Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!"
"Apaaa?" Sofia memekik.Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan."Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya.Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh."Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi."Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya."Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan."Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu."Jangan bohong kamu!" sentak Sofia."Untuk apa saya berbohong? jika kamu tidak percaya, kita bisa memastikanya langsung kerumah kakek saya sekarang juga." tutur pria itu meyakinkan.Mendengar itu, Sofia menghela nafas panjang seraya mengelus dadanya pelan."Jangan katakan, barusan kamu berfikir bahwa saya akan membunuh manusia?" ucap pria itu."Iya, aku pikir begitu," jawab Sofia.Mendengar itu, Reyfaldi mendengus kasar, " seburuk itu kah penilaianmu tentang saya?""Maaf, tapi menurutku wajar saja. Bukankah aku memang belum begitu mengenalmu," jawab Sofia.Reyfaldi tersenyum getir seraya membuang pandangan ke sembarang arah beberapa saat, sebelum kembali menatap tajam wanita itu."Apakah saya terlihat begitu menyeramkan? Saya baru sadar, di makam itu, ketika kita pertama kali bertemu, sepertinya kamu sangat takut pada saya?" tanya Reyfaldi."Maaf ..., kalau aku boleh jujur. Selain penampilanmu yang aneh, sikap mu juga sangatlah aneh. Wanita mana yang tidak takut dengan pria yang tiba-tiba saja muncul di area makam. kemudian, mengajak menikah!" tutur wanita itu.Mendengar pengakuan polos itu, Reyfaldi langsung melemparkan senyum manisnya. Sofia yang sedari tadi memandang intens pada pria aneh itu, langsung terpana melihat bibir ranum yang mengulas segaris senyum.Matanya mengerjap, kepalanya menggeleng cepat. ia menyadarkan dirinya dari senyuman yang baru saja menghipnotisnya."Oyaa, Ada apa kamu menghampiri saya?" tanya pria aneh itu."Ohh, itu. Aku tidak mengerti cara menggunakan alat-alat yang ada di ruang fitnes, bisakah kamu membantuku." ucap Sofia tersenyum.Pria itu segera melangkahkan kaki nya menuju ruang fitnes, diikuti langkah kaki Sofia, "Alat yang mana yang ingin kamu gunakan? Emm.. Tapi, sebaiknya untuk permulaan kamu pakai yang ini saja." terang Reyfaldi seraya memijit tombol treadmill.Sofia mengangguk pelan."Ayo, kamu bisa mencobanya sekarang." titah Reyfaldi setelah ia menyalakan alat treadmillnya.Sofia melangkahkan kakinya diatas treadmill. Setelah salah satu kakinya menapak di alat itu, ia tak dapat menyeimbangkan badanya, hingga akhirnya wanita itu pun terseret kebelakang.Beruntungnya, Reyfaldi yang sedaritadi masih berdiri disana, spontan langsung menangkap tubuh gempal wanita itu, menahannya agar tidak tersungkur ke lantai.Masih dalam dekapan pria aneh itu, mereka saling beradu pandang selama beberapa saat. Kali ini Sofia benar-benar dapat melihat dengan jelas wajah pria misterius itu. Lagi-lagi Sofia terhipnotis oleh ketampananya.Reyfaldi bergerak cepat, mendorong tubuh yang hampir jatuh itu agar tegak berdiri. Kemudian, melepaskan pelukanya.Sofia langsung menegakkan badanya. Ia berdehem pelan. "Aku baru pertama kali mencobanya. Ternyata, alat ini malah membawaku kebelakang" ucapnya tersenyum seraya menggaruk kepala yang tidak gatal.Pria itu mengalihkan pandangan dari Sofia. Dia diam dan tak merespon apapun. Sofia yang sempat salah tingkah mencoba mencairkan suasana dengan bertanya, "Apakah kamu sering menggunakan alat-alat yang ada disini?"Reyfaldi tak menjawab pertanyaan wanita itu. Ia langsung mengalihkanya, "Saya akan membawamu ke klinik ternama di jakarta. Disana kamu bisa fokus untuk mengecilkan tubuh dan melakukan perawatan dari ujung rambut hingga ujung kaki." tutur pria misterius itu."Tapi harganya pasti sangat mahal." jawab Sofia merasa tidak enak dengan kebaikan Reyfaldi."Tak masalah, berapapun biayanya akan saya bayar. Lagi pula ini untuk keberhasilan rencana kita, kan!" Tutur pria itu.Sofia mengangguk pelan."Sebaiknya, sekarang kamu mandi dan bersiap. Kita akan ke mall untuk membeli beberapa pakaian dan kebutuhan lainya. Setelah itu, barulah kita akan ke klinik kecantikan tersebut." terang Reyfaldi."Bukankah kita akan kesana besok?" Tanya Sofia."Saya baru ingat, besok saya ada meeting bersama seluruh staff. Jadi, sebaiknya kita pergi hari ini saja!" jawab CEO tampan itu.Mendengar itu, Sofia merasa sangat senang. Itu adalah salah satu keinginanya yang selama ini belum terwujud. Ia selalu bertanya-tanya, bagaimana rasanya jika menjadi wanita cantik, berkulit mulus dan bertubuh ideal?Selama menikah dengan Alvian, wanita itu menghabiskan penghasilnya dari bekerja hanya untuk membantu Alvian membayar apartemen dan cicilan mobilnya. Belum lagi Ambar, mertua yang toxic itu selalu memoroti sofia."Hemm .... Aku baru sadar ternyata terlepas dari lelaki brengsek itu, sama seperti terlepas dari beban berat," monolognya."Mengapa malah melamun?" ucap Reyfaldi melambaikan tanganya, membuyarkan lamunan wanita itu."Ah, ya kenapa? jawab Sofia kikuk"Ayo siap-siap, saya tunggu di ruang kerja." ucap pria aneh itu."Tunggu!, bisakah kamu mengantarku ke kamar kos ku? Aku meninggalkan barang-barangku disana!" ucap Sofia ketika Reyfaldi akan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja."Tentu! Saya akan antar kamu kesana!" jawabnya.Sofia mengikuti langkah pria itu berjalan menuju ruang kerjanya."Sepertinya aku begini saja. kalaupun aku mandi, baju gantiku kan ada di kosan." ucap Sofia.Mendengar itu, Reyfaldi menoleh kebelakang. Kemudian menatap sekilas wanita gendut itu."Oke kalau begitu, kita bisa langsung pergi." jawab Reyfaldi, mengubah arah langkahnya menuju area parkir mobil.Reyfaldi duduk dibalik kemudi lengkap dengan topi hitamnya yang selalu ia simpan di dalam dashboard mobilnya. Ia langsung menyalakan mesin mobil. Kemudian, melajukan mobilnya menerobos kemacetan ibu kota Jakarta."Apa aku boleh bertanya sesuatu?" ucap Sofia memecah keheningan."Boleh." jawab pria itu sembari memutar stir mobilnya."Kenapa sih, kamu selalu memakai topi hitam itu?" tanya sofia."Supaya tidak ada yang mengenali saya." jawab Reyfaldi dengan singkat."Hah. Maksudnya?" Sofia keheranan."Saya tidak suka, jika bertemu dengan orang yang saya kenal." terangnya sembari menatap lurus kedepan.Sofia benar-benar tak mengerti dengan perkataan pria aneh itu. Baru kali ini ia mendengar ada manusia yang tidak suka bertemu dengan manusia lainya. Apakah dia antisosial ? Sombong ? Atau-- ? Belum habis monolognya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi."Hallo""Dimana kamu ? Cepat bayar sisa utang Bibimu, atau kamu akan menyesal!" sentak suara bariton yang menghubungi ponsel Sofia."Baik, beri saya waktu untuk membayarnya!" tawar Sofia."Ah, banyak bacot kamu!" jawab pria penagih utang itu.Sofia segera menutup panggilanya. Dengan perasaan was-was, ia mencoba memblokir kembali nomor baru yang menerornya barusan. Namun, ia teringat dengan Renata, ia takut jika pria berbadan tegap itu akan mengobrak-ngabrik tempat usaha Renata."Siapa? Debt collector itu lagi?" tanya Reyfaldi.Sofia mengangguk pelan. Reyfaldi menoleh sekilas ke arah Sofia. Terlihat raut wajahnya berubah menjadi raut cemas."Dimana dia? Sebaiknya kita temui dia sekarang!" ucap Reyfaldi.Sofia menggelengkan kepalanya dan tak ingin melibatkan Reyfaldi dalam hal ini. Ia merasa tidak enak dengan pria aneh itu yang menurutnya sudah sangat baik padanya.Kini, mobil Reyfaldi telah sampai di area kos-kosan. Mereka turun dari mobil. kemudian, berjalan menaiki tangga menuju kamar Sofia yang terletak di lantai atas.Belum sampai langkah kaki Sofia di kamarnya. Tiba-tiba saja, ponselnya berdering."Sofia, tolong cepat kesini!" ucap Renata dengan suara bergetar.Tiba-tiba, ponsel di genggaman tangan Sofia berdering. Terlihat nama Renata di layar ponselnya. Dengan cepat, wanita itu menjawab panggilanya."Sofia, cepat kamu kesini." ucap Renata dengan suara bergetar. Tanpa membuang waktu, Sofia langsung berbalik badan, berlari menuju lokasi tempat Sofia bekerja yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan, diikuti langkah kaki Reyfaldi."Hentikan!" teriak Sofia dengan nafas terengah-engah. Mendengar itu, dua pria berpostur tinggi besar yang tengah melempar beberapa barang di gudang distributor milik Renata langsung terdiam seketika. Masih dengan orang yang sama, yang merampas paksa mobil Sofia kemarin. Dua pria itu menoleh ke arah Sofia. Kemudian, tersenyum miring, seolah senang telah berhasil menemukan targetnya. Dua pria itu langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, dengan cepat Reyfaldi langsung menghadangnya. berdiri tegap didepan pria berwajah kasar itu seraya menatap tajam padanya. "Sebutkan, berapa total utang-utangnya?" tanya Reyfaldi d
"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be
Sesaat, setelah pintu dibuka oleh pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di samping pintu. Terlihat sebuah ruangan dengan alat-alat canggih dan tempat tidur pasien di dalamnya. "Reyfaldi?!" sapa wanita cantik yang duduk di kursi kejayaanya memakai jas berwarna putih. "Hai, Tamara," sahut pria tampan itu melempar senyum. Pria dan wanita cantik itu bersalaman. Ada sesuatu yang lain di wajah pria itu. Tidak biasanya ia tersenyum dengan ramah. Namun, kali ini ia mengembangkan senyumnya dengan sangat manis pada wanita dihadapanya. Siapa wanita itu? "Oya. kenalkan, Teman saya," ucap Reyfaldi sembari mengarahkan tanganya pada Sofia. "Sofia!" "Hai, Sofia. Saya Tamara. Tetangga Reyfaldi, ketika kami tinggal di Amerika. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita cantik itu dengan ramah."Buatlah dia menjadi langsing dan lebih cantik lagi " pinta Reyfaldi pada Tamara. "Oh, gampang! Itu hal yang sangat mudah," jawab Dokter cantik itu tersenyum.Setelah berbincang, berkonsultasi dan melakukan
Tanpa sengaja, kaki Reyfaldi tersandung ujung ranjang bagian bawah, sehinga ia terjatuh menimpa sesuatu yang terasa kenyal. Tiba-tiba, lampu di kamar itu kembali menyala. Reyfaldi kaget, melihat Sofia yang tengah berada dibawah tubuhnya. Bibirnya pun saling bersentuhan dengan bibir Sofia. "Lepaskan!" pekik Sofia sembari mendorong tubuh kekar pria tampan itu. Reyfaldi segera menarik tubuhnya dan berdiri dengan cepat. "Ma-Maaf. Saya benar-benar tidak sengaja." ucap pria tampan itu dengan gugup. Sofia tak menjawab. Ia duduk dengan wajah marah. Reyfaldi yang gugup dan salah tingkah itu merasa sangat malu pada Sofia. Ia langsung berpamitan dan pergi keluar kamar. "Huh. Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan." umpat Sofia.Namun, tiba-tiba ingatanya kembali ke kejadian yang baru saja terjadi. Sentuhan bibir yang terasa hangat dan hembusan nafas pria tampan itu masih terasa dengan sangat jelas. "Argh. Mengapa aku malah membayangkanya lagi? Sudah-sudah!" Monolognya semba
"Loh, mengapa mereka malah membubarkan diri?" Tidak seperti biasanya, para karyawan yang setiap pagi menyapa dengan ramah, kini malah membuang muka ketika berhadapan dengan Sofia. Seolah-olah, mereka sangat enggan melihatnya.Sorot mata karyawan itu pun seolah tak menyukai kehadiran Sofia disana. Bahkan ada beberapa karyawan yang berani menyindir dengan kata-kata yang tidak enak untuk di dengar."Sebelum bergaya, pastikan dulu kalau kita tidak punya utang!" Seru salah satu karyawan diiringi suara gelak tawa karyawan yang lainya. Wanita gendut itu menghela nafas lalu menunduk, tak ingin merespon kata-kata sindiran yang ditujukan padanya. Ia meneruskan langkahnya berjalan menuju ruang Office. Wanita gendut itu duduk di meja kerjanya, menekan tombol CPU untuk mengaktifkan komputernya. Hari itu, ia sibuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah beberapa hari terbengkalai. "Hai Sofia!." sapa Renata ketika ia memasuki ruang Office."Pagi, Bu!" sahut Sofia seraya tersenyum. "Gimana? Masalahnya
Reyfaldi menatap Sofia yang hanya diam mematung dan melamun sembari memegangi surat perjanjian itu."Kenapa? Apakah kamu ragu dan berubah pikiran?" tanya Reyfaldi. Mendengar itu, sofia terperanjat dari lamunannya. Ia menoleh ke arah Reyfaldi. "Apa? Tadi kamu-- bicara apa?" tanya wanita gendut itu. "Mengapa malah melamun? Apa kamu berubah pikiran?" "Oh. Tidak! Tentu saja aku tidak berubah pikiran! Disini ya, tandatanganya?" tanyanya sembari menunjuk bagian materai yang menempel di surat perjanjian itu. "Betul, Bu! sahut Irwan.Tanpa ragu, Sofia membubuhkan tandatanganya di atas materai itu. Diikuti dengan tandatangan Reyfaldi di atas materai di sampingnya. "Baik! Untuk perjanjianya sudah selesai dan untuk proses perceraianya, akan saya kabari jika sudah ada perkembangan!" "Terimakasih, Pak Irwan!" ucap Reyfaldi sembari bersalaman. Pengacara itu pun berpamitan pada Reyfaldi dan Sofia. Berjalan keluar diikuti oleh Sofia dan Reyfaldi, mengantar hingga ke ambang pintu ruang tamu. S
"Sebentar! Jangan-jangan, kamu adalah wanita yang pernah diceritakan oleh Reyfaldi, dulu?!" "Hah! Maksudnya?" tanya wanita gendut itu. Dokter cantik itu diam dan tak melanjutkan ucapanya. Ia hanya tersenyum sembari merapihkan selang infus yang menancap di lengan Sofia. "Sepertinya, kamu dan Reyfaldi mempunyai hubungan yang sangat dekat?" "Dulu kami bertetangga dan Suamiku adalah sahabatnya Reyfaldi!" jawab Dokter yang tidak ingin dipanggil dengan sebutan Dokter itu. "Oh!" "Memangnya, Reyfaldi tidak pernah menceritakan tentang saya ya?" tanya Tamara."Dia itu, bagaikan gunung es, diam dan dingin! Dari pertama aku mengenalnya, kami jarang sekali berbincang. jika bukan karena membahas hal yang penting, biasanya kami hanya saling diam!" jawabnya mengerucutkan bibir.Tamara tersenyum mendengarnya. Ia yang sudah bertahun-tahun mengenal Reyfaldi, sangat tahu betul dengan kepribadian pria misterius itu. "Yang pasti, Reyfaldi adalah orang yang sangat baik! Hanya saja, kepribadian introve
"Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit
Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah
"Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai
Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat
Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida
Keributan yang terjadi di kediaman Alvian membuat para tetangga penasaran. Beberapa warga mengintip dari balik jendela menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Ketua RT dan beberapa warga di pemukiman itu langsung menghampiri rumah Alvian untuk mencari tau dan melihat keadaan Alvian. Namun, mereka dikagetkan oleh suara teriakan Alvian yang menyatakan bahwa dirinya ingin mati. Segera, mereka menerobos masuk ke dalam rumah Alvian tanpa permisi. Melihat Alvian yang telah siap menghujamkan pisau ke dadanya. Sontak, salah satu warga berteriak. "Hentikan!! Kamu tidak boleh melakukannya!" Alvian otomatis membuka matanya. Salah satu warga yang datang langsung menyambar pisau yang berada di dalam genggaman tangan Alvian. Kemudian, meyadarkan lelaki itu dari tindakan bodohnya. Alvian menangis tak terkendali. "Tenang ... tenangkan diri anda, Pak Alvian. Beberapa orang warga mengelus pelan punggung Alvian. Sementara, satu orang lainnya mengambil segelas air minum lalu meminumkannya pada Alvian
"Sofia?!" Ella menatap lekat Sofia. Penyesalan langsung menyeruak di hatinya. "Maafkan Bibi, Sofia ...."Tatapannya berpindah pada bagian perut Sofia yang sudah dalam keadaan hamil besar. "Kamu sudah hamil?! Akhirnya kamu hamil juga, Sofia!" tatapnya sayu. "Dimana Alvian?" Wanita berusia 47 tahun itu mengedarkan pandang. Ia melihat sosok pria tampan berperawakan atletis dan terlihat kaya berdiri di dekat Sofia. "Mengapa kamu tidak bersama Alvian?" tanya Ella. Sedari tadi Sofia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Jantungnya berdegup kian kencang karena menahan emosi.Ella memegang tangan Sofia. Namun, Sofia menghempaskannya dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" bentaknya. Reyfaldi mendekat. "Maaf, Anda siapa?" tanyanya pada Ella. "Saya Ella, Bibinya Sofia!" jawabnya dengan nada bergetar. "Kamu, siapa?" tanya Ella balik. "Sudah! Tidak usah pedulikan dia. Dia bukan Bibiku. Aku sama sekali tidak mengenalnya!" sergah Sofia seraya mendelik.Sofia kemudian menarik lengan Reyfaldi untuk ma
"Pagi, sayang ... hari ini jadi, kan?" tanya Sofia pada lelaki yang baru saja membuka matanya. "Iya, Sayang!" jawab Reyfaldi dengan suara khas bangun tidur. Hari ini, Sofia berniat berbelanja kebutuhan persiapan untuk kelahiran bayinya. Sebuah kamar khusus untuk bayi akan ia persiapkan. Yaitu, kamar bekas Sofia sewaktu pertama datang ke rumah tersebut. "Lihat, Sayang ... aku ingin seperti ini interiornya." Tunjuk Sofia pada layar ponselnya memperlihatkan gambar ruangan bayi yang bernuansa white soft blue.Perkiraan Dokter, bayi yang tengah di kandung oleh Sofia adalah berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan harapan Reyfaldi yang sangat menginginkan anak laki-laki agar dapat melanjutkan perusahaannya. "Baiklah, Sayang. Saya akan segera menghubungi jasa interior agar bisa secepatnya selesai."Reyfaldi langsung meraih ponselnya dan menghubungi jasa interior. Ia meminta agar secepatnya dilakukan renovasi sesuai dengan permintaan Sofia. Mengingat waktunya sudah tidak banyak lagi. Se
Wanita pelakor itu terbelalak. Ia langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, wanita yang tengah hamil besar itu langsung berbalik badan mencoba menghindar dari Clara. Tapi, wanita jalang itu malah mengejar Sofia. "Sofia ... aku mohon jangan katakan ini pada Alvian!" Jalang itu terus memohon dengan wajah memelas. "Tenang saja! Lagi pula, itu bukan urusanku!" ucap Sofia dengan raut dingin tak peduli. Clara menoleh pada Reyfaldi. Pria yang menundukan wajahnya itu hanya diam mematung. "Pak, Reyfaldi ... tolong jangan-," "Siapa ini?" pangkas pria yang bersama Clara. Mendengar suara bariton dari balik badannya, mata wanita perusak rumah tangga orang itu langsung membola dengan sempurna. Cepat, ia berbalik badan dan mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum manis. "O-ya, ini kenalkan temanku, namanya Sofia dan ini suaminya!" ujar wanita itu seraya mengarahkan tangannya pada Sofia dan Reyfaldi. Dengan senyum masam, keduanya mengulurkan tangan menyambut ajakan bersalaman pria tua yang be