Home / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / BAB 49 ~ ADA UDANG DI BALIK BATU

Share

BAB 49 ~ ADA UDANG DI BALIK BATU

Author: R_niThio
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Suara sahutan dengan nada tinggi dari suatu tempat di dalam rumah langsung menyapa indra pendengaran Debby meskipun batang hidung si pemilik suara belum tampak. Debby memutar bola matanya. Ia lalu membalikkan tubuh untuk menutup pintu.

Ketika kembali berbalik, sang mami sudah berada di hadapannya. Tak ada senyum hangat yang menyambut kepulangannya, hanya raut wajah yang menampilkan ketidakpuasan dan ketidaksenangan. Debby menghela napas lirih.

‘Ah, selalu aja kayak gini!’

Di belakang Liliana, seorang pria paruh baya yang masih tampak gagah tengah berjalan mendekat ke arah dua wanita beda generasi itu. Senyum lebar menghiasi wajahnya yang mulai dihiasi kerut-kerut halus. Namun, jejak ketampanan di masa muda masih tampak jelas terpahat di sana.

“Anak Papi sudah sampai rupanya. Ayo, duduk sini!” ajak Gunawan yang sudah lebih dahulu mendaratkan bokongnya di sofa empuk di ruang tamu. “Kamu pasti lelah. Ayo, istirahat dulu.”

“Nggak sampai selelah itu, Pi,” timpal Debby, tetapi didudukkannya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 50 ~ AMUKAN SINGA

    Debby menjawab saran sang papi dengan anggukan kepala sebelum masuk kamar. Ruangan berukuran sedang yang mendapat limpahan cahaya matahari itu memang jarang ia tempati sejak orang tuanya memutuskan untuk menghabiskan masa tua mereka di rumah ini. Tepatnya sejak sang mami pensiun dari pekerjaannya sebagai kepala kantor cabang di salah satu bank swasta di ibu kota tiga tahun yang lalu.Tak ingin membuat orang tuanya menunggu lama, Debby segera meletakkan tas bahu dan tas yang berisi pakaian ganti di atas meja rias. Lemari pakaian di kamar ini nyaris kosong melompong, hanya berisi tumpukan seprei dan selimut. Sejak awal rumah ini ditempati orang tuanya, Debby tidak ikut memindahkan barang-barang miliknya ke dalam kamar ini, apalagi saat itu ia juga tengah mencari rumah untuk dirinya sendiri. Rumah lama mereka terlalu besar jika hanya ditempati oleh dirinya seorang. Alhasil, setiap kali Debby menginap di sini, ia harus selalu membawa pakaian ganti.

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 51 ~ HENGKANG

    Debby berusaha keras untuk bersabar dan menahan kemarahan. Namun, dalam hati ia sudah menjerit kesal. ‘Argh! Selalu aja memaksakan kehendak!’“Kalau aku nggak mau?” tantang Debby dengan dagu terangkat. Kedua lengannya dilipat di depan dada.“Debby!” panggil Papi tegas. Tatapan tajam lelaki berumur itu mengarah pada lengan Debby lalu beralih ke wajahnya dan kembali lagi menatap ke bawah.Lagi-lagi Debby mengembuskan napas. Namun, diturunkannya juga kedua lengannya ke atas pangkuan. Postur tubuhnya yang semula duduk dengan kaku pun ikut melemas. “Maaf, Pi.”“Jangan sama Papi,” tolak Gunawan yang kembali melembut.“Maaf, Mi. Tapi aku benar-benar nggak mau kenalan sama orang asing atau bahkan dijodoh-jodohkan,” protes Debby. “Buat apa sih, Mi? Kalau aku mau aku bakal cari sendiri.”

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 52 ~ MENGADU

    Debby tak menghiraukan rasa ingin tahu sang asisten rumah tangga. Ia terus saja berjalan menuju pintu utama. “Maafkan aku, Bi. Aku nggak mau bohong sama Bi Siti,” gumam Debby sembari menutup pintu depan.Tak lama kemudian, Debby sudah melajukan mobil kesayangannya menjauhi rumah orang tuanya. Beruntung rute yang harus ia tempuh berbeda arah dengan gereja yang sedang dikunjungi oleh orang tuanya. Debby merasa santai, toh ia memang tidak sedang terburu-buru.Selagi berada di Kota Kembang ini, Debby memutuskan untuk sekalian bernostalgia sejenak ke masa-masa ketika tengah mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ini. Debby melajukan kendaraannya ke daerah kos-kosan yang dahulu ia tempati bersama dengan Fanny. Banyak kenangan yang terpatri di sana karena dari tempat itulah persahabatan Debby dan Fanny dimulai.“Hmm, sudah banyak yang berubah,” gumam Debby seraya melajukan ken

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 53 ~ BAYANGAN MENGEJUTKAN

    Debby menunduk dan menutup mulutnya dengan satu tangan. Tubuhnya lama-lama berguncang dengan keras. Tak kuat berdiri, Debby akhirnya menjatuhkan tubuh hingga berjongkok.Ia meluapkan semua amarah, kekecewaan, dan sakit hati pada sang mami lewat air mata. Dengan menggigit punggung tangan, Debby berusaha meredam isak tangisnya. Dadanya terasa sesak dan napasnya tersengal-sengal. Sesekali, Debby bahkan sampai membuka mulutnya untuk meraup oksigen banyak-banyak.Setelah puas menumpahkan kekesalan hati, Debby mulai berusaha menguasai diri. Tubuhnya tidak lagi berguncang-guncang. Isak tangisnya juga sudah berganti menjadi sesenggukan kecil. Cairan bening yang menganak sungai di wajah sudah semakin berkurang. Jejak-jejaknya pun sudah dibersihkan. Tampak di samping kanan Debby, seonggok tisu bekas pakai yang wujudnya sudah tak beraturan.Kini, Debby sudah duduk bersila di depan batu nisan. Ia tak peduli jika pak

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 54 ~ SERANGAN PANIK

    Tak ingin memperpanjang otaknya berkelana tentang pria itu, Debby segera menggerakkan roda kemudi meninggalkan tanah lapang. Ketika sedang memundurkan mobilnya, Debby baru teringat sesuatu. Ia menyadari kalau kedua mobil SUV hitam dan sedan putih yang tadi pagi sudah berada di tanah lapang sebelum dirinya tiba sekarang sudah tidak tampak.“Oh, astaga! Apa tadi ada yang dengar suara tangisanku? Duh, moga-moga aja sih nggaklah, ya,” harap Debby sambil terus menggerakkan roda kemudi.“Tapi … kalau ada yang dengar juga, ya, bodoh amatlah!” putus Debby kemudian.Sebelum memasuki jalan beraspal, Debby menoleh ke belakang sebentar dan bergumam, “Aku pulang dulu, Tante.”Namun, alih-alih langsung melarikan mobilnya ke rumah, Debby justru membelokkan kendaraan SUV-nya ke salah satu mal di ibu kota. Selain untuk mengisi perut, ia juga berniat untuk menghabiskan waktu

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 55 ~ SUTET

    Kelegaan sekonyong-konyong membanjiri hati Debby begitu mendengar suara yang sudah sangat dikenalnya dengan baik. Untuk sesaat tadi, ia mengira kalau dirinya sudah gegabah menerima panggilan telepon. Ia tidak sempat memperhatikan siapa yang meneleponnya.Kali ini, Debby tidak keberatan dengan mulut Fanny yang bawel. Ia jadi bisa mengatur napasnya lebih dahulu supaya emosinya mereda. Sembari menyimak pertanyaan Fanny, Debby kembali memejamkan mata sejenak. Kedua sikunya kembali bertumpu pada meja rias. Tangannya yang bebas memijit-mijit pangkal hidungnya dengan ibu jari dan jari telunjuk.“Deb?” panggil Fanny dengan tidak sabar.“Ya, aku masih di sini.”“Kamu baik-baik aja, ‘kan? Kenapa lesu? Ada masalah apa?”“Hmm,” jawab Debby dengan enggan, “biasalah.”“Tengkar lagi sama Tante Lily?&rdq

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 56 ~ TERBAKAR

    Debby menimbang-nimbang sejenak apakah mau langsung menelepon William saja atau mengkonfrontasi lelaki itu melalui pesan percakapan. Akhirnya, pilihan jatuh pada opsi pertama. Lagi-lagi Debby mengambil napas panjang sebelum menyentuh ikon telepon pada layar ponsel.“Hai, Debby,” sahut William dengan riang.‘Astaga! Langsung dijawab! Baru juga dering pertama kayaknya. Memangnya dia lagi pegang ponsel?’“Wah, senang banget akhirnya Debby mau menghubungiku!”“Maaf, Pak, jangan keburu senang dulu! Saya menelepon Bapak bukan buat menyapa Bapak kok!” timpal Debby dengan perasaan dongkol mendengar nada riang dari seberang telepon.“Oh? Lantas?”“Dengan segala hormat, Pak, saya cuma mau minta sama Bapak supaya jangan menguntit saya lagi.”“Eh? Menguntit?” tanya Wi

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 57 ~ SOSOK TAK KASATMATA

    William hanya diam saja sembari mengelap keringat di wajah dan lengan. Ia menggunakan bandana tipis warna biru tua untuk menahan rambut bagian depannya yang biasanya jatuh menutupi sebagian keningnya. Kaus olahraga yang dikenakannya juga sebagian sudah berubah warna menjadi lebih gelap.“Gila, ya!” seru Leon ketika tidak mendapatkan respons apa-apa dari William. “Sudah dipanggil mendadak, main juga diserang habis-habisan! Ampun!” gerutu Leon tanpa jeda. “Nggak kasih kesempatan buat ambil napas lagi!”“Lawanlah kalau gitu! Jangan melempem! Ayo!” ajak William sembari meletakkan handuk kecil di atas tas olahraga warna biru dongker dengan kombinasi putih.“Astaga! Harus secepat ini?” sungut Leon. Namun, diturutinya juga permintaan William.Meskipun lelaki berdagu belah itu berhasil mengalahkan Leon pada ronde pertama, tetapi William masih merasa

Latest chapter

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 187 ~ BUKAN ALERGI

    “Apa maksudmu, Baby?!” tuntut William yang kaget setengah mati.Jantungnya langsung menggila mendengar keputusan sepihak yang meluncur dari bibir mungil sang kekasih. Hati William menolak keras untuk mencerna maksud yang terkandung di dalamnya. Namun, otaknya jelas-jelas menerima pesan tersebut dengan sangat gamblang. Seketika, otaknya dipenuhi dengan kata-kata keramat yang sangat dihindari oleh lelaki itu.William pun langsung menyambar tangan Debby yang keburu membelakanginya. Namun, sebelum tubuh kekasihnya berbalik sepenuhnya, William masih sempat melihat kekasihnya menutup mulut dan mendengar suara isakan lirih. William langsung mengernyit. Hatinya sedikit terusik dengan sikap dan omongan Debby yang lagi-lagi saling bertolak belakang di saat bersamaan.“Baby?” panggil William dengan lebih lembut saat wanita itu tetap me

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 186 ~ UJUNG PENANTIAN

    William berusaha keras untuk tidak menyentuh wanita yang duduk di sampingnya—meski tak sedekat biasanya, apalagi saat wanita itu mengangguk tak mantap sambil menggigit bibir bawahnya.“Kurang lebih,” jawab Debby. “Aku sadar kalau aku selalu menghindar tiap kali Koko memintaku buat melangkah ke jenjang yang lebih serius. Kupikir aku bisa kayak gitu dulu buat sementara waktu. Tapi ternyata yang terakhir kemarin itu ....”Debby mengangkat bahu sambil tersenyum sendu sementara William agak terusik dengan sesuatu yang diucapkan kekasihnya. Ia pun menautkan kedua alisnya meski berusaha untuk tak menyela.“Aku nggak tahu apa yang terakhir itu yang paling parah,” lanjut Debby, “atau justru saking banyaknya Koko nimbun kekesalan jadi bikin Koko jaga jarak sama aku. Tapi apa pun itu, yang jelas aku mau minta maaf sama Koko soal ini. Bolak-balik aku selalu mengecewakan Koko. M

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 185 ~ IRIT BICARA BIKIN GALAU

    “Wow!” seru Debby yang masih takjub dengan kabar bahagia yang dibawa oleh sahabatnya. Ujung-ujung bibir Debby sudah terangkat sejak tadi.“Jadi, benar ini dari Ko Niel?” tanya Debby lagi sembari mencermati sebentuk cincin bermata berlian tunggal yang tersemat pada jari manis tangan Fanny.Wanita berambut sebahu itu sekarang sudah duduk di hadapannya. Namun, Debby belum melepas genggaman tangannya sejak dirinya melihat kilau sebuah cincin baru yang ia tahu belum pernah dikenakan oleh Fanny sebelumnya.Debby ikut berbahagia untuk Fanny yang senyumnya juga tak pernah lekang dari wajah perseginya sejak muncul di hadapan Debby. “Aku benar-benar ikut senang, Fan. Ya ampun. Selamat, ya, Say. Selamat. Omong-omong, kapan Ko Niel melamar?”“Uhm ... baru hari Sabtu kemarin sih,” ucap Fanny dengan pipi merona.

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 184 ~ PAMER CINCIN

    Di hadapan William, kini tersaji semangkuk bubur ayam tanpa kuah bumbu. Hanya ada bubur nasi yang sudah bercampur dengan potongan daging ayam dengan pugasan kulit pangsit goreng, irisan seledri, tongcai, dan cakwe. Kekasihnya bahkan juga menyediakan kecap asin di mangkuk terpisah yang ukurannya jauh lebih kecil.William kembali termangu sambil menatap sajian itu. Hatinya benar-benar terbelah dua. Ia merasa sangat bahagia sekaligus frustrasi. Baru kali ini, ia dilayani untuk sarapan sampai sedemikian rupa, apalagi oleh wanita yang sangat dicintai dan diinginkannya. Selain sosok sang mami tentu saja.“Kenapa cuma dilihat aja, Ko? Oh, astaga! Apa Koko nggak suka bubur ayam?”Suara merdu sang kekasih menyentak angan William. Ia gelagapan sesaat sebelum menimpali, “Oh, gak apa-apa kok, Baby. Siapa bilang Koko gak suka bubur ayam? Koko cuma lagi

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 183 ~ DI PERSIMPANGAN

    William memang memutuskan untuk bersikap biasa saja sebelum mengetahui dengan pasti apa keinginan kekasihnya dari hubungan mereka ini. Namun, tetap saja lelaki itu tak bisa menahan ujung-ujung bibirnya yang mulai terangkat setelah mendengar pesan suara dari Debby. Ia pun melempar tubuhnya ke matras sambil terkekeh kecil.“Ya, Tuhan. Seperti ini nih yang bikin Koko gak bisa berpaling dari kamu, Baby. Bagaimana kelak Koko bisa hidup tanpamu?”Tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi. Ada satu lagi pesan suara yang masuk dari kekasihnya.“Ko Billy? Koko baik-baik aja? Kenapa nggak ada respons, Ko? Aku tahu Koko sudah buka pesan suaraku. Jangan nakut-nakutin aku, Ko. Aku mencemaskan Koko. Kalau Koko butuh aku, bilang aja. Aku bakal menemani Koko. Aku sayang sama Koko.”Lagi-lagi William tak bisa menahan senyum. Namun, se

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 182 ~ ALARM GARIS KERAS

    William terjun ke dalam air dan langsung menghilang di bawah permukaan air yang seketika bergolak seakan baru saja terjadi gempa bumi. Setelah satu-dua menit, tiba-tiba William kembali muncul ke permukaan dengan gerakan yang kembali mengentak keras. Permukaan air pun kembali berguncang sementara air memercik ke mana-mana saat kepala William menengadah ke langit malam dengan gerakan cepat.Bibir William langsung terbuka lebar dengan suara tarikan napas yang terdengar sangat jelas. Sejurus kemudian, dadanya bergerak naik turun dengan sangat cepat. Ia sengaja menahan napas selama berada di dalam air. Egonya tengah tertantang untuk menguji batas kemampuan dirinya.Tanpa mengambil jeda untuk menetralkan debar jantungnya yang masih menggila, William kembali masuk ke dalam air setelah menghirup napas dalam-dalam. Kali ini, ia meluncur dengan cepat seperti ikan di bawah permukaan air yang langs

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 181 ~ NYONYA CHRISTIADJIE

    Debby menatap sosok laki-laki yang pada suatu waktu dahulu sangat dikaguminya, tetapi juga sekaligus sosok yang menorehkan luka yang dalam di hatinya. Debby menghela napas sambil menautkan tangan pada jari jemari William.“Ko Yuyun,” panggil Debby dengan penuh kesabaran, “aku benar-benar sudah memaafkan Koko. Tapi tolong jangan buat aku menyesali keputusanku ini. Berhentilah meminta sesuatu yang sudah nggak bisa kuberikan lagi. Aku berusaha buat menghormati Koko lagi sekarang.“Tapi kalau Koko terus-terusan memaksa, jangan salahkan aku kalau aku akhirnya benar-benar kehilangan respek sama Koko. Hal yang bisa kuberi saat ini cuma maaf buat Koko, nggak lebih. Jadi, tolong mengertilah, Ko. Aku nggak mungkin balik lagi sama Koko.”Untuk sesaat, Yunan hanya menatap Debby lurus-lurus dengan bibir membentuk garis lurus. Lelaki berambut gondrong itu diam seribu bahasa, hany

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 180 ~ DIBAYAR LUNAS

    Warning!!! Mengandung adegan kekerasan! Mohon bijak dalam menyikapi!*****Urat kendali diri William benar-benar sudah super tegang. Rasanya hanya butuh sentuhan ringan saja untuk memutus tali tak kasatmata itu. Ia bisa meledak kapan saja. William sampai ketakutan dengan dirinya sendiri. Ia seperti tak mengenali lagi sosoknya sendiri.Sebelum mengenal Debby, ia tak pernah lepas kendali. Namun, sekarang ini rasa-rasanya ia sanggup dan bersedia menghancurkan seseorang demi orang yang dikasihinya. Ia siap bertarung habis-habisan dengan siapa pun tanpa peduli risikonya!William benar-benar tak terima kekasihnya hendak diserobot dengan terang-terangan di bawah hidungnya!“Lebih baik diselesaikan sekarang aja, Ko, biar nggak berlarut-larut. Aku juga nggak mau terus-terusan kayak gini. Tolong percaya sama aku, Ko,&rd

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 179 ~ PERSAINGAN PANAS

    “Wah, ada angin apa Koko ke sini? Sendirian aja, Ko? Mana Fanny?” Debby tampak mencari-cari ke arah pintu pagar yang masih terbuka.Untuk sesaat, hati William kembali merasa terusik gara-gara sambutan hangat yang diberikan kekasihnya pada tamu tak diundang itu, apalagi melihat senyum manis yang menyertainya. William harus berjuang keras untuk meredam perasaan cemburu yang lagi-lagi menyeruak ke permukaan.“Astaga, Will! Kamu kenapa sih? Kenapa akhir-akhir ini kamu jadi sensitif gini? Ayo, kendalikan dirimu!” tegur William dalam hati.“Fanny enggak ikut,” sahut Niel. “Koko baru mau ke tempat Fanny nanti, setelah dari sini.”“Oh.”“Tamunya disuruh masuk dulu, Baby,” ucap William setelah berhasil mengendalikan perasaannya. Satu tangan

DMCA.com Protection Status