di belakang juga ada, tidak tahu apa maunya! Biar saya lihat, Bu!"Dengan cepat, sang sopir keluar dari mobil dan langsung melihat apa mobilnya ada lecet at
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar?" "Belum ada, Pak! Polisi juga masih mencari keberadaan Fenny dan Tabitha!""Apa kalian sudah mencari tahu tentang Gery?""Kami sedang mencarinya saat ini, Pak!""Baiklah! Lakukan dengan segera!""Baik, Pak!"Reno, teman Lintang yang merupakan seorang anggota kepolisian yang menangani kasus itu, masih nampak gelisah karena menghilangnya buruannya. Lintang sengaja menemuinya untuk menanyakan secara langsung bagaimana kedua wanita itu bisa lolos."Maaf, Lin! Belum ada perkembangan apa-apa saat ini, tapi kami curiga dengan seseorang bernama Gery!" "Gery? Kurasa aku pernah mendengar nama itu! Nanti akan kucoba tanya ke mama, siapa tahu mama mengenalnya!" kata Lintang akhirnya. "Ya, kalau ada yang mengenal pria itu maka lebih baik lagi karena bahkan Tabitha pun sekarang ikut dengannya!""Waktu pertama kali mamaku mengenalkan Tabitha ada kami, aku lihat dia itu sebenarnya gadis yang biasa saja. Tidak terlalu agresif seperti belakangan ini. Mungkin ibunya
Tabitha masih terus berusaha membuka mata ibunya yang belum juga terbangun. Keduanya ditinggalkan di sebuah rumah kecil, sementara Gery pergi bersama temannya untuk melaksanakan rencananya. Gery meminta orang untuk menjaga dua wanita itu selama kepergiannya, tapi Tabitha memanfaatkan kesempatan itu untuk mempengaruhi Bu Fenny. "Kamu harus percaya padaku, Ma! Gery itu tidak sebaik yang kamu pikir! Kalau Mama bisa berpura-pura di hadapan Bu Rosmala selama ini, maka dia juga sama, Ma! Dia hanya berpura-pura di depanmu! Buka mata Mama! Buka matamu!" seru Tabitha dengan sisa air matanya yang masih mengalir. "Cukup, Tabitha! Sejak tadi kamu terus berusaha mempengaruhi Mama! Mama nggak mengerti dengan semua ini! Mama mencintainya dan hubungan kami sudah berlangsung lama! Apa lagi yang harus Mama ragukan darinya? Memang dia bukan pria baik seperti yang kamu pikir, tapi dia adalah pria yang bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik! Dia setia sama mana! Dia nggak pernah berkhianat sama