Di makam yang sunyi itu, Sofia menoleh ke arah dimana sosok bayangan itu berdiri. Ia mendekatinya sembari terisak.
"Reyfaldi, aku bersedia menikah denganmu. Masih berlakukah tawaran itu?"Tiba-tiba saja wanita gendut itu memeluk Reyfaldi dengan erat. Ia menangis terisak di bahunya. Reyfaldi membeku, diam mematung membiarkan tubuhnya berada di dalam dekapan wanita itu beberapa saat. pria pemilik mata cokelat itu benar-benar merasa iba.Saat ini, Sofia merasa sedang berada dititik terendah hidupnya. Selain hatinya yang telah hancur lebur, hidupnya pun menjadi berantakan. "Andai saja bunuh diri itu tidak dosa, mungkin sudah aku lakukan.""Menangislah sepuasnya. Hingga kau tak akan pernah menangisi hal yang sama untuk yang kedua kalinya." ucap pria aneh itu.Reyfaldi merasakan sesuatu yang dingin di area bahunya. kemeja putih yang ia kenakan telah basah oleh air yang merembes keluar dari mata cantik wanita itu.Tanpa ingin berlama-lama di area makam, Pria itu menuntun Sofia berjalan hingga ke dalam mobil, dan membawanya kembali kerumahnya.Tak ada yang memulai perbincangan di dalam mobil mewah itu. Sofia menatap ke arah jendela samping, meneteskan air mata yang sedari tadi memenuhi pelupuk matanya tanpa henti. Sedangkan Reyfaldi, hanya fokus mengendalikan laju mobilnya. Hingga, sampailah mereka di halaman rumah yang terdapat banyak dinding kaca itu.Reyfaldi turun dari mobilnya, berjalan memutar membukakan pintu sebelah Sofia. Kemudian, menuntunnya masuk ke dalam ruang kerjanya.Sesaat setelah Reyfaldi membuka pintu ruang kerja. Wanita itu mengedarkan penglihatannya ke segala arah. Terlihat buku-buku dan tumpukan dokumen yang tersusun rapih di dalam rak. Di atas meja kerjanya yang besar, terdapat sebuah laptop dan name tag yang bertuliskan "Reyfaldi Wiriawan Anggara. Siapa kamu sebenarnya?"Agar tidak ada kesalahpahaman. Pria aneh itu menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. Reyfaldi, merupakan seorang CEO anak perusahaan yang cukup berkembang. Bernama, PT. Delta food yang bergerak dibidang makanan ringan.Saat ini, ia mempunyai tujuan ingin mendapatkan warisan sang kakek. Yaitu, sebuah induk perusahaan bernama, PT. Anggara indo jaya Tbk, yang sama-sama bergerak dibidang pangan. Yang tak lain adalah tempat Alvian, suami Sofia bekerja sebagai kepala produksi.Sang Kakek akan mewariskan perusahaanya dengan syarat, cucu kesayanganya itu harus menikah. Namun, kepribadian introvert membuatnya kesulitan untuk mendekati seorang wanita. Sehingga, di usianya yang sudah menginjak 31 tahun, ia masih saja menjadi pria singgle dan belum pernah berpacaran sekalipun."Saya akan kenalkan kamu pada kakek saya sebagai calon istri," ucap Reyfaldi."Tapi aku ada satu permintaan. Kamu harus membayar utang-utang Bibiku sebesar 50 juta, sisanya. Anggap saja ini jasa. Karena, aku mau membantumu untuk mendapatkan warisan kakekmu," pinta Sofia."Baiklah, akan saya lunasi berapapun utangnya!""Tapi pernikahan ini hanya pura-pura saja, kan?""Terserah kamu mau mengasumsikan pernikahan pura-pura atau bukan. Jika kamu tidak siap, sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu. Bahkan kita akan tidur di kamar terpisah," terang pria aneh itu.Tujuan utama Reyfaldi menikah, hanya untuk mendapatkan warisan sang kakek, agar ia dapat memegang kendali penuh atas perusahaan yang sementara ini dikelola oleh orang kepercayaan kakeknya.Namun, tak hanya itu. Reyfaldi pun sebetulnya ingin membalaskan dendamnya pada Alvian. Yang ternyata, Alvian adalah teman satu kelas Reyfaldi, ketika ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.Ia selalu teringat dengan perlakuan Alvian dan teman-temanya yang sering melakukan perundungan. Hingga Akhirnya, orang tua Reyfaldi terpaksa memindahkan sekolah putranya itu ke German."Namun, perlu kamu ketahui. Suamimu pernah menjadi teman satu kelas, ketika saya duduk di kelas tujuh. Dia dan teman-temanya selalu membully saya, memperlakukan saya dengan tidak baik. Bahkan ia pernah menyiram saya menggunakan air rebusan mie, ketika saya makan dikantin sendirian.Alvian, sebagai ketua genk, dia selalu memerintahkan teman-temanya untuk menjahili saya, melempar sepatu saya ke atas genting, juga menyembunyikan tas saya. Sehingga, saya dihukum oleh Bapak guru karena dianggap tidak membawa buku pelajaran ke sekolah." tutur Reyfaldi.Sofia melongo mendengar pria misterius berwajah tampan itu berbicara panjang lebar. Biasanya, tak banyak kata yang keluar dari mulutnya. Namun, kali ini ia berbicara cukup banyak,"Apakah kamu ingin membalas dendam pada Alvian?" tanya Sofia.Pria itu diam tak bergeming, matanya mengarah pada layar laptop dan jari-jemarinya sibuk menggeser kursor."Jika kamu ingin membalas dendam, mari kita lakukan bersama-sama! Akupun sudah merasa benci padanya," ajak wanita bertubuh gempal itu.Lagi-lagi Reyfaldi tak menjawab pertanyaanya. Namun, kali ini ia melemparkan senyum tipis pada Sofia. Yang berarti bahwa Reyfaldi setuju dengan ajakanya."Oke kalau begitu, aku akan menunggu Alvian selesai mengurusi perceraian kami. Lalu, aku akan menikah denganmu.""Nanti, saya akan memberimu uang sebesar 500 juta, setelah kamu menandatangani surat perjanjian bahwa kamu bersedia menikah dengan saya. Jika batal, kamu harus mengembalikan uang itu pada saya! Bagaimana ?" terang Reyfaldi.Mata terbelalak dan mulutnya menganga setelah mendengar nominal yang akan diberikan oleh pria misterius itu. Padahal, ia hanya membutuhkan uang 50 juta saja untuk melunasi utang bibinya."Setelah menikah, saya akan sediakan kamu mobil beserta sopir," tambah pria bermata cokelat itu."Baiklah. Kapan saya bisa menandatangani surat perjanjian itu?" ucap Sofia tak sabar."Akan saya urus secepatnya melalui pengacara saya."Setelah perbincangan selesai, Sofia berjalan meninggalkan ruangan. Lalu, kembali ke dalam kamarnya."Hidup macam apa ini? Gila. Siapa sangka, akhirnya aku akan terjebak selamanya di dalam kamar ini!" umpat Sofia.Wanita itu tak mempunyai pilihan lain selain menuruti keinginan Reyfaldi. Di dalam kamar ala hotel bintang lima itu, ia berdiri di hadapan cermin, memandangi pantulan tubuhnya. "Aku gendut!"Sofia berniat menurunkan berat badanya sebelum bertemu dengan kakek Reyfaldi, supaya ia terlihat cantik. Jika dirinya cantik, tentu saja kakek Reyfaldi akan mempercayai jika ia benar-benar kekasih cucunya.[Bisakah kamu membantuku untuk menurunkan berat badanku? Aku ingin terlihat cantik dan langsing, ketika bertemu dengan kakekmu nanti.] ketik pesan singkat Sofia kepada Reyfaldi.[Tentu saja. saya akan membawamu ke klinik ternama di jakarta.][Tapi, jika hanya sekedar membakar kalori. Di belakang ada fitnes room. Saya akan perintahkan Mbok Nah untuk mengantarmu kesana.] tambahnya.Tok ... tok ... tok ...."Permisi, Nona. Saya diperintahkan Tuan untuk mengantar Anda ke ruangan fitnes. Mari ikut saya." ucap wanita Pelayan itu, sesaat setelah Sofia membukakan pintu kamarnya.Langkah kakinya mengikuti pelayan yang berada di depannya. Manik matanya menyisir ke segala arah. Di rumah yang luas itu terdapat beberapa ruangan. Yang setiap ruanganya berinterior minimalis namun mewah.Sampailah Sofia di area belakang rumah. Lagi-lagi Matanya berpencar lincah melihat ke sekeliling taman yang cukup luas. Di area taman tersebut, terdapat kolam renang, disampingnya lagi, terdapat kolam ikan koi berkonsep natural dihiasi dengan batu-batu alam dan pohon rindang yang indah."Ck ... waaah, ini keren banget," gumamnya berdecak kagum."Mbok, Apakah Reyfaldi tinggal disini sendirian?" tanyanya pada pelayan itu."Betul, Non. Semenjak orang tuanya meninggal, Tuan muda tinggal dirumah ini sendirian." jawabnya.Langkah kaki pelayan itu terhenti di depan satu ruangan berdinding kaca transparan, yang didalamnya terdapat beberapa alat fitnes."Silahkan, Nona." ucap pelayan itu membukakan pintu ruangan mempersilahkan Sofia untuk masuk.Wanita itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun, ia kebingungan, tak mengerti cara menggunakan alat-alat yang baru pertamakali dilihatnya itu."Jika Nona butuh sesuatu, Nona bisa panggil saya dengan menekan tombol ini," terang pelayan itu sembari mengarahkan ibu jarinya ke tombol berwarna putih yang menempel di dinding ruangan tersebut."Baik, Mbok. Terimakasih." sahut Sofia.Pelayan itu meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ketempatnya. Sofia yang penasaran, mencoba alat-alat tersebut secara acak. Namun, ia benar-benar kebingungan dengan Alat-Alat tersebut.Sofia terus menebar pandangan pada satu-persatu alat yang ada disana. Hingga, pandangannya tertuju pada sosok pria misterius yang duduk di samping kolam ikan koi, dengan posisi membelakanginya.Sofia mencoba mendekatinya, ia ingin bertanya bagaimana cara menggunakan alat fitnesnya dengan benar. Namun, setelah dirinya berada di dekat pria yang sedang menelepon seseorang itu. Tiba-tiba saja matanya membola, ketika mendengar pria itu berkata,"Bunuh saja! Itu sudah membahayakan!"Mata Sofia membola, ketika ia mendengar pria aneh itu berkata, "Bunuh saja, itu sudah membahayakan!" "Apaaa?" Sofia memekik. Reyfaldi langsung memutar badanya, menoleh ke arah wanita itu dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. Sofia menatapnya dengan wajah ketakutan. "Nanti saya hubungi lagi!" ucap Reyfaldi mengakhiri panggilan teleponya. Sofia mundur beberapa langkah, matanya menatap tajam. Ia mengira Reyfaldi adalah seorang psikopat atau sejenisnya. Mengingat kepribadianya yang menurut Sofia sangatlah aneh. "Apa yang kamu dengar barusan?" tanya Reyfaldi. "Tidak, Hentikan! Jangan mendekat!" sentaknya, ketika pria itu melangkah mendekati dirinya. "Kamu akan membunuh siapa, hah?" tanyanya lagi, dengan wajah ketakutan. "Barusan saya berbicara dengan perawat kakek saya. Ia bilang ada ular di halaman belakang. Jadi, saya perintahkan untuk membunuh ular itu. Apakah saya salah?" jawab pria misterius itu."Jangan bohong kamu!" sentak Sofia."Untuk apa saya berbohong? jika k
Tiba-tiba, ponsel di genggaman tangan Sofia berdering. Terlihat nama Renata di layar ponselnya. Dengan cepat, wanita itu menjawab panggilanya."Sofia, cepat kamu kesini." ucap Renata dengan suara bergetar. Tanpa membuang waktu, Sofia langsung berbalik badan, berlari menuju lokasi tempat Sofia bekerja yang jaraknya tidak begitu jauh dari kosan, diikuti langkah kaki Reyfaldi."Hentikan!" teriak Sofia dengan nafas terengah-engah. Mendengar itu, dua pria berpostur tinggi besar yang tengah melempar beberapa barang di gudang distributor milik Renata langsung terdiam seketika. Masih dengan orang yang sama, yang merampas paksa mobil Sofia kemarin. Dua pria itu menoleh ke arah Sofia. Kemudian, tersenyum miring, seolah senang telah berhasil menemukan targetnya. Dua pria itu langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, dengan cepat Reyfaldi langsung menghadangnya. berdiri tegap didepan pria berwajah kasar itu seraya menatap tajam padanya. "Sebutkan, berapa total utang-utangnya?" tanya Reyfaldi d
"Menikah resmi?""Ya! Saya tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika kamu tidak mengizinkan saya untuk menyentuhmu, maka sampai kapanpun, saya tidak akan pernah menyentuhmu," ujar pria tampan itu sembari menatap layar ponselnya. Sofia tersenyum miring mendengarnya, "Tentu saja aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku pada laki-laki yang tidak aku cintai," monolognya seraya mendelikan mata. Reyfaldi menoleh ke arah wanita gendut itu, "Bagimana? Bukankah sebelumnya kamu sudah setuju! Atau--, apakah kamu berubah pikiran?" "Tidak! Aku tidak berubah pikiran." jawab Sofia menggeleng cepat Wanita gendut itu tau diri, jika ia sampai membatalkan kesepakatan yang sudah ia buat, pria misterius itu pasti akan meminta kembali uang yang telah ia keluarkan untuk rentenir itu. Lagipula, jika Sofia sampai membatalkan perjanjianya. Tentu ia tidak akan bisa membalaskan dendamnya pada Alvian. Sofia tidak akan merasa puas sebelum melihat laki-la
"Hah. Mas Alvian?" Matanya menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakan. Sepasang pria dan wanita yang telah mengahancurkan hatinya itu melintas di hadapanya sembari bergandengan tangan dengan mesra. Melihat itu, hatinya bagai tersayat belati. Hingga saat ini, ia masih tak menyangka jika Alvian akan tega menyakitinya. Namun, inilah kehidupan. Terkadang, kita tidak dapat menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Untungnya, sepasang manusia jahat itu tak melihat ke arahnya. Mereka berjalan dan berbincang seru dengan wajah yang berseri-seri. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun. "Dasar jahat! Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membalas perbuatan kalian!" gumamnya."Sebaiknya, alihkan pandanganmu. Tak ada gunanya kamu terus memandanginya. Itu hanya akan membuat hatimu semakin hancur!" Tutur pria yang duduk dihadapan Sofia seraya menyantap menu sushi yang sedari tadi belum habis. "Aku benar-benar tidak menyangka, jika suamiku akan tega mengkhianatiku hanya karena perubahan be
Sesaat, setelah pintu dibuka oleh pelayan wanita yang sedari tadi berdiri di samping pintu. Terlihat sebuah ruangan dengan alat-alat canggih dan tempat tidur pasien di dalamnya. "Reyfaldi?!" sapa wanita cantik yang duduk di kursi kejayaanya memakai jas berwarna putih. "Hai, Tamara," sahut pria tampan itu melempar senyum. Pria dan wanita cantik itu bersalaman. Ada sesuatu yang lain di wajah pria itu. Tidak biasanya ia tersenyum dengan ramah. Namun, kali ini ia mengembangkan senyumnya dengan sangat manis pada wanita dihadapanya. Siapa wanita itu? "Oya. kenalkan, Teman saya," ucap Reyfaldi sembari mengarahkan tanganya pada Sofia. "Sofia!" "Hai, Sofia. Saya Tamara. Tetangga Reyfaldi, ketika kami tinggal di Amerika. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita cantik itu dengan ramah."Buatlah dia menjadi langsing dan lebih cantik lagi " pinta Reyfaldi pada Tamara. "Oh, gampang! Itu hal yang sangat mudah," jawab Dokter cantik itu tersenyum.Setelah berbincang, berkonsultasi dan melakukan
Tanpa sengaja, kaki Reyfaldi tersandung ujung ranjang bagian bawah, sehinga ia terjatuh menimpa sesuatu yang terasa kenyal. Tiba-tiba, lampu di kamar itu kembali menyala. Reyfaldi kaget, melihat Sofia yang tengah berada dibawah tubuhnya. Bibirnya pun saling bersentuhan dengan bibir Sofia. "Lepaskan!" pekik Sofia sembari mendorong tubuh kekar pria tampan itu. Reyfaldi segera menarik tubuhnya dan berdiri dengan cepat. "Ma-Maaf. Saya benar-benar tidak sengaja." ucap pria tampan itu dengan gugup. Sofia tak menjawab. Ia duduk dengan wajah marah. Reyfaldi yang gugup dan salah tingkah itu merasa sangat malu pada Sofia. Ia langsung berpamitan dan pergi keluar kamar. "Huh. Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan." umpat Sofia.Namun, tiba-tiba ingatanya kembali ke kejadian yang baru saja terjadi. Sentuhan bibir yang terasa hangat dan hembusan nafas pria tampan itu masih terasa dengan sangat jelas. "Argh. Mengapa aku malah membayangkanya lagi? Sudah-sudah!" Monolognya semba
"Loh, mengapa mereka malah membubarkan diri?" Tidak seperti biasanya, para karyawan yang setiap pagi menyapa dengan ramah, kini malah membuang muka ketika berhadapan dengan Sofia. Seolah-olah, mereka sangat enggan melihatnya.Sorot mata karyawan itu pun seolah tak menyukai kehadiran Sofia disana. Bahkan ada beberapa karyawan yang berani menyindir dengan kata-kata yang tidak enak untuk di dengar."Sebelum bergaya, pastikan dulu kalau kita tidak punya utang!" Seru salah satu karyawan diiringi suara gelak tawa karyawan yang lainya. Wanita gendut itu menghela nafas lalu menunduk, tak ingin merespon kata-kata sindiran yang ditujukan padanya. Ia meneruskan langkahnya berjalan menuju ruang Office. Wanita gendut itu duduk di meja kerjanya, menekan tombol CPU untuk mengaktifkan komputernya. Hari itu, ia sibuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah beberapa hari terbengkalai. "Hai Sofia!." sapa Renata ketika ia memasuki ruang Office."Pagi, Bu!" sahut Sofia seraya tersenyum. "Gimana? Masalahnya
Reyfaldi menatap Sofia yang hanya diam mematung dan melamun sembari memegangi surat perjanjian itu."Kenapa? Apakah kamu ragu dan berubah pikiran?" tanya Reyfaldi. Mendengar itu, sofia terperanjat dari lamunannya. Ia menoleh ke arah Reyfaldi. "Apa? Tadi kamu-- bicara apa?" tanya wanita gendut itu. "Mengapa malah melamun? Apa kamu berubah pikiran?" "Oh. Tidak! Tentu saja aku tidak berubah pikiran! Disini ya, tandatanganya?" tanyanya sembari menunjuk bagian materai yang menempel di surat perjanjian itu. "Betul, Bu! sahut Irwan.Tanpa ragu, Sofia membubuhkan tandatanganya di atas materai itu. Diikuti dengan tandatangan Reyfaldi di atas materai di sampingnya. "Baik! Untuk perjanjianya sudah selesai dan untuk proses perceraianya, akan saya kabari jika sudah ada perkembangan!" "Terimakasih, Pak Irwan!" ucap Reyfaldi sembari bersalaman. Pengacara itu pun berpamitan pada Reyfaldi dan Sofia. Berjalan keluar diikuti oleh Sofia dan Reyfaldi, mengantar hingga ke ambang pintu ruang tamu. S
"Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit
Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah
"Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai
Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat
Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida
Keributan yang terjadi di kediaman Alvian membuat para tetangga penasaran. Beberapa warga mengintip dari balik jendela menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Ketua RT dan beberapa warga di pemukiman itu langsung menghampiri rumah Alvian untuk mencari tau dan melihat keadaan Alvian. Namun, mereka dikagetkan oleh suara teriakan Alvian yang menyatakan bahwa dirinya ingin mati. Segera, mereka menerobos masuk ke dalam rumah Alvian tanpa permisi. Melihat Alvian yang telah siap menghujamkan pisau ke dadanya. Sontak, salah satu warga berteriak. "Hentikan!! Kamu tidak boleh melakukannya!" Alvian otomatis membuka matanya. Salah satu warga yang datang langsung menyambar pisau yang berada di dalam genggaman tangan Alvian. Kemudian, meyadarkan lelaki itu dari tindakan bodohnya. Alvian menangis tak terkendali. "Tenang ... tenangkan diri anda, Pak Alvian. Beberapa orang warga mengelus pelan punggung Alvian. Sementara, satu orang lainnya mengambil segelas air minum lalu meminumkannya pada Alvian
"Sofia?!" Ella menatap lekat Sofia. Penyesalan langsung menyeruak di hatinya. "Maafkan Bibi, Sofia ...."Tatapannya berpindah pada bagian perut Sofia yang sudah dalam keadaan hamil besar. "Kamu sudah hamil?! Akhirnya kamu hamil juga, Sofia!" tatapnya sayu. "Dimana Alvian?" Wanita berusia 47 tahun itu mengedarkan pandang. Ia melihat sosok pria tampan berperawakan atletis dan terlihat kaya berdiri di dekat Sofia. "Mengapa kamu tidak bersama Alvian?" tanya Ella. Sedari tadi Sofia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Jantungnya berdegup kian kencang karena menahan emosi.Ella memegang tangan Sofia. Namun, Sofia menghempaskannya dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" bentaknya. Reyfaldi mendekat. "Maaf, Anda siapa?" tanyanya pada Ella. "Saya Ella, Bibinya Sofia!" jawabnya dengan nada bergetar. "Kamu, siapa?" tanya Ella balik. "Sudah! Tidak usah pedulikan dia. Dia bukan Bibiku. Aku sama sekali tidak mengenalnya!" sergah Sofia seraya mendelik.Sofia kemudian menarik lengan Reyfaldi untuk ma
"Pagi, sayang ... hari ini jadi, kan?" tanya Sofia pada lelaki yang baru saja membuka matanya. "Iya, Sayang!" jawab Reyfaldi dengan suara khas bangun tidur. Hari ini, Sofia berniat berbelanja kebutuhan persiapan untuk kelahiran bayinya. Sebuah kamar khusus untuk bayi akan ia persiapkan. Yaitu, kamar bekas Sofia sewaktu pertama datang ke rumah tersebut. "Lihat, Sayang ... aku ingin seperti ini interiornya." Tunjuk Sofia pada layar ponselnya memperlihatkan gambar ruangan bayi yang bernuansa white soft blue.Perkiraan Dokter, bayi yang tengah di kandung oleh Sofia adalah berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan harapan Reyfaldi yang sangat menginginkan anak laki-laki agar dapat melanjutkan perusahaannya. "Baiklah, Sayang. Saya akan segera menghubungi jasa interior agar bisa secepatnya selesai."Reyfaldi langsung meraih ponselnya dan menghubungi jasa interior. Ia meminta agar secepatnya dilakukan renovasi sesuai dengan permintaan Sofia. Mengingat waktunya sudah tidak banyak lagi. Se
Wanita pelakor itu terbelalak. Ia langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, wanita yang tengah hamil besar itu langsung berbalik badan mencoba menghindar dari Clara. Tapi, wanita jalang itu malah mengejar Sofia. "Sofia ... aku mohon jangan katakan ini pada Alvian!" Jalang itu terus memohon dengan wajah memelas. "Tenang saja! Lagi pula, itu bukan urusanku!" ucap Sofia dengan raut dingin tak peduli. Clara menoleh pada Reyfaldi. Pria yang menundukan wajahnya itu hanya diam mematung. "Pak, Reyfaldi ... tolong jangan-," "Siapa ini?" pangkas pria yang bersama Clara. Mendengar suara bariton dari balik badannya, mata wanita perusak rumah tangga orang itu langsung membola dengan sempurna. Cepat, ia berbalik badan dan mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum manis. "O-ya, ini kenalkan temanku, namanya Sofia dan ini suaminya!" ujar wanita itu seraya mengarahkan tangannya pada Sofia dan Reyfaldi. Dengan senyum masam, keduanya mengulurkan tangan menyambut ajakan bersalaman pria tua yang be