"Bapak sedang memikirkan sesuatu?" tanya Sisil.Sebagai orang yang sudah lumayan bekerja dengan Abimanyu, Sisil cukup tau suasana hati sang bos."Ah enggak, Sil. Aku hanya agak kepikiran Tabitha. Aku curiga dia sudah melakukan sesuatu yang tidak.benar di kantor kita. Tetapi aku masih mau menyelidikinya," kata Abimanyu enteng. Sisil tentu salah satu orang yang sangat dia percaya di perusahaannya. Wanita itu pun menghela nafas panjang. Sejujurnya dia pun tidak merasa sreg sejak kedatangan Tabitha ke kantor itu. Ada firasat tertentu yang dirasakan Sisil pada gadis itu.Tabitha terlihat sangat arogan dan tinggi hati. Tampak jelas oleh Sisil jika gadis itu sepertinya memanfaatkan kabar yang sedang berhembus mengenai dirinya yang diperkenalkan sebagai calon istri Abimanyu. Hal itu membuatnya terkadang bersikap seenaknya kepada karyawan lain. Tetapi sebagai seorang sekretaris, tentu saja Sisil tidak mau banyak ikut campur dalam urusan pribadi sang bos."Kenapa, Sil? Apa ada yang juga sedan
"Oh, jadi kamu perawatnya Tante dari rumah sakit? Aku Tabitha, calon istri Mas Abimanyu," kata Tabitha saat bertemu dengan Suster Alina sore itu.Suster Alina hanya tersenyum manis menyambut perkenalannya, kemudian menjabat tangan Tabitha dengan ramah. Sore itu, Suster Alina sedang menemani Bu Rosmala minum teh di halaman samping, sambil menikmati kebun bunga. Mungkin karena cerita-cerita soal Tabitha yang sudah tak baik sebelumnya di telinga, hingga saat pertama kali melihatnya, Suster Alina pun merasakan ada sesuatu yang tidak baik dengan gadis itu. "Aku bawain makanan kesukaan Tante, loh. Tadi kebetulan aku mampir di restoran. Jadi aku beliin bebek peking sama sup.""Wah, kedengarannya enak banget, Sayang. Tapi, Tante lagi nggak boleh makan makanan seperti itu sekarang. Selama sebulan ini makanan Tante harus sesuai menu yang sudah dikasih sama dokter. Suster Alina yang menyiapkan semuanya. Bebek pekingnya kamu suruh Lastri aja untuk panasin biar nanti buat makan malam kalian," ka
Heni yang sedang bekerja dengan berkas-berkas di depannya merasa sangat terkejut saat memeriksa hasil laporan yang diberikan oleh Sisil kepadanya. Laporan itu dibuat oleh Tabitha. Jelas terlihat nominal antara kedua laporan itu jauh berbeda. Saat itu, Heni langsung bisa mengambil kesimpulan jika Tabitha memang sudah memanipulasi data dan mengambil uang perusahaan.Heni pun segera membereskan data-data itu, lalu membuat rincian kekeliruan untuk diberikan kepada Abimanyu. Orang yang pertama mengetahui laporan tentu saja Sisil. Sekretaris Abimanyu itu hanya bisa menggelengkan kepala tidak percaya."Memang sih nominalnya tidak terlalu besar untuk Bos, tapi kalau kalau diterusin bisa bikin collapse juga nanti," kata Sisil gusar. "Iya, Mbak Sisil. Aku juga nggak ngerti kok bisa sih sekelas Tabitha sampai harus melakukan hal kayak gini. Bukannya denger-denger orang tuanya juga pengusaha ya?.""Tapi perasaanku mengatakan, dia nggak sendirian sih. Pasti ada yang mengajari. Ada orang di bela
"Jadi, kelakuan kamu kayak gini setiap kali aku nggak di rumah? Bukannya ngurus rumah malah keluyuran nggak jelas! Suami pulang nggak ada makanan sama sekali, istri macam apa sih kamu!" "Aku habis dari rumah ibuku, emangnya nggak boleh? Lagi pula, kamu selalu pulang malam sekarang, Mas. Pasti kamu sibuk ngurusin anak kamu itu kan?!"Keenan menarik nafas panjang. Dia merasa sangat kesal karena saat dia pulang ke rumah tidak ada sedikitpun hidangan di meja makan.Beberapa hari terakhir, Keenan memang selalu pulang malam karena dia harus menyelesaikan laporan di kantornya. Dan dia juga disibukkan oleh berita akan ada tim audit yang datang.Keenan merasa sangat takut karena beberapa kali dia sudah memakai dana perusahaan untuk kepentingan pribadinya.Dia juga sadar jika akhir-akhir ini dia merasa pekerjaannya selalu diawasi. Keenan hanya berharap jika kelakuannya di kantor tidak ketahuan oleh atasannya. Karena jika sampai itu terjadi, tak hanya dipecat, dia pun pasti harus mengembalikan
Hari itu, Kalina, Bayu dan Mei masih sibuk mempelajari laporan keuangan dari perusahaan milik Pak Hendrawan bersama dengan Anggraini. Sejak sore mereka telah berada di apartemen milik Kalina yang saat ini ditempati oleh Anggraini bersama Ibu dan putrinya. Sementara Bayu, Mei dan Anggraini masih mempelajari data, Kalina yang kelelahan terlihat sedang tidur di sofa. Mei–keponakan Pak Hendrawan–diminta secara khusus oleh pamannya itu untuk mengaudit. Mereka semua sebenarnya sudah curiga kepada Keenan, tetapi masih butuh bukti yang jelas untuk bisa membawa lelaki itu ke jeruji besi. Menyadari Kalina tidur, Bayu pun mencolek Mei. "Mei, kasian Mbak Lina. Ambil bantal dan selimut gih," ujar Bayu. Mei pun mengangguk, ia lalu mengambil bantal dan selimut lalu menyelimuti rekannya itu. Kalina yang memang kelelahan, tertidur makin pulas. "Dia benar-benar pekerja keras," komentar Bayu. "Mbak Kalina itu adalah kakak tingkatku di kampus dulu. Sejak masih kuliah dia memang terkenal wanita ya
Bu Dina menatap tajam ke arah sang menantu. Semalam, saat Keenan dan Bu Ratih tiba di rumahnya ternyata Bu Dina sudah datang dan tengah menunggu bantuan untuk membawa Irene ke rumah sakit. Setelah diperiksa, ternyata ada tulang rusuk Irene yang patah akibat pukulan keras. “Kamu jangan harap bisa lolos dari hukum. Setelah Irene sadar, kami akan melaporkanmu ke polisi,” ujarnya ketus.“Ya nggak bisa kayak gitu dong. Anak saya berbuat kasar sama anak kamu kan karena Irene sendiri yang berulah. Kalau saja dia itu nurut sama suami, gak akan kayak begini kejadiannya.” Bu Ana langsung menatap sengit ke arah sang besan yang begitu membela anak kesayangannya itu mati-matian. “Oh, jadi kamu pikir anak saya layak untuk dipukuli, begitu?” “Stop? Kalian berdua jangan bertengkar dong! Mam, aku memang salah udah mukulin Irene. Aku khilaf Mam, sekarang yang paling penting Irene bisa sehat dulu. Sekarang aku harus ke kantor karena ada masalah yang harus diselesaikan dulu. Kalau kalian berantem, s
“Jadi, ibunya Tabitha mengalami kebangkrutan?” tanya Abimanyu kepada orang suruhannya–Arkan. Dia sekarang jadi semakin yakin kenapa Tabitha sanggup memanipulasi data keuangan kantornya. Rupanya ada sesuatu yang sudah membuat gadis itu gelap mata. “Saat ini hutang keluarganya sudah sangat banyak dan rumah mereka pun terancam disita. Itulah sebabnya Bu Fenny saat ini sudah berada di kota ini untuk menghindari debt collector,” kata Arkan. Abimanyu tersentak, ia tidak menyangka jika ternyata keberadaan ibunya Tabitha di kota itu untuk maksud dan tujuan lain. Bukan sekedar menjenguk anaknya, seperti yang diucapkan Tabitha. Abimanyu pun segera meraih ponsel dan menelepon sang ibu. *****Di tempat lain, Bu Rosmala tampak sangat bahagia karena Bu Fenny datang dan mereka pun sedang saling melepas kerinduan. “Kamu di sini saja dulu, Fen. Aku senang kalau kamu mau tinggal di sini sementara waktu. Nggak bisa kemana-mana kayak gini bikin aku kesepian,” keluh wanita itu.“Aku tidak enak sama
Suster Alina dan Lastri yang baru saja kembali merasa sangat terkejut saat melihat Bu Rosmala yang jatuh di hadapan Bu Fenny dan Tabitha. Mereka sebelumnya memang diminta Bu Rosmala untuk membeli makanan guna menyambut tamu istimewa. "Bu Rosmala! Bu Rosmala! Ibu tidak apa-apa kan? Ibu tidak apa-apa?" Suster Alina menatap cemas pada Bu Rosmala yang mendadak terlihat lemas itu. Kemudian wanita itu menghampiri Bu Rosmala dan langsung berjongkok di sana. Memeriksa denyut nadinya dan berusaha memberi pertolongan pertama pada wanita itu. Mungkin Suster Alina memang tidak tahu pasti apa penyebab Bu Rosmala jadi seperti ini, tapi dia berharap sedikit kemampuannya bisa berguna kali ini. Apa lagi Bu Rosmala adalah tanggung jawabnya. Dia sangat berharap, bahkan terus berusaha mengembalikan jantung Bu Rosmala yang sempat berhenti itu dengan melakukan pijat jantung sampai keringat bercucuran dari dahi saat melakukannya. Suasana pun begitu tegang di ruang tamu Bu Rosmala sampai Bik Lastri ge
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abimanyu masih melajukan mobilnya dengan kencang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi Mbok Narti. Selama di jalan pun Kemala terus berkirim pesan dan bertelepon dengan Lintang maupun dokter Andini untuk memberitahukan kabar terkini meski belum ada kemajuan yang berarti. "Din! Bagaimana kondisi Mbok Narti, dia baik-baik saja kan?""Kami sudah merawatnya! Jangan khawatir, Mala. Dia aman di sini, tapi sepertinya dia masih shock sampai. Masih terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya! Aku tadi sudah sempat bicara dengannya sih!" jelas dokter Andini.Hati Kemala ngilu mendengarnya. Bahkan Kemala langsung menitikkan air matanya saat ini. Kesedihannya bukan hanya untuk Abiya, tapi juga pembantu rumah tangganya itu."Aku kasihan padanya, Din! Tolong jagakan dia untukku!" ucapnya dengan sisa tangis. Tentu hatinya sedang sangat kacau karena penculikan putrinya, tapi wanita itu tetap masih memikirkan orang lain. "Pasti, Kemala! Aku akan memberikan perawatan yang terbai
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi tentang pria bernama Gery itu?" tanya Reno pada salah satu anak buahnya. "Saya sudah mendapatkan alamatnya dan tim sudah ke sana, Pak. Tapi rumahnya sepi! Info dari tetangga, pria itu suka judi dan jarang pulang!""Hmm! Cari tahu lagi ke mana tempat yang biasa dia kunjungi dan segera gerebek semuanya!""Baik, Pak!"Reno sedang mulai mempelajari berkas yang dilaporkan anak buahnya lebih lanjut saat ponselnya berbunyi. Rupanya dia menerima laporan dari anak buahnya yang lain dari TKP tempat penculikan Abiya. Reno membelalak kaget dan langsung menelepon Abimanyu dan Kemala yang saat ini ada di TKP. "Benarkah namanya Gery?" Meski sudah menduganya, Reno tetap ingin memastikan."Benar, Ren! Ada saksinya di sini! Aku minta tolong untuk temukan anakku sekarang!" ucap Abimanyu dengan nada panik."Baik! Tenang, Bi! Aku akan mengerahkan timku! Rupanya mereka bergerak lebih cepat!"Reno menutup teleponnya sambil tidak berhenti mengumpat. "Perhatian
"Hei, itu dia! Dia sudah berbelok!""Ya, kamu benar! Ini saatnya kita mengepung mobil itu! Ingat, yang pertama yang harus dilumpuhkan adalah sopirnya! Telepon oeang-orang di belakang dan kita beraksi sekarang!"Gery dan timnya pun bertindak cepat. Mobil Mbok Narti yang awalnya masih melaju, berbelok ke jalan yang lebih sepi menuju ke kompleks perumahan mendadak disalip oleh mobil Gery. Mobil itu pun langsung berhenti di depan menghadang taksi yang ditumpangi Mbok Narti.Sedangkan di belakang, mobil orang-orang bayaran Gery juga berhenti mengapit taksi online itu. CitttSontak sopir taksi menghentikan mobilnya mendadak, sampai bannya berdecit. "Astaga, mau apa mereka?!" seru sang sopir. Mbok Narti sendiri yang masih berbalas pesan dengan Kemala pun nampak kaget. "Apa itu, Pak? Kenapa berhenti mendadak?""Ada mobil di depan, Bu! Di belakang juga ada, tidak tahu apa maunya! Biar saya lihat, Bu!"Dengan cepat, sang sopir keluar dari mobil dan langsung melihat apa mobilnya ada lecet at
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar?" "Belum ada, Pak! Polisi juga masih mencari keberadaan Fenny dan Tabitha!""Apa kalian sudah mencari tahu tentang Gery?""Kami sedang mencarinya saat ini, Pak!""Baiklah! Lakukan dengan segera!""Baik, Pak!"Reno, teman Lintang yang merupakan seorang anggota kepolisian yang menangani kasus itu, masih nampak gelisah karena menghilangnya buruannya. Lintang sengaja menemuinya untuk menanyakan secara langsung bagaimana kedua wanita itu bisa lolos."Maaf, Lin! Belum ada perkembangan apa-apa saat ini, tapi kami curiga dengan seseorang bernama Gery!" "Gery? Kurasa aku pernah mendengar nama itu! Nanti akan kucoba tanya ke mama, siapa tahu mama mengenalnya!" kata Lintang akhirnya. "Ya, kalau ada yang mengenal pria itu maka lebih baik lagi karena bahkan Tabitha pun sekarang ikut dengannya!""Waktu pertama kali mamaku mengenalkan Tabitha ada kami, aku lihat dia itu sebenarnya gadis yang biasa saja. Tidak terlalu agresif seperti belakangan ini. Mungkin ibunya
Tabitha masih terus berusaha membuka mata ibunya yang belum juga terbangun. Keduanya ditinggalkan di sebuah rumah kecil, sementara Gery pergi bersama temannya untuk melaksanakan rencananya. Gery meminta orang untuk menjaga dua wanita itu selama kepergiannya, tapi Tabitha memanfaatkan kesempatan itu untuk mempengaruhi Bu Fenny. "Kamu harus percaya padaku, Ma! Gery itu tidak sebaik yang kamu pikir! Kalau Mama bisa berpura-pura di hadapan Bu Rosmala selama ini, maka dia juga sama, Ma! Dia hanya berpura-pura di depanmu! Buka mata Mama! Buka matamu!" seru Tabitha dengan sisa air matanya yang masih mengalir. "Cukup, Tabitha! Sejak tadi kamu terus berusaha mempengaruhi Mama! Mama nggak mengerti dengan semua ini! Mama mencintainya dan hubungan kami sudah berlangsung lama! Apa lagi yang harus Mama ragukan darinya? Memang dia bukan pria baik seperti yang kamu pikir, tapi dia adalah pria yang bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik! Dia setia sama mana! Dia nggak pernah berkhianat sama