Share

131. Pengendali

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 17:00:05
Dayn mengamati pergerakan dari kejauhan melalui teropong khusus miliknya “Mereka terlihat terlalu tenang. Apa menurutmu mereka tahu kita datang?”

Caid, yang berdiri di sebelahnya, menyeringai dingin. “Biar saja mereka tenang. Mereka tidak tahu apa yang akan menghantam mereka setelah ini.”

“Kau yakin akan meledakan gedung itu?” tanya Dylan tak yakin

“Jika dia masih bersembunyi layaknya tikus, aku tak punya pilihan lain”

“Banyak manusia tak bersalah disana” tambah Dylan menasehati

Dayn menurunkan teropongnya, melirik pada saudara kembarnya lalu menatap Caid dengan ekspresi serius. “Dylan benar. Jika kau meledakkan gedung itu, kau tidak hanya akan menargetkan mereka yang bersalah. Ada banyak nyawa di sana. Apa kau benar-benar siap menanggung akibatnya?”

Caid memandang Dylan dan Dayn dengan dingin, rahangnya mengeras. “Aku tidak meminta persetujuan kalian. Aku sudah memberikan mereka cukup banyak waktu untuk menyerah. Kalau mereka memilih bersembunyi di balik perisai manusia tak bersalah,
Strrose

Hallo, my lovely readers. Ini adalah bab terakhir yang bikin kalian tegang karena konflik tak berujung hahaha, maaf kalo menurut kalian konflik cerita ini agak berat karena memang niatnya author membuat kalian greget sebelum tamat hehehe :D 10 bab menuju tamat...... Kiss jauh.... :*

| 12
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ninna Maulida
suka bgt sama bab ini .. puncak dari kesungguhan para bucin Walthon.
goodnovel comment avatar
Yeo
Huhuhu thor aku belum siap ceritanya tamat.. suka banget ceritanya ini..
goodnovel comment avatar
Kumalasari Dewi
Terima kasih.......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   132. Pregnant

    Caid membuka pintu ruang perawatan dengan langkah tegas, wajahnya dingin dan tak terbaca. Meskipun penampilannya agak berantakan, maklum dia begitu tergesa kembali ke New York karena takut dengan ancaman perceraian dari Lova. Dia tak ingin menduda disaat penikahan mereka bahkan belum 24 jam terjadi.Caid tak peduli pada pandangan aneh perawat dan dokter yang ia lewati di koridor rumah sakit. Yang ada di benaknya hanyalah wajah Lova yang marah dan dingin. Ancaman perceraian itu seperti pisau yang terus menusuk dadanya.Saat pintu ruangan Lova terbuka, mata abu itu tertuju pada Lova yang duduk di tempat tidur dengan posisi bersandar, wajahnya menunjukkan ekspresi lelah bercampur kesal. Gaun pengantinnya sudah berganti menjadi baju piyama pasien rumah sakit yang longgar“Kau terlambat 1 jam 34 menit, Caid Walton”“Love” panggil Caid pelan, agak takut sebenarnyaLova sudah menunggunya, wajahnya pucat tetapi sorot matanya tajam d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   133. Rujuk

    Ophelia tersenyum samar, menatap ke arah Caid dan Lova yang tampak begitu nyaman dalam pelukan di atas ranjang. Ada sesuatu yang hangat dan penuh perhatian antara keduanya, meskipun situasi itu terasa sedikit tidak biasa."Apa mereka selalu begitu?" tanya Ophelia dengan suara lembut, namun matanya tidak lepas dari pemandangan itu.Emily, yang berdiri di samping Ophelia, tampak sedikit canggung. Dia menelan saliva sebelum menjawab, "Sepertinya, tapi memang Mr Walton yang mengincar Lova sejak awal." Emily merasa sedikit takut akan salah bicara, takut jika pengakuannya akan membuat Ophelia berpikir berbeda tentang hubungan mereka.Ophelia memandang Emily sejenak dengan ekspresi yang sulit dibaca, seolah merenung. "Caid memang selalu seperti itu" jawabnya perlahan. "Tapi, Lova tampaknya bisa menghadapinya dengan baik."Emily mengangguk ragu, matanya kembali melirik ke arah Caid dan Lova. "Mereka... berbeda dari yang saya bayangkan sebelumnya" kata Emily pelan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   134. Yang belum terungkap

    Caid memutar bola mata jengah, matanya terasa perih karena melihat kemesraan ayah dan ibunya di ruang tempat Lova dirawat. Dari sudut pandangnya, terlihat jelas bagaimana Calton dan Ophelia berbicara dengan penuh perhatian, seolah dunia mereka berputar di sekitar satu sama lain. Sementara dia, entah kenapa, merasa sedikit canggung dengan pemandangan itu.Bayangkan saja, kedua orang tuanya bercerai sejak usia Caid 19 tahun, itu artinya sudah hampir 8 tahun yang lalu. Namun, hari ini mereka tampak seperti pasangan yang tak pernah terpisah.Calton dengan gaya khasnya yang tenang dan berwibawa, duduk disofa sambil menggenggam tangan Ophelia seakan mereka masih menjadi pasangan muda yang saling jatuh cinta.Sementara itu, Ophelia menatap Calton dengan senyuman lembut, tatapan yang penuh kasih dan kehangatan, sesuatu yang jarang Caid lihat di wajah ibunya sejak mereka bercerai.“Jadi rujuk?” Caid akhirnya membuka suara, nada suaranya datar namun mengandung rasa ingin tahu yang tulus.Calton

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   135. Perasaan Caid

    Evelyn.Nama itu, terasa seperti bisikan dari masa lalu yang tiba-tiba muncul kembali, menghantui mereka berdua.Dia mencoba membaca ekspresi Caid, mencari petunjuk lebih jauh, namun yang dia lihat hanyalah campuran antara rasa bersalah dan kepedihan, pandangan yang sulit diartikan.Jika tak ingin merasa sakit, lebih baik Lova tak mendengar cerita Caid. Namun di sisi lain, sesuatu dalam dirinya ingin tahu lebih banyak. Dia ingin memahami Caid sepenuhnya, meskipun tahu bahwa itu akan membukakan luka yang barangkali belum sepenuhnya sembuh“Aku ingin dengar tentangnya” Sekuat tenaga Lova mencoba menenangkan diri dan berbicara dengan lembut dan teraturCaid memejamkan matanya sesaat, seolah sedang mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang telah lama dia pendam. Dia menghela napas berat sebelum berbalik menatap Lova.“Kau yakin ingin tahu?” tanyanya pelan, namun sorot matanya penuh ketegangan. “Ini bukan cerita yang indah, Love. Semuanya mungkin akan membuatmu meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   136. Losin Control

    Seminggu penuh Lova dirawat di rumah sakit, tubuhnya pulih perlahan dan selama seminggu itu, Caid hampir tidak pernah meninggalkannya. Dia ada di sana, memastikan Lova mendapatkan perawatan terbaik, menjaganya dengan cara yang begitu intens dan penuh perhatian.Caid menjelma menjadi bayangan yang tak terpisahkan, selalu hadir, selalu berjaga. Lova tak terganggu dengan sikap Caid yang seperti itu—setidaknya sebagian besar waktu. Dia memakluminya, meskipun kadang tingkah pria itu cukup membuatnya kesal. Terutama ketika Caid menjadi terlalu protektif.Setiap kali Lova bergerak sedikit saja, Caid akan langsung memperhatikannya, seperti seorang penjaga yang siap siaga melindungi. Ketika Lova mencoba meraih gelas air di meja samping ranjangnya, Caid langsung melesat ke arahnya, mengambil gelas itu dengan cepat.“Biar aku saja. Kau masih lemah” katanya sambil menyerahkan gelas tersebut.“Aku cuma minum, bukan mendaki gunung. Lagian karna

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   137. Possessive Caid

    “Sudah cukup lama sejak terakhir kita bertemu, kita hanya berbicara sebentar saat pernikahanku dan Ale dulu” Ucap Liliana, suaranya lembut namun penuh dengan nada nostalgia, padahal belum lewat empat bulan sejak kejadian ituLova tersenyum kecil, merasa ada sedikit ketegangan di antara mereka, meskipun Liliana selalu terlihat anggun dan ramah, ada sesuatu yang agak membuatnya risih yaitu tatapan Aleandro padanya“Caid diam dulu” Lova berdesis pada Caid yang masih memeluknya dan kali ini mengecup pipinya. Posisi pria itu juga ikut berubah, yang semula berdiri dipinggir ranjang kini ikut naik ke atas ranjang dan mendekapnya eratCaid tersenyum tipis, bukannya mengurai pelukan, dia justru semakin erat memeluk Lova, seolah ingin menegaskan posisinya di hadapan Liliana dan Aleandro yang masih dibiarkan berdiri, sengaja. "Aku hanya ingin memeluk istriku" Ucap Caid dengan nada tenang namun penuh arti.Liliana menahan tawa kecil, matanya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   138. The other side of Caid

    Warning! Mengandung penyiksaan!Alasan Caid membawa Lova pulang lebih cepat bukan hanya karena Caid tak ingin banyak yang mengganggu Lova namun juga karena teman-temannya sudah berhasil mendapatkan Meredith dan membuat wanita jalang itu berada dipenjara bawah tanah di mansionnyaTepat setelah memastikan Lova tertidur dengan tenang, Caid meninggalkan kamarnya. Langkahnya cepat dan tegas, menuruni anak tangga menuju lantai dasarDi ruang kerjanya, Dylan, Dayn, Lucius, dan Enid sedang duduk santai di sofa besar, berbincang dengan nada yang agak keras. Begitu Caid tiba, suasana langsung berubah. Keempat pria itu berhenti berbicara dan menatap Caid“Dia sudah tidur?” tanya Dylan“Sudah” jawab Caid pendek, suaranya serak, seolah menahan amarah yang berkecamuk “bagaimana dengan media?” tanya Caid setelahnya“Sejauh ini aman, aku bisa memblokirnya. Tenang saja tak ada satupun yang akan curiga mengenai masala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   139. Efek yang menenangkan

    “Kau darimana?” tanya Lova, dia terbangun karena haus dan ke dapur untuk mengambil minum. Namun hal yang tak dia sangka adalah Caid berdiri di ambang pintu dapur, tubuhnya penuh dengan bercak merah darahRasa khawatir langsung melanda Lova saat melihat Caid dalam keadaan seperti itu. Pandangannya yang tajam seketika berubah menjadi ragu, ada ketegangan di antara keduanya.“Kau... terluka?” tanya Lova dengan suara ragu. Ia tetap diposisi, tak mendekat ataupun menjauhi Caid, matanya terfokus pada darah yang mengotori bajunya.Caid mengangkat tangan, menunjukkan dengan jelas betapa kotornya dirinya. Namun, ia tidak menjawab langsung. Mata abu itu terlihat sayu dan agak berat“Apa yang kau lakukan?” suara Lova kali ini lebih keras dan tegas dari sebelumnyaCaid menatapnya dalam diam, pikirannya seolah terkunci pada sesuatu yang jauh lebih gelap daripada apa yang terlihat“Caid Walton, jawab pertanyaanku!

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 32. Measure of sorrow

    Kamar Lumia dipenuhi aroma bunga segar dan suara gemerisik sutra. Lumia berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan, dengan renda yang menjuntai hingga lantai. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang dibiarkan tergerai, memberikan kilauan keemasan yang membuatnya tampak memukau."Kau terlihat seperti malaikat, sangat cantik" ujar seorang wanita yang membantu menyempurnakan veil pengantinnya.Lumia hanya tersenyum kecil, tetapi ada kilatan gugup di matanya.Pintu terbuka, ayahnya, Petrus, muncul dengan setelan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan jas abu-abu tua. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya menyiratkan kebanggaan yang sulit disembunyikan.“Lumia” panggilnya lembut, suaranya sedikit serak. Ia berjalan mendekat, memperhatikan putrinya yang kini terlihat begitu dewasa dan cantik“Papa..” Lumia berseru lirih. Rasanya dia hendak menangis namun dia tak enak dengan perias yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 31. Reveal

    Lumia menatap cincin di jari manisnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Cincin itu tidak berkilau mewah, tetapi desainnya elegan, seolah-olah Dylan tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.Namun, yang lebih membuatnya gelisah adalah momen ketika cincin itu dipakaikan ke jarinya—begitu mendadak, tanpa persiapan, tanpa janji, dan di depan ayahnya yang sakit.Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke detik-detik itu.Dylan berdiri di hadapannya dengan raut serius, sementara Petrus mengangguk kecil, memberikan persetujuannya tanpa banyak bicara. Lumia bahkan tidak sempat memproses semuanya sebelum Dylan berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya, dan menatap matanya dengan intens.Lumia bahkan belum mengenal siapa pun dari keluarga Dylan. Orang tua pria itu, saudara, bahkan masa lalunya yang lebih dalam—semuanya adalah misteri baginya. Lumia mengerti bahwa Dylan bukan tipe orang yang suka membuka diri, tetapi jik

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 30. Lamaran

    Lumia tak bisa tenang selama disekolah, karena itu baru 10 menit sejak kelas pertama, dia langsung izin untuk pulang untuk menemani papa-nya. Namun apa yang didengarnya setelah sampai dirumah sungguh membuat dunia terasa hampaPapanya sakit dan Lumia tak tahu sama sekali“Mia...”“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” tanyanya akhirnya, suaranya serak, hampir berbisik. Air mata yang ia tahan mulai memburamkan pandangannya. “Kenapa Papa tidak bilang apa-apa padaku?”Petrus menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan lelah. “Papa tidak ingin kau khawatir, sayang. Kau masih muda, masih punya banyak hal yang harus kau pikirkan. Papa tidak ingin menjadi beban untukmu.”“Beban?” suara Lumia meninggi, nada protes yang bercampur kesedihan. “Papa bukan beban! Aku ini anak Papa, aku berhak tahu! Aku bisa membantu! Kenapa Papa malah menyembunyikan ini dariku? Apa papa akan pergi t

DMCA.com Protection Status