Share

132. Pregnant

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 14:01:01

Caid membuka pintu ruang perawatan dengan langkah tegas, wajahnya dingin dan tak terbaca. Meskipun penampilannya agak berantakan, maklum dia begitu tergesa kembali ke New York karena takut dengan ancaman perceraian dari Lova. Dia tak ingin menduda disaat penikahan mereka bahkan belum 24 jam terjadi.

Caid tak peduli pada pandangan aneh perawat dan dokter yang ia lewati di koridor rumah sakit. Yang ada di benaknya hanyalah wajah Lova yang marah dan dingin. Ancaman perceraian itu seperti pisau yang terus menusuk dadanya.

Saat pintu ruangan Lova terbuka, mata abu itu tertuju pada Lova yang duduk di tempat tidur dengan posisi bersandar, wajahnya menunjukkan ekspresi lelah bercampur kesal. Gaun pengantinnya sudah berganti menjadi baju piyama pasien rumah sakit yang longgar

“Kau terlambat 1 jam 34 menit, Caid Walton”

“Love” panggil Caid pelan, agak takut sebenarnya

Lova sudah menunggunya, wajahnya pucat tetapi sorot matanya tajam d

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yulika sari
yahhh akhirnya lova hamiill
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   133. Rujuk

    Ophelia tersenyum samar, menatap ke arah Caid dan Lova yang tampak begitu nyaman dalam pelukan di atas ranjang. Ada sesuatu yang hangat dan penuh perhatian antara keduanya, meskipun situasi itu terasa sedikit tidak biasa."Apa mereka selalu begitu?" tanya Ophelia dengan suara lembut, namun matanya tidak lepas dari pemandangan itu.Emily, yang berdiri di samping Ophelia, tampak sedikit canggung. Dia menelan saliva sebelum menjawab, "Sepertinya, tapi memang Mr Walton yang mengincar Lova sejak awal." Emily merasa sedikit takut akan salah bicara, takut jika pengakuannya akan membuat Ophelia berpikir berbeda tentang hubungan mereka.Ophelia memandang Emily sejenak dengan ekspresi yang sulit dibaca, seolah merenung. "Caid memang selalu seperti itu" jawabnya perlahan. "Tapi, Lova tampaknya bisa menghadapinya dengan baik."Emily mengangguk ragu, matanya kembali melirik ke arah Caid dan Lova. "Mereka... berbeda dari yang saya bayangkan sebelumnya" kata Emily pelan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   1. Relova Luvena

    Deep House Bar and Cassino Club, Chicago, US, 01.10 AMBunyi dentuman musik terdengar dengan nyaring disertai seruan orang-orang yang berada di lantai dansa. Seorang wanita cantik dengan cocktail dress pendek berwarna merah berkilau itu melangkah dengan percaya diri. Membuat orang-orang yang berada di depannya otomatis menyingkir, membuka jalan bagi sosok wanita yang menjadi primadona para pria di tempat itu.Relova Luvena, wanita cantik yang menjadi perhatian semua pria ditempat itu kini berjalan menuju seorang wanita lain dengan mini dress berwarna hitam yang duduk di depan sebuah meja bar. Tangan wanita itu memutar gelas bening berisi cairan berwarna merah keunguan.“Kamu terlambat” Ucap Emily, wanita yang mengenakan mini dress hitam dan duduk di depan meja bar itu adalah Emily Yonsen, sahabat seorang Relova Luvena.“Bukannya bintang memang selalu muncul belakangan” Seru Lova membuat Emily mendengus keras, dia meneguk minuman beralkohol itu sambil menatap Lova dengan tatapan menila

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   2. Caid Walton

    President Private Suite Room, Hotel in Milan, Italia03.32 AM“Shit!” Pria dengan tubuh atletis itu mengumpat sambil mendorong wanita seksi yang berada di depannya dengan kasar. Mata abu-abu itu menatap penuh amarah“Sudah ku bilang jangan pernah menciumku!” Pria itu mengusap bibirnya dengan punggung tangan, seakan jijik dengan tingkah wanita yang baru saja mencium dirinya. Membuat wanita itu menatapnya dengan bingung akan penolakan sang pria“Bukankah kita harus berciuman sebelum bermain, Caid?” Seru wanita berpakaian minim yang sudah nyaris terbuka bagian depannya.“Kau sudah melanggar persyaratan nya Georgina” Suara berat dan sarat akan aura berbahaya itu sontak membuat tubuh Georgina memanas. Matanya menatap sosok Caid dengan penuh damba, dia mendekat dengan sensual lalu memeluk tubuh Caid dan mengusap dada pria itu.“Itu hanya ciuman Caid, kenapa kau sensitive sekali” Ucap Georgina dengan suara yang dibuat manja.Jika pria lain mungkin mereka akan langsung menerjang Georgina seca

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   3. Pertemuan Pertama

    Boston, Amerika 11.00 AM“Relova” mendengar namanya dipanggil sontak gadis dengan rambut coklat yang diikat menjadi satu dan sebuah kacamata bulat dengan frame bening itu menoleh ke belakang.Tampilannya disiang hari jauh berbeda dibanding saat malam hari. tetapi, meski Lova menggunakan kaca mata dengan setelah sederhana, dia tidak terlihat seperti mahsiswa kolot justru tampilannya terlihat lebih sederhana dan polos.“Ya?” Jawabnya sambil tersenyum tipis“Ha-hai aku Alex Ederson” ucapnya sambil menjabat tangan Lova“Oke dan sepertinya kau sudah mengenalku” Lova tertawa kecil membuat pria itu salah tingkah namun tak ayal dia mengangguk meng’iya’kan ucapan Lova jika Alex mengenal wanita itu“Emm, apa kau akan pulang?”“Tidak, rencananya aku ingin ke perpustakaan lalu auditorium. Kau butuh sesuatu?” Lova bertanya bukan karena tak tau, namun Lova memilih pura-pura tak tau jika lelaki itu tertarik padanya.“A-apa kau bisa membantuku dengan tugas Mrs. Suya. Aku tidak bisa mengerjakannya?” t

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   4. Perasaan yang buruk

    Sorakan terdengar semakin keras saat Caid Walton menyelesaikan sambutannya, Lova ikut bertepuk tangan sebagai formalitas. Lova sadar jika dari tadi pria itu selalu menatap ke arahnya.Lova tidak masalah dengan hal itu, yang mengusiknya bukanlah tatapan Caid melainkan pekikan wanita pirang di sebelahnya saat wanita itu mengira jika Caid menatap kearah mereka. Mau menjelaskan jika yang ditatap adalah dirinya? Hey nanti yang ada Lova dikira terlalu percaya diri.Sang MC kembali berdiri di tengah panggung sambil terus berbicara. Lova tidak terlalu memperhatikan karena wanita pirang di sebelahnya itu sangat hiperaktif. Merasakan jika telinganya mulai sakit, Lova menghela nafas pelan dan menatap wanita itu“Permisi” Wanita itu menoleh, dari tatapannya saja Lova bisa menebak jika wanita itu tau tentang dirinya ”Bisa pelankan sedikit suaramu, itu mengangguku” Lova berucap dengan nada manisnya“Oh Lo-lova, maaf menganggumu” Wanita itu mencicit. Lova yakin jika dia baru sadar jika Lova sudah du

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   5. Menarik perhatian iblis

    “Ku kira kau tidak akan kemari? Bukannya kau sudah mendapatkan mainan baru?” Dayn bertanya pada seorang pria dengan setelan kemeja hitam yang dipadukan dengan celana kain dengan warna serupa yang baru saja duduk di kursi ruangan mereka, pria itu tidak lain adalah Caid WaltonSetelah sibuk dengan semua jadwalnya akhirnya Caid dapat merilekskan dirinya di club malam ini. Tapi jangan salah, tempat yang di datanginya bukanlah club malam biasa, tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat seperti ini.Hanya orang-orang dari kelas tertentu yang bisa kemari, hal itu kerena semua identitas baik para tamu, penghibur, bahkan pelayan sekalipun menjadi rahasia yang tidak bisa disebarluaskan.“Dia sudah mati” Sahut Caid santai. Lucius tertawa pelan. Dia tau jika Georgina pasti akan memancing amarah seorang Caid“Sepertinya memang Jess yang terbaik untukmu” Sahut Dayn membuat Caid mendengus.“Sayang sekali kau pergi ke Italia kemarin padahal jika kau berada disini kau bisa bertemu Angelic” Seru Luci

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   6. Penyusup kecil

    Jemari Lova bergerak dengan lihai pada keyboard laptopnya. Cahaya dari layar laptop memantul di wajahnya, menampilkan fokus dan konsentrasi yang mendalam. Di layar, baris-baris kode dan jaringan keamanan sebuah perusahaan mulai muncul.Clik.. bunyi sistem keamanan yang berhasil Lova bobol membuat bibirnya tersenyum lebar"Mari kita lihat apa yang sebenarnya mereka sembunyikan." Lova bergumam dengan senyum lebar dibibirnyaLova telah menghabiskan waktu terakhir untuk mempelajari sistem keamanan perusahaan Malkin, sebuah perusahaan besar yang dikenal di bidang eksport import minyak bumi.Secara kebetulan Malkin bukan hanya nama perusahaan, tapi juga nama belakang dari pria yang berkencan dengannya minggu lalu. Atau lebih tepatnya, pria yang mengundangnya untuk makan malam dalam rangkaian "kencan" nya."Wah, mereka benar-benar buruk" gumam Lova, matanya menyipit saat dia mulai membaca beberapa dokumen yang dia temukan di folder rahasia perusahaan. Isi dokumen itu mengejutkan. Di dalamnya

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   7. Hide and seek

    “Ada apa denganmu?” tanya Dylan yang menyadari perubahan ekspresi wajah CaidCaid menoleh ke arah Dylan dengan mata yang berkilat. Jari telunjuknya bergerak mengetuk meja dengan seringaian lebar"Penyusup ini... dia sangat terampil. Melihat cara dia menembus sistem kita, dia bukan hacker sembarangan. Ini semacam seni baginya."Dylan mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Caid sebelum akhirnya melotot tak percaya "Jadi kau kagum pada orang yang merugikan kita?"Caid mengangguk, masih dengan seringai di wajahnya. "Ya, harus kuakui, sedikit kagum. Banyak orang yang mencoba menembus sistem kita, baik kembaranmu, Enid maupun Lucius, kita semua memiliki kemampuan dan keamanan diatas rata-rata, tapi ini adalah salah satu serangan yang paling tajam yang pernah kulihat. Siapapun dia, dia tahu apa yang dia lakukan dan itu membuatku tertarik." Caid menjelaskan dengan panjang hingga membuat Dylan tercengang. Dylan terkejut karena Caid tidak pernah me

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   133. Rujuk

    Ophelia tersenyum samar, menatap ke arah Caid dan Lova yang tampak begitu nyaman dalam pelukan di atas ranjang. Ada sesuatu yang hangat dan penuh perhatian antara keduanya, meskipun situasi itu terasa sedikit tidak biasa."Apa mereka selalu begitu?" tanya Ophelia dengan suara lembut, namun matanya tidak lepas dari pemandangan itu.Emily, yang berdiri di samping Ophelia, tampak sedikit canggung. Dia menelan saliva sebelum menjawab, "Sepertinya, tapi memang Mr Walton yang mengincar Lova sejak awal." Emily merasa sedikit takut akan salah bicara, takut jika pengakuannya akan membuat Ophelia berpikir berbeda tentang hubungan mereka.Ophelia memandang Emily sejenak dengan ekspresi yang sulit dibaca, seolah merenung. "Caid memang selalu seperti itu" jawabnya perlahan. "Tapi, Lova tampaknya bisa menghadapinya dengan baik."Emily mengangguk ragu, matanya kembali melirik ke arah Caid dan Lova. "Mereka... berbeda dari yang saya bayangkan sebelumnya" kata Emily pelan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   132. Pregnant

    Caid membuka pintu ruang perawatan dengan langkah tegas, wajahnya dingin dan tak terbaca. Meskipun penampilannya agak berantakan, maklum dia begitu tergesa kembali ke New York karena takut dengan ancaman perceraian dari Lova. Dia tak ingin menduda disaat penikahan mereka bahkan belum 24 jam terjadi.Caid tak peduli pada pandangan aneh perawat dan dokter yang ia lewati di koridor rumah sakit. Yang ada di benaknya hanyalah wajah Lova yang marah dan dingin. Ancaman perceraian itu seperti pisau yang terus menusuk dadanya.Saat pintu ruangan Lova terbuka, mata abu itu tertuju pada Lova yang duduk di tempat tidur dengan posisi bersandar, wajahnya menunjukkan ekspresi lelah bercampur kesal. Gaun pengantinnya sudah berganti menjadi baju piyama pasien rumah sakit yang longgar“Kau terlambat 1 jam 34 menit, Caid Walton”“Love” panggil Caid pelan, agak takut sebenarnyaLova sudah menunggunya, wajahnya pucat tetapi sorot matanya tajam d

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   131. Pengendali

    Dayn mengamati pergerakan dari kejauhan melalui teropong khusus miliknya “Mereka terlihat terlalu tenang. Apa menurutmu mereka tahu kita datang?”Caid, yang berdiri di sebelahnya, menyeringai dingin. “Biar saja mereka tenang. Mereka tidak tahu apa yang akan menghantam mereka setelah ini.”“Kau yakin akan meledakan gedung itu?” tanya Dylan tak yakin“Jika dia masih bersembunyi layaknya tikus, aku tak punya pilihan lain”“Banyak manusia tak bersalah disana” tambah Dylan menasehatiDayn menurunkan teropongnya, melirik pada saudara kembarnya lalu menatap Caid dengan ekspresi serius. “Dylan benar. Jika kau meledakkan gedung itu, kau tidak hanya akan menargetkan mereka yang bersalah. Ada banyak nyawa di sana. Apa kau benar-benar siap menanggung akibatnya?”Caid memandang Dylan dan Dayn dengan dingin, rahangnya mengeras. “Aku tidak meminta persetujuan kalian. Aku sudah memberikan mereka cukup banyak waktu untuk menyerah. Kalau mereka memilih bersembunyi di balik perisai manusia tak bersalah,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   130. Sekutu Meredith

    Virginia, Markas CIAMeredith melangkah dengan tergesa-gesa ke kantor Louis Belucci, salah satu petinggi tertinggi di CIA yang selama ini menjadi sekutunya. Wajahnya memerah karena marah, dan napasnya tersengal. Dia hampir menerobos pintu tanpa mengetuk, tetapi dua pengawal Louis segera menghadangnya.“Louis, aku butuh bantuan!” serunya, suaranya hampir histeris.Pintu terbuka dengan perlahan, dan Louis duduk dengan sikap tenang di balik meja kayu besar, kedua tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya tampak tidak terganggu, tetapi ada kilatan dingin di matanya yang memperingatkan.“Biarkan dia masuk” katanya singkat, mengisyaratkan pengawalnya untuk membiarkan Meredith masuk.Begitu pintu ditutup, Meredith langsung meledak. “Apa kau tahu apa yang sedang terjadi? Walton dan kelompoknya akan menyerang kita! Ini gila! Kita butuh pasukan tambahan, sistem pertahanan yang lebih kuat—apa kau mendengarku?”Louis memandang Meredith dengan tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang m

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   129. Mengakhirinya

    New York Memorial HospitalCaid terus menggenggam tangan Lova, tidak peduli dengan noda darah di bajunya. Dokter dan perawat bergerak cepat, membawa Lova ke ruang operasi darurat."Dia kehilangan banyak darah" ujar salah satu dokter. "Kita harus segera melakukan tindakan."Caid mencoba mengikuti mereka, tetapi seorang perawat menghalangi jalannya. "Maaf, Tuan, Anda harus menunggu di luar.""Tidak! Aku tidak akan meninggalkannya!" sergah Caid, matanya dipenuhi kemarahan.Calton, yang baru tiba di rumah sakit bersama Ophelia, mendekati Caid dan meletakkan tangan di bahunya. "Biarkan mereka bekerja, Caid. Kau harus mempercayai mereka."Dengan enggan, Caid mundur, meskipun matanya tetap tertuju pada pintu ruang operasi. Dia merasa tidak berdaya, sesuatu yang jarang dia rasakan dalam hidupnya.“Harusnya aku langsung membunuh wanita jalang itu sejak dulu” Caid menggeram, menyalahkan dirinya sendiri. Dia menatap

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   128. Tragedi

    Dor!Tembakan menggema di aula, menghentikan musik dan percakapan. Jeritan tamu terdengar bersahut-sahutan, menciptakan kepanikan yang langsung menyebar. Lova terhuyung, tangan kanannya bergerak memegang dadanya yang mulai berwarna merah."Lova!" teriak Caid, menangkap tubuhnya sebelum terjatuh. Dia memeluk istrinya erat-erat, ekspresinya campuran antara keterkejutan dan kemarahan.Calton segera bergerak, berlari ke arah mereka sementara Ophelia dengan sigap mencari perlindungan di balik meja, memandang situasi dengan tatapan penuh ketegangan.Para pengawal dengan badge Walton yang berada di sekitar aula langsung bereaksi. Salah satu dari mereka berhasil melumpuhkan pria bersenjata itu sebelum dia bisa melepaskan tembakan lagi."Lova, tetap bersamaku" bisik Caid panik, menekan luka di dada Lova untuk menghentikan pendarahan. Matanya menatap penuh rasa takut, sesuatu yang jarang terlihat dari seorang pria seperti dia.Lova mencoba tersenyum,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   127. Wedding Day

    Hari pernikahan yang sangat ditunggu oleh Caid akhirnya tiba dengan segala kemegahannya. Sebuah aula besar di pusat kota New York disulap menjadi tempat yang tampak seperti diambil dari mimpi: lampu kristal bergemerlapan, bunga-bunga eksotis menghiasi setiap sudut, dan lantunan musik klasik mengalun lembut di udara.Lova berdiri di ruangan rias, mengenakan gaun putih yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Wajahnya yang cantik terlihat dingin, tapi ada sorot mata yang menunjukkan kegelisahan.Dia... .. ragu"Anda cantik sekali nona" ujar salah satu asisten riasnya.Lova hanya tersenyum tipis, lalu menatap bayangan dirinya di cermin. Dalam hati, ia masih bertanya-tanya apakah keputusan ini adalah langkah yang tepat. Tapi kemudian, bayangan Caid melintas di pikirannya, dan entah kenapa, hal itu memberinya sedikit keberanian.Di luar, Caid berdiri di ujung altar, mengenakan setelan hitam yang membuat auranya semakin mendominasi. Tatapannya terus tertu

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   126. Why you so obses with me

    Lova perlahan membuka matanya, kebingungannya terlihat jelas di wajahnya. Cahaya lampu ruangan rumah sakit terasa terlalu terang untuk matanya yang baru saja terbuka. Dia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi merasakan genggaman kuat di tangannya."Love..." suara Caid terdengar lembut, namun penuh dengan nada emosional yang jarang ia tunjukkan. Matanya yang biasanya tajam kini dipenuhi rasa khawatir yang sulit disembunyikan. "Kau sadar."Lova mencoba tersenyum tipis, meskipun wajahnya terlihat lelah. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan."Kau pingsan" jawab Caid sambil menatapnya dengan penuh perhatian.Lova terdiam sejenak, mengingat kilasan terakhir yang ia lihat sebelum kehilangan kesadaran. Gambar tubuh Robertino yang tergeletak di lantai kembali menghantui pikirannya. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri."Maaf" gumamnya pelan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi... semuanya terlalu berat."C

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   125. Psycho

    “Jika ku katakan sekarang semuanya ada dalam kendali Caid Walton, apa kau akan percaya, Relova?”Lova merasa hatinya bergetar. Robertino menyebutkan nama Caid dengan cara yang jauh lebih dalam dan penuh makna. Ada kebenaran di balik kata-kata pria ini, meskipun dia tahu bahwa Robertino adalah seorang yang berbahaya dan manipulatif. Namun, semakin banyak yang diungkap, semakin banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya."Apa yang ingin kau katakan?" suara Lova menjadi lebih tegas, meski masih ada kekhawatiran yang mendera. "Kau mengungkapkan hal-hal yang tidak mudah dipercaya begitu saja.""Percayalah, Relova." Robertino menatapnya dengan mata yang penuh perasaan. "Caid Walton sudah memiliki kendali penuh atas semua permainan ini. Dia bukan hanya kepala kudeta, dia adalah otak di balik semuanya. Semua yang terjadi di sekitar kita... Ada dua sisi dari koin, dan kau baru saja terjebak di salah satunya. Pikirkan baik-baik, dia tidak mungkin bisa menggu

DMCA.com Protection Status