Kemala pulang bersama Abiya dengan perasaan yang tidak menentu. Sejujurnya, dia sangat tersinggung dengan sikap Abimanyu yang terkesan percaya begitu saja dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Galuh.Kemala menjadi sedikit ragu dengan perasaan Abimanyu terhadapnya. Seharusnya jika Abimanyu memang benar-benar mencintainya, dia tidak akan percaya begitu saja dengan perkataan orang lain, meski itu kakak kandungnya sendiri."Mama. Sebenarnya Kenapa sih tante yang di rumah sakit tadi itu marah-marahin Mama? Emangnya Mama salah apa?" tanya Abiya dengan polosnya."Nggak apa-apa kok, Sayang. Mama sama Tante Galuh hanya sedikit salah paham saja. Ya udah kamu ganti baju, ya. Udah malam nih, kita tidur yuk. Kamu mau tidur sama mama?"Abiya menganggukan kepalanya. Gadis kecil yang ceria itu pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya. Lalu mengganti pakaian yang ia kenakan dengan baju tidur miliknya."Mama sendiri belum ganti baju," protes Abiya saat melihat Kemala
Pagi itu Bu Rosmala sudah boleh dijenguk oleh keluarganya. Kondisi wanita separuh baya itu sudah tampak jauh lebih baik. Tetapi, memang ada berita yang mengejutkan untuk pihak keluarga, yaitu sebagian sarafnya sudah terinfeksi oleh obat. Sehingga Bu Rosmala harus menjalani terapi karena sudah mulai tidak bisa menggerakkan sebagian kakinya."Lihat kan? Apa akibatnya kamu bawa perempuan itu ke rumah? Bukannya dia ngerawat Mama, tapi malah bikin Mama celaka kayak gini! Pokoknya, aku mau tuntut dia sampai dia membusuk di penjara!" kata Galuh dengan emosi. Dia masih belum bisa lepas dari pembicaraan tentang Kemala.Sementara itu, Tabitha yang melihat pertengkaran antara kakak beradik itu hanya bisa diam sambil berpura-pura memainkan ponsel di sofa.Rencana Tabitha memang berhasil. Malam itu, dia sengaja mengirimkan makanan dari kantor. Dia sangat yakin jika makanan yang dia kirim akan dimakan oleh Bu Rosmala.Di dalam makanan itu sudah ia bubuhkan obat untuk melumpuhkan saraf dalam dosis y
"Kamu mau apa ke sini Mas? Kamu mau nuduh aku yang sudah meracuni Mama kamu?"Kemala baru saja pulang dari mengantarkan Abiya ke sekolah, saat dia melihat kedatangan Abimanyu ke rumahnya.Kemala memang belum bersiap-siap ke apotek. Bangun paginya sedikit kesiangan, sehingga dia pun terburu-buru mengantarkan sang putri dulu ke sekolah. "Kamu nggak ke apotek?" tanya Abimanyu, tak mengindahkan kata-kata kekasihnya."Aku belum sempat siap-siap. Abiya sudah kesiangan dan Mbok Narti aku suruh belanja ke pasar karena di kulkas sudah nggak ada apa-apa. Gimana kondisi mama kamu?" tanya Kemala akhirnya, walau dengan raut muka datar tak berminat."Mama saat ini terpaksa harus menggunakan kursi roda karena kakinya tidak bisa digerakkan. Mungkin untuk sementara waktu aku akan meminta perawat yang bisa menginap di rumah untuk menjaga mama. Rencananya aku dan Mbak Lintang juga akan memasang CCTV di rumah.""Bukannya di rumah kamu itu udah ada CCTV, ya?""Mbak Lintang yang menyarankan supaya CCTV i
"Wah, kejutan! Aku nggak nyangka kamu benar-benar mau kerja di sini? Bukannya denger-denger apotek itu punya calon suami kamu ya, Mala? Kalau jadinya kamu yang menyodorkan diri untuk kerja di sini, aku malah yang nggak enak. Nanti aku harus ngomong apa sama Mas Abimanyu-mu itu?" Kemala menatap wajah dokter Andini dengan tatapan yang sulit diartikan."Nggak masalah kok, Din. Aku pengen suasana baru aja. Lagi pula kesempatan aku berkarir di rumah sakit ini kan lebih luas."Dokter Andini adalah sahabat baik Kemala semenjak mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA. Dulu Kemala melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi, sementara Andini melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran. Persahabatan mereka berlanjut sampai mereka bekerja dan masing-masing menikah. Setelah itu, dokter muda yang cantik itu mengabdikan diri ke daerah pedalaman Kalimantan. Meski begitu, keduanya tetap saling berhubungan dengan baik. Andini pun tahu saat Kemala bercerai dengan Keenan. Bahkan dokter cantik itu sempat p
"Bu Rosmala?" "Iya, namanya Bu Rosmala. Usianya baru sekitar 50an tahun. Menurut hasil lab, obat-obatannya sepertinya memang ditukar dengan pelumpuh saraf. Untung saja dosisnya rendah. Tapi kalau nggak cepat ketahuan, ya bisa bahaya."Kemala menghela nafas panjang dan menatap sahabatnya itu."Aku baru ingat. Ibunya Mas Abi kayaknya dirawat juga di rumah sakit ini. Dan sepertinya, Bu Rosmala yang kita bicarakan saat ini adalah orang yang sama deh, Din."Andini membulatkan mata mendengar perkataan sahabatnya. Dia sama sekali tidak menyangka jika salah satu pasiennya ternyata adalah calon mertua Kemala yang sedang mereka bahas."Walah, bisa kebetulan gitu ya? Aku sih belum sempat bertemu dengan semua keluarganya, karena baru kemarin dialihkan ke aku. Kemarin waktu visit, seingatku hanya ada dua perempuan namanya Galuh sama Lintang, kalau nggak salah."Mendengar nama kedua Kakak Abimanyu disebut, Kemala hanya bisa meringis. Rasanya dunia begitu sempit, sehingga di tempat kerjanya yang ba
"Aku tahu itu, Mala. Tapi aku kan ayah kandungnya yang juga berhak atas anakku." Keenan rupanya tak mau kalah."Selama ini kamu ke mana aja, Mas? Setelah bertahun-tahun kamu hilang, datang-datang kamu ingin mengklaim hak atas Abiya?" sindir Kemala kesal."Aku memang lalai selama ini. Tapi, itu semua karena bukan mauku. Irene penyebabnya. Dan sekarang aku ingin menebus semua kesalahanku sama Abiya. Apakah itu salah?" "Salah kalau cara kamu memaksa begitu, Mas. Bia nggak akan mau kalau diperlakukan kayak gitu. Dia masih kecil."Mbok Narti yang sejak beberapa saat lalu berdiri, hanya bisa mengelus dada. Sejak awal dia memang sudah berusaha untuk melerai dan menahan Keenan membawa momongannya. Tetapi, Bu Ratih terus memaksa, sehingga akhirnya gadis kecil itu menangis karena tak mau dibawa."Maafkan simbok, Bu. Sejak tadi simbok sudah bilang sama Pak Keenan dan bu Ratih supaya menunggu Ibu pulang dulu. Non Abiya juga sejak tadi sudah mengatakan tidak mau untuk pergi, tetapi Pak Keenan dan
"Ini kamar suster Alina. Aku sengaja memilihkan kamar ini karena bersebelahan dengan kamar mama saya. Saya minta supaya suster bisa menjaga Mama saya dengan baik. Jangan sampai Mama saya keracunan obat-obatan lagi," kata Galuh saat menjelaskan pekerjaan baru untuk perawat Bu Rosmala.Hari itu Bu Rosmala memang sudah diizinkan untuk pulang. Dan suster Alina pun mulai bertugas untuk merawat wanita itu di rumahnya."Ini pembantu di sini, namanya Lastri. Kalau butuh sesuatu, suster minta tolong aja sama dia. Selain adik saya–Abimanyu–di sini juga ada calon istrinya, namanya Tabitha. Suster tolong banget ya, saya nggak mau ada orang lain yang memberikan obat kepada Mama saya selain suster. Di rumah ini sudah kami pasang CCTV. Tetapi, hanya Saya dan adik saya yang tahu letaknya di mana. Jadi kalau ada hal-hal yang mencurigakan, pasti kami akan mengetahuinya," kata Lintang menyela.Suster Alina hanya menganggukan kepala sambil tersenyum. Sebelumnya Kemala juga sudah menjelaskan hal itu kepad
"Kamu kenapa?" tanya Galuh kepada adiknya yang tampak sedang berpikir keras sekembalinya dari dapur. "Obatnya mama sudah ketemu?" Lintang menggelengkan kepalanya, kemudian menatap ke arah Suster Alina dan kakaknya dengan mimik serius."Kok aneh ya, Mbak. Aku baru ingat kalau ternyata malam itu Mama belum minum obatnya sama sekali. Mama jatuh pingsan setelah memakan makanan yang dikirimkan oleh kurir. Aku pikir makanan itu adalah pesanan mama, soalnya makanan itu adalah makanan kesukaannya," jelas Lintang.Suster Alina dan Galuh pun langsung mengerutkan dahi. Diagnosis dari dokter yang memeriksa waktu itu mengatakan dengan jelas kalau Bu Rosmala telah salah mengkonsumsi obat. Bahkan sudah ada tes dari laboratorium yang menjelaskan hal itu.Tetapi jika terakhir kali yang dikonsumsinya bukan obat, mungkinkah ada pemicu lain selain itu? Suster Alina pun jadi sibuk berpikir."Kalau begitu, bisa jadi makanan terakhir yang dimakan oleh ibu Rosmala adalah pemicu kenapa beliau sampai jatuh. M
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abimanyu masih melajukan mobilnya dengan kencang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi Mbok Narti. Selama di jalan pun Kemala terus berkirim pesan dan bertelepon dengan Lintang maupun dokter Andini untuk memberitahukan kabar terkini meski belum ada kemajuan yang berarti. "Din! Bagaimana kondisi Mbok Narti, dia baik-baik saja kan?""Kami sudah merawatnya! Jangan khawatir, Mala. Dia aman di sini, tapi sepertinya dia masih shock sampai. Masih terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya! Aku tadi sudah sempat bicara dengannya sih!" jelas dokter Andini.Hati Kemala ngilu mendengarnya. Bahkan Kemala langsung menitikkan air matanya saat ini. Kesedihannya bukan hanya untuk Abiya, tapi juga pembantu rumah tangganya itu."Aku kasihan padanya, Din! Tolong jagakan dia untukku!" ucapnya dengan sisa tangis. Tentu hatinya sedang sangat kacau karena penculikan putrinya, tapi wanita itu tetap masih memikirkan orang lain. "Pasti, Kemala! Aku akan memberikan perawatan yang terbai
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi tentang pria bernama Gery itu?" tanya Reno pada salah satu anak buahnya. "Saya sudah mendapatkan alamatnya dan tim sudah ke sana, Pak. Tapi rumahnya sepi! Info dari tetangga, pria itu suka judi dan jarang pulang!""Hmm! Cari tahu lagi ke mana tempat yang biasa dia kunjungi dan segera gerebek semuanya!""Baik, Pak!"Reno sedang mulai mempelajari berkas yang dilaporkan anak buahnya lebih lanjut saat ponselnya berbunyi. Rupanya dia menerima laporan dari anak buahnya yang lain dari TKP tempat penculikan Abiya. Reno membelalak kaget dan langsung menelepon Abimanyu dan Kemala yang saat ini ada di TKP. "Benarkah namanya Gery?" Meski sudah menduganya, Reno tetap ingin memastikan."Benar, Ren! Ada saksinya di sini! Aku minta tolong untuk temukan anakku sekarang!" ucap Abimanyu dengan nada panik."Baik! Tenang, Bi! Aku akan mengerahkan timku! Rupanya mereka bergerak lebih cepat!"Reno menutup teleponnya sambil tidak berhenti mengumpat. "Perhatian
"Hei, itu dia! Dia sudah berbelok!""Ya, kamu benar! Ini saatnya kita mengepung mobil itu! Ingat, yang pertama yang harus dilumpuhkan adalah sopirnya! Telepon oeang-orang di belakang dan kita beraksi sekarang!"Gery dan timnya pun bertindak cepat. Mobil Mbok Narti yang awalnya masih melaju, berbelok ke jalan yang lebih sepi menuju ke kompleks perumahan mendadak disalip oleh mobil Gery. Mobil itu pun langsung berhenti di depan menghadang taksi yang ditumpangi Mbok Narti.Sedangkan di belakang, mobil orang-orang bayaran Gery juga berhenti mengapit taksi online itu. CitttSontak sopir taksi menghentikan mobilnya mendadak, sampai bannya berdecit. "Astaga, mau apa mereka?!" seru sang sopir. Mbok Narti sendiri yang masih berbalas pesan dengan Kemala pun nampak kaget. "Apa itu, Pak? Kenapa berhenti mendadak?""Ada mobil di depan, Bu! Di belakang juga ada, tidak tahu apa maunya! Biar saya lihat, Bu!"Dengan cepat, sang sopir keluar dari mobil dan langsung melihat apa mobilnya ada lecet at
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar?" "Belum ada, Pak! Polisi juga masih mencari keberadaan Fenny dan Tabitha!""Apa kalian sudah mencari tahu tentang Gery?""Kami sedang mencarinya saat ini, Pak!""Baiklah! Lakukan dengan segera!""Baik, Pak!"Reno, teman Lintang yang merupakan seorang anggota kepolisian yang menangani kasus itu, masih nampak gelisah karena menghilangnya buruannya. Lintang sengaja menemuinya untuk menanyakan secara langsung bagaimana kedua wanita itu bisa lolos."Maaf, Lin! Belum ada perkembangan apa-apa saat ini, tapi kami curiga dengan seseorang bernama Gery!" "Gery? Kurasa aku pernah mendengar nama itu! Nanti akan kucoba tanya ke mama, siapa tahu mama mengenalnya!" kata Lintang akhirnya. "Ya, kalau ada yang mengenal pria itu maka lebih baik lagi karena bahkan Tabitha pun sekarang ikut dengannya!""Waktu pertama kali mamaku mengenalkan Tabitha ada kami, aku lihat dia itu sebenarnya gadis yang biasa saja. Tidak terlalu agresif seperti belakangan ini. Mungkin ibunya
Tabitha masih terus berusaha membuka mata ibunya yang belum juga terbangun. Keduanya ditinggalkan di sebuah rumah kecil, sementara Gery pergi bersama temannya untuk melaksanakan rencananya. Gery meminta orang untuk menjaga dua wanita itu selama kepergiannya, tapi Tabitha memanfaatkan kesempatan itu untuk mempengaruhi Bu Fenny. "Kamu harus percaya padaku, Ma! Gery itu tidak sebaik yang kamu pikir! Kalau Mama bisa berpura-pura di hadapan Bu Rosmala selama ini, maka dia juga sama, Ma! Dia hanya berpura-pura di depanmu! Buka mata Mama! Buka matamu!" seru Tabitha dengan sisa air matanya yang masih mengalir. "Cukup, Tabitha! Sejak tadi kamu terus berusaha mempengaruhi Mama! Mama nggak mengerti dengan semua ini! Mama mencintainya dan hubungan kami sudah berlangsung lama! Apa lagi yang harus Mama ragukan darinya? Memang dia bukan pria baik seperti yang kamu pikir, tapi dia adalah pria yang bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik! Dia setia sama mana! Dia nggak pernah berkhianat sama