Share

Bab 72 : Disekap

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-03 06:30:06

Sungguh, sebenarnya rasa hatiku campur aduk saat ini. Antara marah, kesal, kalut, dan juga takut. Aku takut Bang Rizal berbuat yang tidak-tidak terhadapku. Lelaki ini sudah gila!

"Senang kamu hidup dengannya sekarang?" Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Aku menunduk dalam-dalam. Yaa Allah, lindungi aku dari niat buruk orang ini.

"Bang, mak–maksud kamu apa? Tolong lepaskan aku ...." Aku memohon kepadanya.

"Kamu jadi sombong, Nay. Mentang-mentang sudah jadi istri tuan tanah, heh?"

"Sombong ...? Sombong apanya, Bang?" tanyaku tidak terima.

"Itu! Beraninya kamu memblokir nomor kontakku!" sentaknya sengit.

Aku kembali menundukkan pandangan. Aku bergidik melihat sorot mata penuh amarah di sana.

"Bang ... aku bukan nggak mau bantu pengobatan ayah. Abang tahu sendiri, itu bukan uangku. Lagi pula ini, ini apa, Bang?" Aku menggoyangkan lenganku yang terikat di atas kepala.

Lelaki itu berjalan mondar-ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 73 : Sikap Steven Pasca Kejadian Itu

    Kelopak mataku mengerjap. Aroma karbol menguasai indera penciuman. Di ... di mana aku? "Kak ... Kak Nay sudah sadar?"Dahiku mengernyit. "Manda ...?""Iya, Kak!"Aku terlonjak dan terduduk. Bola mataku nanar ke sana ke mari. Aku ... aku ingat. Bang Rizal ... Bang Rizal!Apa dia ... apa dia memperkosaku??"Kak, tenang ... Kakak di rumah sakit sekarang!" ucap Manda seraya merangkul pundakku.Aku menatap matanya dalam-dalam. Lantas aku menghambur memeluk Manda dan menangis sejadi-jadinya.Manda menepuk-nepuk punggung ini. "Tenang, Kak. Kakak sudah aman di sini," ujarnya.Aku berada di pelukan Manda untuk beberapa menit. Setelah agak tenang, aku melonggarkan pelukan kami.Manda mengulas sedikit senyum di bibirnya dan mengusap air yang mengalir di kedua pipiku."Apa ... apa yang terjadi, Man?" tanyaku takut-takut. Ya, aku ingat Bang Rizal berusaha menyentuhku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 74 : Dingin

    Tiba-tiba Tasya muncul dari kamarnya, disusul Hendi, Mbak Lisa dan juga sang suami di sana. Mereka pasti juga mendengar keributan kedua ibu dan anak tersebut."Semua bisa kita bicarakan baik-baik, Steve," ujar Mommy merendahkan nada bicaranya."Tidak ada yang perlu dibicarakan saat ini!" Steve bergerak dan melangkah cepat ke arah salah satu kamar di mana beberapa hari ini dia tidur di sana."Daddy ...!" Tasya berlari kencang dan menghadang hingga sang ayah menghentikan langkahnya.Mommy menekan pelipisnya melihat hal itu. Hendi pun hanya bisa terpaku di sana.Aku, Mbak Lisa, dan Mas Aji hanya bisa tercengang melihat itu semua."Dad ... Ibu sakit. Kenapa Daddy malah marah begini kepada Ibu?!" tanya gadis itu polos dan menuntut. Netra kecoklatan nan bening itu tampak dipenuhi kebingungan serta rasa sedih.Kamu tidak mengerti, Tasya ... wajar Daddy marah kepada Ibu ....Sang ayah menatap lekat ke arah putrinya. Kem

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 75 : Jangan Menunggu

    "Kamu nggak masalah 'kan, Nay?" tanya Mommy.Aku mencoba menarik kedua ujung bibir ini ke atas. "Nggak, Mom," jawabku lirih."Mommy senang kamu sudah lebih baik saat ini."Aku tersenyum tipis.Mommy pun membalas senyumanku. "Mommy berharap hubungan kalian membaik," ujar Mommy kemudian menatap pepohonan di hadapan kami.Hmm ... aku juga berharap seperti itu, Mom. Namun, Steven sepertinya tidak berkehendak demikian. Aku bisa apa?Mommy tiba-tiba menoleh ke arahku. "Nay, coba kamu yang mengalah kepada Steven. Kamu tahu sendiri dia cukup keras. Mommy juga nggak mau kalian sampai ...." Mommy berubah sedih. "Pokoknya, jangan biarkan kalian terus-menerus saling berdiam diri seperti ini," saran Mommy sembari menatapku lekat.Alisku bertaut. "Mak–maksud Mommy?""Ya, kamu yang mengalah. Kamu coba kembali dekati Steven. Jangan menunggu."Aku tergamang. "Tapi ... Steve nggak mau memaafkan aku, Mom," sahutku seraya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 76 : Semangat Tasya

    Kenapa, Steve? Kamu jijik denganku ...?Entah mengapa tiba-tiba saja pertanyaan itu muncul di kepalaku. Ya, Bang Rizal mungkin telah menyentuhku. Aku ... aku tidak tahu sejauh mana dia menyentuhku. Apa dia telah menodaiku—lagi?Aku menarik napas dalam-dalam untuk sekadar meredakan sesak yang datang. "Hallo, Tasya. Assalamualaikum," salamku pada gadis kecil yang kini telah menjadi putriku itu. "Ekhem ...." Aku membersihkan kerongkongan yang seketika terasa kering. Suaraku terdengar sedikit serak."Nyalakan Load speaker, Nay!" seru Mommy kepadaku.Aku pun menyentuh logo speaker di layar segi empat itu."Wa alaikumus sallam, Bu!" jawab Tasya terdengar riang.Mommy terlihat semringah di sana mendengar suara cempreng cucu semata wayangnya.Aku meraih air putih di dalam gelas. Kemudian meneguknya perlahan-lahan. "Ibu lagi sarapan sama Daddy?" tanya gadis itu.Aku meletakkan gelas kembali ke meja. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 77 : Kejadian di Mobil

    Sepertinya mobil kami tidak sengaja melewati sebuah lubang yang cukup dalam barusan."Hati-hati jalannya, Hardi!" tegas Steve dengan mimik wajah tidak suka.Karena hampir tersuruk ke hadapan, lenganku tadi tidak sengaja menarik lutut Steve yang terbalut celana kain berwarna biru dongker itu. Untung saja pria di sampingku ini sigap. Kalau tidak, wajah ini tentu sudah terbentur keras ke depan.Dengan perlahan aku beringsut kembali menjaga jarak dari Steven. Mengingat pria itu sebenarnya tidak bermaksud bersentuhan denganku. Aku jadi tidak enak hati."Ma–af, Tuan ...," ucap Pak Hardi terdengar menyesal. "Nggak kelihatan ada lubang," lanjutnya.Melihat Steven kembali akan mengeluarkan omongan, aku lekas menyentuh pahanya. Aku tahu dia tidak suka mendengar alasan dari sebuah kelalaian.Mata biru yang kini bersorot nanar itu sontak menatapku karena sentuhan itu. Pria yang masih berstatus suamiku tersebut tampak mengeraskan kedua rahang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 78 : Di Kantor Steven

    Setelah kami tiba di ruangan Steven, pria itu berkata, "Kalian tunggu di sini.""Daddy mau ke mana?" Pertanyaan Tasya mewakiliku."Daddy sudah ditunggu di ruang rapat," sahut Steven. Kemudian pria itu melenggang pergi ke luar ruangan bersama Bang Hanan."Kita duduk," ajakku pada Tasya seraya meraih pergelangan tangannya.Kami berdua pun mendaratkan bokong ke sofa di sana.Aku meraih sebuah majalah bisnis yang tersusun di atas meja, kemudian membolak-balik halaman kertasnya. Hmm, isinya rata-rata informasi tentang perusahaan atau orang-orang yang dianggap sukses berbisnis. Aku tidak paham sama sekali.Tasya tampak beranjak dari sofa mungkin dia bosan, gadis itu lalu melenggang menuju lemari es kecil yang bersandar di dinding sana. "Asik!" Tampak ia berseru senang, "Ibu mau es krim?" tanyanya kepadaku."Boleeh," jawabku seraya meletakkan majalah bisnis dari tanganku tadi ke tempat semula, karena mata ini tidak se

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 79 : Keinginan Erika

    "Mama Rika?" Tasya spontan berdiri dari duduknya. Ia juga tampak terkejut dengan insiden barusan.Baru saja kami membahas tentang wanita ini tadi. Tanpa diduga dia malah muncul di hadapan sekarang.Dengan perlahan-lahan aku pun ikut bangkit dari sofa di sana. Degup jantung ini berdebar dengan begitu kencang dan seketika saja dada ini terasa sesak melihat kejadian yang tidak diperkirakan itu.Sontak Wanita yang mengenakan dress maroon ketat dengan leher baju yang rendah hingga belahan dadanya terlihat menantang itu menoleh ke arah kami. Ia pun terlihat cukup terkejut. "Ta–sya ...?""Kamu ngapain ke mari?!" tanya Steven dengan nada ketus kepadaErika.Wanita itu sedikit menjaga jarak dengan pria yang saat ini sudah menjadi mantannya itu. Ia seperti salah tingkah karena baru tersadar ternyata ada orang lain di ruangan ini.Pikiran ini seketika saja berkelana. Apa Steven dan Erika sering bertemu di belakangku?"Tentu aja

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 80 : Ternyata

    Bang Hanan hanya mengantar kami ke parkiran. "Hardi, ini kamu tolong antar Nyonya pulang. Sebelumnya antar Nona Natasya dulu ke rumah tantenya," pungkas pria itu kepada Pak Hardi sembari membukakan aku pintu.Pak Hardi juga sibuk membukakan Tasya pintu sembari mengangguk-angguk. Ia tampak heran melihatku menangis. "Tuan nggak ikut pulang?" tanya pria empat puluh tahunan itu kepada Bang Hanan."Nggak," jawab Bang Hanan singkat."Oh, oke." Pak Hardi menyahut kemudian langsung saja ia masuk dan duduk di belakang stir.Berikutnya supir keluarga Arnold tersebut memutar mobil dan mengeluarkan kendaraan roda empat ini ke luar area kantor. Aku tahu, Pak Hardi heran dan bingung melihatku. Namun, ia hanya diam membisu."Ibu, jangan nangis dong ...." Tasya merangkul lengan dan menggenggam erat jemari tanganku kini.Aku berusaha keras menahan suara isakan tangis ini. Namun, sungguh ... aku tidak sanggup menahan air yang terus menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11

Bab terbaru

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   EKSTRA PART

    Aku memutuskan untuk menerima rujuk yang ditawarkan oleh Steven hari itu. Jujur, saat ini hatiku merasa sangat ... lengkap. Ya, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kami sekarang.Sudah dua bulanan aku kembali ke rumah besar ini—rumah keluarga Arnold. Mommy dan Tasya juga terlihat sangat bahagia di hari akad aku dengan Steven untuk kedua kalinya. Ya, karena masa iddah telah lewat, makanya kami perlu mengulang kembali akad. Hendi awalnya ragu untuk mendukung. Namun, pada akhirnya setelah ia melihat semua orang—terutama Bibi dan juga kedua sepupuku mensupport, ia pun ikut mendukung aku kembali bersama pria yang memang namanya masih setia terukir di dalam hati ini. Yakni dia yang merupakan ayah dari putra kesayanganku ... Zack."Steve, apa-apaan kamu ikut masuk, ih!" Aku berusaha mendorong tubuh liat itu agar mau keluar dari kamar mandi."Aku lihat kamu tadi sudah shalat Ashar, jadi kita sudah boleeeh—" Dua alis tebal itu terangkat-angkat ke atas dengan tatapan manik

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 140 : Bicara dari Hati ke Hati

    "Lho, Nak Wahyu sudah mau pulang?" Terdengar suara Bibi dari luar sana. Sepertinya Bibi melihat gelagat Mas Wahyu yang hendak pergi dari rumah ini."Iya, Bi. Aku permisi dulu," jawab Mas Wahyu sekenanya."Ah, iya-iya. Hati-hati di jalan, Nak Wahyu. Maaf kalau sudah banyak merepotkan Nak Wahyu selama ini."Ah, akhirnya kata-kata itu keluar juga dari lisan Bi Eli kepada Mas Wahyu. Aku tertawa miris mendengarnya. Bukankah selama ini beliau seakan tidak mau peduli dengan hal itu?Sementara itu, aku dan Steven masih saling diam di ruang tiga kali tiga meter ini. Aku tidak tahu dan mungkin malas untuk kembali membahas sesuatu bersama pria itu.Bi Eli menyibak tirai di muka pintu dan aku pun sontak menoleh ke arah beliau tanpa berkata apa-apa. Namun, ternyata orang tua itu tidak mau masuk. Beliau kembali melepas gorden sehingga kembali tertutup, walau jelas masih ada celah di sana. Sepertinya Bibi mengambil duduk di ruang makan di sana, karena aku mendengar bunyi derit seperti kursi yang dige

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 139 : Ucapan yang Sangat Menusuk

    Telapak tangan ini terasa kebas karena beradu dengan rahang kukuhnya. Mata ini pun mulai terasa panas. Dada naik turun karena menahan emosi.Akan tetapi, pria itu hanya tertunduk sebentar karena wajahnya barusan terkena gamparan tanganku. Kemudian ia menoleh dengan tatapan seakan makin menantang.Zack yang tadi telah terlelap akhirnya terbangun dan menangis dengan sangat kencang. Tentu saja dia kaget mendengar bunyi tamparan dan suaraku yang keras barusan.Pria arogan di hadapanku itu bangkit berdiri dengan terus menatap nyalang ke arahku.Aku pun sontak mendongak ke arah dia yang memang lebih tinggi dari tubuhku dengan tatapan tidak mau kalah. Namun, bulir bening tiba-tiba lolos dan jatuh dari sudut mata. Dengan gerakan cepat aku segera menyusutnya. Aku mencoba menarik napas panjang walau tersendat-sendat demi meredakan gelegak yang tengah membara di dalam dada."Ada apa ini?!" Tiba-tiba Bi Eli dan Mas Wahyu muncul di muka pintu. Sedetik kemudian Bibiku melangkah maju dan meraih Zac

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 138 : Kunjungan

    Jujur saja, ini pertemuan pertamaku dengan Steven semenjak hari itu. Hari di mana ia telah menjatuhkan talaq kepadaku di ruang tamu rumah ini. Waktu itu aku masih dalam keadaan hamil. Usia kandunganku saat itu baru enam bulan lebih, hampir masuk bulan ke tujuh.Aah, walaupun janggut itu terlihat lebih lebat, kamu masih tetap tampan dan gagah, Steve ... aku cukup tertegun dengan kehadirannya. Apakah arti dari debaran kencang di dalam dada ini ya, Rabb?Sebentar saja sepasang netra biru gelap itu melihat lekat ke arahku, sejurus kemudian ia langsung mengalihkan pandangan ke arah Bi Eli. "Maaf, aku mau mengunjungi anakku," ucap pria bermata safir tersebut dengan suara khasnya yang berat dan datar. Sebentar manik itu melirik ke arah Mas Wahyu.Hmmm ... ia tampak tidak senang dengan adanya pria berkacamata itu di sini.Apa kamu cemburu, Steve ...?Sementara Mas Wahyu hanya duduk diam memperhatikan di tempat duduknya sana. Ia sepertinya tidak berniat untuk menyapa Steven terlebih dahulu se

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 137 : Perhatian

    Setelah sadar dari pingsan kemarin karena kehilangan banyak darah, akhirnya hari ini—hari keempat setelah melahirkan—aku diperbolehkan untuk pulang. Semua orang terlihat sangat bahagia. Tentu saja, terutama diri ini.Sebenarnya Mommy menyuruhku untuk kembali ke rumah besarnya. Namun, sekali lagi aku menolak dengan halus. Dulu waktu belum resmi bercerai dengan Steven saja, aku tidak mau. Apalagi saat ini, kami sudah benar-benar bukan lagi berstatus sebagai pasangan suami-istri.Akan tetapi, aku berjanji kepada Mommy untuk selalu datang. Mungkin nanti setelah tubuhku lebih sehat dan bayiku lebih kuat. Hal itu karena aku menyadari, bahwa tentu saja orang tua itu ingin bertemu cucu laki-lakinya sesekali.Kemarin Hendi sudah melihat keponakannya yang baru lahir. Hanya sehari saja. Berikutnya ia dan Tasya kembali mesti belajar di pondok. Tasya yang terlihat begitu berat meninggalkan adiknya. Namun, aku membujuknya. Aku berjanji setiap pekan di jadwal peneleponan, kami akan melakukan video c

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 136 : Bayi Mungilku

    Aku hanya bisa tersenyum melihat putri cantikku yang kini mengerucutkan bibirnya lucu. Entahlah, aku merasa cukup senang ketika mendengar pria itu datang. Artinya dia masih peduli. Walaupun memang, sebenarnya tidak berpengaruh apa pun. Toh, kami sudah bukan pasangan suami-istri lagi. Kalau mengingat hal itu, daging merah di dalam dada ini kembali terasa perih. "Hendi mana ya, Bi? Apa nggak ikut pulang sama Tasya?" tanyaku kepada Bibi.Belum sempat Bi Eli membuka mulutnya, Tasya pun menyambar, "Kak Hendi masih harus setoran tasmi', Bu! Tapi besok dia nyusul dijemput Pak Hardi.""Oh, gitu," sahutku singkat.Tidak berapa lama kemudian, perawat yang tadi memeriksaku kembali datang menghampiri. Ah, hatiku merasa begitu bahagia ketika melihat wanita muda itu menggendong seorang bayi berbalut kain bedong di tangannya."Rebahan aja, Bu," ujar perawat tersebut ketika ia melihat aku berusaha untuk bangkit dan duduk. Mendengar ucapannya, aku pun menurut. Kembali aku merebahkan tubuh ini. "Ss

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 135 : Mengapa Kamu Pergi

    "Ayolah, Steve ... tidak perlu kamu tanyakan itu kepadaku. Tentu saja aku masih mencintai kamu." Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya.Entah mengapa wajah itu terlihat cemas. Tidak pernah aku melihat ekspresi Steven seperti demikian. Akhirnya kedua sudut bibir itu terangkat juga. "Coz I love you so much," ucapnya sembari tertunduk.Aku pun melebarkan senyuman ini ketika ia mulai mendekat kemudian kami saling menautkan bibir dengan intens. Entah mengapa di dalam dada ini terasa begitu membuncah. Ada kerinduan yang begitu dalam yang ingin kulampiaskan."Oh, Steve ...." Aku sedikit mengerang ketika ia mulai mencumbu. Dia merebahkan tubuhku hingga berada di bawah kungkungannya. Sejenak mata sebiru permata safir itu menatap dengan lekat. Bibir ini tersenyum kecil membalas tatapannya yang penuh makna.Sejurus kemudian dia beringsut hendak menjauh. Alisku seketika bertaut. "Kenapa ...?" lirih bibir ini bertanya.Pria itu terus menatap dengan lekat tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 134 : Yang dinantikan

    Mas Wahyu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Untung saja jalanan di sini tidak begitu ramai seperti di kota. Bi Eli, Manda, dan juga Nanda terlihat tegang. Mungkin mendengar aku yang sesekali merintih kesakitan.Sesampainya kami di sebuah klinik terdekat di Desa Mekar ini, aku langsung dibawa oleh seorang perawat menuju ruang tindakan dengan menggunakan sebuah kursi roda. Bi Eli tidak berani untuk mendampingiku, kata beliau takut malah ikut panik di dalam. Karena itu, Manda-lah yang mendampingi.Di dalam hati ini merasa sedih, karena tadinya aku berharap ketika melahirkan berada dalam situasi seperti ini, aku bakal didampingi oleh Steven. Namun, apa daya, kami tidak lagi sebagai pasangan suami-istri. Bahkan pria itu tidak tahu saat ini aku akan berjuang untuk melahirkan seorang bayi, yang bisa jadi adalah benih darinya. Justru Mas Wahyu yang siaga. Ia memang sudah berpesan sejak beberapa pekan yang lalu untuk tidak segan memberitahunya apabila hari ini tiba. Oleh sebab itu

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 133 : HPL

    "Ibuuuu! Ayolaah ... aku nggak mau Ibu cerai dengan Daddy!" Ya, siang ini Tasya kembali datang untuk kedua kalinya. Waktu itu, sehari setelah akte cerai terbit, ia bersama Mommy datang juga dalam keadaan menangis sedih karena mendengar bahwa aku dan Daddy-nya telah bercerai. Waktu itu gadis cantik tersebut terlihat begitu terpukul. Ia menangis terus-menerus. Ia kaget karena baru dikasih kabar dan sebenarnya tidak menerima. Namun, mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.Aku berusaha mengulas senyum ke arahnya. "Ibu tahu, Nak. Tapi semua tidak bisa sesuai keinginan kita," jelasku kepada gadis yang dari hari ke hari semakin tampak cantik dengan semakin bertambah usianya itu."Iya, tapi kata Pak Hardi, selama di masa Ibu hamilkan dedek ini, kalian masih bisa rujuk lagi. Aku mau Daddy dan Ibu rujuk. Lagian kenapa sih, pake cerai segala? Masalahnya apa? Capek aku nanya Daddy, nanya Grandma, nanya Ibu, nggak dijawab-jawab!" seru gadis itu tampak kesal."Sudahlah ... intinya Daddy sam

DMCA.com Protection Status