Share

Bab 62 : Tasya

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-21 06:30:38

Hari-hari berlalu begitu saja. Tanpa terasa ini sudah H-2 menuju resepsi.

Di rumah besar ini Hendi tidak banyak bicara. Ia hanya menjawab sekenanya apabila ditanya atau diajak bicara oleh Mommy. Entahlah, aku tidak tahu apa yang anak usia tiga belas tahun tersebut pikirkan setelah pembicaraan kami di hari itu.

Sebenarnya aku juga meminta izin kepada Mommy juga Steven untuk Manda dan Nanda ikut menginap di rumah ini. Keduanya mengizinkan, tetapi justru sepupu-sepupuku itulah yang sungkan. Entahlah, aku tidak mau memaksa mereka. Mereka bilang besok baru akan menginap di sini.

"Oke, Lisa. Bye!" Tampak di sofa di dekat jendela kamar kami, Steve memutuskan pembicaraan dari telepon seluler itu.

Aku meletakkan secangkir kopi di atas meja di hadapannya. Lalu ikut duduk di sebelah pria itu.

"Thank you," ucap pria itu sembari meraih cangkir tersebut kemudian menyesapnya perlahan.

"Itu Bu Mona?" tanyaku.

"Yup!" sahut Steve seraya m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 63 : Ngambek

    "Aku 'kan, udah bilang! Aku nggak mau ke sini! Aku nggak mau kenal dengan Mama baru! Aku bosan! Mama baru lagi! Mama baru lagi!" teriak seseorang yang tentu saja aku mengenali suaranya.Aku tidak heran, wajar Tasya begitu. Hal tersebut karena sang ayah yang berulang kali kawin-cerai. Walaupun hati ini merasa dag-dig-dug dengan tanggapannya kalau tahu akulah yang menjadi ibu tirinya, tetapi, bibir ini tetap mengulum senyum mendengar suara protesnya. Terdengar sangat lucu. Begitu juga Mommy, beliau tertawa kecil mendengar suara cucu satu-satunya tersebut. Sementara Hendi, ia sontak berdiri ketika melihat ada orang yang baru saja datang dan mulai muncul di depan mata. "Assalamualaikum," ucap Bu Mona ketika akhirnya mata kami semua beradu. Wajah itu tampak semringah.Sang suami menyusul mengucap salam dari belakangnya dengan wajah yang juga ceria.Kami pun menjawab salam dari mereka dengan serentak. "Loh, mana Tasya? Tadi ada suar

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 64 : Sikap Tasya

    "Bu Naysilla ...?!" Tasya tampak terkejut.Aku menyunggingkan senyum lebar. "Kenapa di sini? Nggak masuk ke dalam?" tanyaku padanya. "Kyaaaa! Bu Naaayy, aku kangen tauuuuukk!" Gadis kecil itu tiba-tiba saja menghambur ke dalam pelukan tanpa menjawab pertanyaanku.Aku tertawa kecil. Tangan ini menepuk ringan punggungnya.Ia lalu merenggangkan pelukan dan menatap ke arahku dengan sorot mata yang takjub. "Bu Nay kok, bisa ada di sini?! Bu Nay kenal dengan Grandma aku ya?!" cecarnya masih sambil melebarkan mata indah itu."Dih, ditanyain tadi nggak jawab. Malah balik nanya banyak." Aku menjawil hidung mancungnya dengan gemas."Hihihii ... Bu Nay, aku seneng banget Bu Nay ada di sini. Tadinya aku bete!" Tasya mencebikkan bibir mungil kemerahan miliknya. Lucu sekali."Jadi sekarang nggak bete lagi?"Gadis cantik itu menggeleng sembari terus tersenyum. "Baguslah kalau nggak bete lagi," ucapku. "Oh iya, ngapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 65 : Respons Si Gadis Kecil

    "Kamar Bu Nay di mana memangnya? Nginep di sini ya??" Gadis itu bangkit dan berlari kecil menyejajarkan langkahnya dengan langkahku."Iya, Ibu nginap di sini," kataku membenarkan. Kami pun melenggang beriringan menuju ke kamarku dengan Steve."Kamu ngapain ke sini? Ayahmu 'kan, bisa bawain itu!" Aku mengerutkan dahi mendengar Tasya berbicara kepada Ardian dengan nada sewot seperti itu.Ardian hanya membalas dengan senyuman ke arahnya."Memangnya kenapa kalau Ardian ke sini?" tanyaku kepada gadis cantik itu."Dia sok carmuk sama Daddy dan Grandma. Aku gak suka!""Carmuk?" Aku tidak paham dengan istilah yang digunakannya."Iya! Cari muka. Sok baik, sok ganteng! Anak supir juga!" cibir Tasya.Oalah ... aku beristighfar di dalam hati. Sepertinya akan banyak PR bagiku sebagai ibu sambungnya kini. "Jangan gitu," ujarku sembari merangkul pundaknya.Tasya hanya diam, tidak menyahut sama seka

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 66 : Kabar dari Bang Rizal

    [Nay, ayah kena serangan jantung dua hari yang lalu.]Aku terkejut. Benar. Ini soal ayah! [Trus, gimana keadaan ayah sekarang?] balas cepat.[Abang mau minta bantuan kamu. Ayah sekarang dirawat di rumah sakit Fatimah.]Ya Allah, bagaimana ini? Steven waktu itu sudah mewanti-wanti, aku tidak boleh lagi berhubungan dengan Bang Rizal. Akan tetapi, bagaimana pun ayah adalah mantan mertuaku. Beliau sudah aku anggap seperti orang tuaku sendiri. Aku tak bisa abaikan begitu saja. Ya Rabb ....[Nag, Abang pinjam lima juta aja dulu. Tolong ....]Mmm, apa yang harus aku lakukan? Kalau Steven sampai tahu aku membantu Bang Rizal, bisa jadi masalah besar nantinya. Bagaimana ini? Lagi pula semua yang aku gunakan saat ini, adalah uang darinya. Aku berpikir menimbang-nimbang.[Ya udah, sini nomor rekening Abang.] Aku tidak bisa mengabaikan ayah. Tidak bisa.Bang Rizal lalu mengirimkan nomor rekening banknya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 67 : Di Acara Resepsi

    "Ibu kok, belain anak supir itu?" protes Tasya.Ya Allah, bukan begitu maksudnya."Bukannya Ibu ngebelain dia, tapi ....""Huh!" Tasya menyentakkan kakinya kesal, lantas ia langsung berlalu dari hadapanku."Astaghfirullahal adziim ...." Aku hanya bisa beristigfar melihat sikapnya yang demikian. Mengapa bocah itu sampai menilai orang lewat strata seperti ini?Teringat kembali cerita Mommy, kalau Katalina juga dulu begitu. Padahal sang ibu sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu, tapi sisa didikan yang tidak benar seperti ini mungkin masih tertinggal lekat sampai sekarang. Aku berharap ke depan Tasya bisa berubah, mudah-mudahan saja."Nay," panggil seseorang.Aku sontak menoleh ke arah sumber suara. Rupanya Mas Wahyu dengan seorang gadis muda yang cantik. Hmm ...."Eh, Mas. Apa kabar?" tanyaku sembari mengulas senyuman."Alhamdulillah, baik," jawab Mas Wahyu.Gadis di sebelahnya meliri

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 68 : Kisah Masa Lalu Steven

    "A–Aku ... dari ... dari toilet," jawabku tergagap.Steven sedikit memicingkan mata. Sedetik kemudian ia bertanya, "Tasya kenapa tadi tiba-tiba minta pulang?"Huuuf ... aku mengembuskan napas dengan sembunyi-sembunyi. Alhamdulillah ... sepertinya Steve tidak tahu aku berbicara berdua Bang Rizal tadi.Aku lalu menautkan alis. Tasya minta pulang? "Dia di mana sekarang?" Balik aku bertanya."Ya sudah pulang," jawab Steve, "dengan si Parmin," lanjutnya.Aku menghela napas berat. "Dia ngambek. Sudahlah, nanti aku ceritakan," ungkapku pada Steven.Pria bermata biru itu hanya menghela napas sembari melipat bibirnya. Kami kemudian berjalan beriringan menuju ke tengah ruangan, menghampiri beberapa tamu yang sudah tidak banyak lagi. Di dalam hati aku merasa lega, Steve tidak melihat aku dengan Bang Rizal yang sebentar tadi bercakap. Jangan sampai dia tahu kalau aku diam-diam memberikan bantuan untuk ayah berobat.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 69 : Untuk Eksistensi

    Ya Allah, aku tidak tahu hal ini. "Ja–jadi, Jarwo sampai cacat itu karena ....""Masih untung aku tidak membunuhnya!" Steven terlihat geram.Selama ini aku ... tidak, bukan hanya aku. Namun, semua orang menyangka kalau Jarwo sampai bisa cacat itu hanya karena dia tidak sanggup membayar utang kepada Steve. Ternyata ...."Hhhh!" Alisku bertaut melihat Steven menyeringai."Cukup sudah aku diperdaya perempuan-perempuan sialan. Jangan sampai terjadi lagi." Pria itu menatapku nanar.Jantungku berdegup kencang. "Mmm ... Steve. Orang- orang bilang, Jarwo bisa cacat karena ....""Sudahlah! Aku tidak peduli anggapan orang." Pria itu memotong pembicaraanku. Aku kembali terdiam."Aku tidak habis pikir, apa kelebihan si Jarwo itu? Hanya sempat menjadi salah satu mandorku saja. Ya ... ya, untuk kalangan bawah, mungkin dia ada kelebihan. Wajah yang lumayan. Tapi jauhlah jika dibandingkan denganku

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 70 : Ke Rumah Sakit

    "Pak, Bapak balik aja dulu. Nanti kalau aku mau pulang, aku hubungi lagi," suruhku kepada Pak Hardi."Baik, Nyonya," jawabnya singkat.Pak Hardi kembali masuk ke dalam mobil, lalu memutar kendaraan roda empat tersebut dan membawanya menjauh dari pekarangan rumah Bi Eli."Kakak mau ke rumah sakitnya sekarang?" tanya Manda."Iya," jawabku singkat.Sepupuku itu pun mengangguk. Ia tampak masih mengantuk karena tadi malam tidur cukup larut, katanya.Manda dan Nanda lalu masuk ke dalam rumah. Sementara aku, duduk di bangku teras mengutak-atik ponsel untuk memesan ojek online."Kakak nggak masuk?" tanya Nanda di muka pintu. "Kakak mau langsung ke rumah sakit ya, Nan," sahutku tanpa melihat ke arahnya karena jari sibuk memesan ojol."Aku capek, Kak. Mungkin besok baru ke rumah sakit," ucapnya.Aku mengarahkan pandangan ke gadis yang sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir semester itu. "Iy

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01

Bab terbaru

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   EKSTRA PART

    Aku memutuskan untuk menerima rujuk yang ditawarkan oleh Steven hari itu. Jujur, saat ini hatiku merasa sangat ... lengkap. Ya, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kami sekarang.Sudah dua bulanan aku kembali ke rumah besar ini—rumah keluarga Arnold. Mommy dan Tasya juga terlihat sangat bahagia di hari akad aku dengan Steven untuk kedua kalinya. Ya, karena masa iddah telah lewat, makanya kami perlu mengulang kembali akad. Hendi awalnya ragu untuk mendukung. Namun, pada akhirnya setelah ia melihat semua orang—terutama Bibi dan juga kedua sepupuku mensupport, ia pun ikut mendukung aku kembali bersama pria yang memang namanya masih setia terukir di dalam hati ini. Yakni dia yang merupakan ayah dari putra kesayanganku ... Zack."Steve, apa-apaan kamu ikut masuk, ih!" Aku berusaha mendorong tubuh liat itu agar mau keluar dari kamar mandi."Aku lihat kamu tadi sudah shalat Ashar, jadi kita sudah boleeeh—" Dua alis tebal itu terangkat-angkat ke atas dengan tatapan manik

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 140 : Bicara dari Hati ke Hati

    "Lho, Nak Wahyu sudah mau pulang?" Terdengar suara Bibi dari luar sana. Sepertinya Bibi melihat gelagat Mas Wahyu yang hendak pergi dari rumah ini."Iya, Bi. Aku permisi dulu," jawab Mas Wahyu sekenanya."Ah, iya-iya. Hati-hati di jalan, Nak Wahyu. Maaf kalau sudah banyak merepotkan Nak Wahyu selama ini."Ah, akhirnya kata-kata itu keluar juga dari lisan Bi Eli kepada Mas Wahyu. Aku tertawa miris mendengarnya. Bukankah selama ini beliau seakan tidak mau peduli dengan hal itu?Sementara itu, aku dan Steven masih saling diam di ruang tiga kali tiga meter ini. Aku tidak tahu dan mungkin malas untuk kembali membahas sesuatu bersama pria itu.Bi Eli menyibak tirai di muka pintu dan aku pun sontak menoleh ke arah beliau tanpa berkata apa-apa. Namun, ternyata orang tua itu tidak mau masuk. Beliau kembali melepas gorden sehingga kembali tertutup, walau jelas masih ada celah di sana. Sepertinya Bibi mengambil duduk di ruang makan di sana, karena aku mendengar bunyi derit seperti kursi yang dige

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 139 : Ucapan yang Sangat Menusuk

    Telapak tangan ini terasa kebas karena beradu dengan rahang kukuhnya. Mata ini pun mulai terasa panas. Dada naik turun karena menahan emosi.Akan tetapi, pria itu hanya tertunduk sebentar karena wajahnya barusan terkena gamparan tanganku. Kemudian ia menoleh dengan tatapan seakan makin menantang.Zack yang tadi telah terlelap akhirnya terbangun dan menangis dengan sangat kencang. Tentu saja dia kaget mendengar bunyi tamparan dan suaraku yang keras barusan.Pria arogan di hadapanku itu bangkit berdiri dengan terus menatap nyalang ke arahku.Aku pun sontak mendongak ke arah dia yang memang lebih tinggi dari tubuhku dengan tatapan tidak mau kalah. Namun, bulir bening tiba-tiba lolos dan jatuh dari sudut mata. Dengan gerakan cepat aku segera menyusutnya. Aku mencoba menarik napas panjang walau tersendat-sendat demi meredakan gelegak yang tengah membara di dalam dada."Ada apa ini?!" Tiba-tiba Bi Eli dan Mas Wahyu muncul di muka pintu. Sedetik kemudian Bibiku melangkah maju dan meraih Zac

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 138 : Kunjungan

    Jujur saja, ini pertemuan pertamaku dengan Steven semenjak hari itu. Hari di mana ia telah menjatuhkan talaq kepadaku di ruang tamu rumah ini. Waktu itu aku masih dalam keadaan hamil. Usia kandunganku saat itu baru enam bulan lebih, hampir masuk bulan ke tujuh.Aah, walaupun janggut itu terlihat lebih lebat, kamu masih tetap tampan dan gagah, Steve ... aku cukup tertegun dengan kehadirannya. Apakah arti dari debaran kencang di dalam dada ini ya, Rabb?Sebentar saja sepasang netra biru gelap itu melihat lekat ke arahku, sejurus kemudian ia langsung mengalihkan pandangan ke arah Bi Eli. "Maaf, aku mau mengunjungi anakku," ucap pria bermata safir tersebut dengan suara khasnya yang berat dan datar. Sebentar manik itu melirik ke arah Mas Wahyu.Hmmm ... ia tampak tidak senang dengan adanya pria berkacamata itu di sini.Apa kamu cemburu, Steve ...?Sementara Mas Wahyu hanya duduk diam memperhatikan di tempat duduknya sana. Ia sepertinya tidak berniat untuk menyapa Steven terlebih dahulu se

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 137 : Perhatian

    Setelah sadar dari pingsan kemarin karena kehilangan banyak darah, akhirnya hari ini—hari keempat setelah melahirkan—aku diperbolehkan untuk pulang. Semua orang terlihat sangat bahagia. Tentu saja, terutama diri ini.Sebenarnya Mommy menyuruhku untuk kembali ke rumah besarnya. Namun, sekali lagi aku menolak dengan halus. Dulu waktu belum resmi bercerai dengan Steven saja, aku tidak mau. Apalagi saat ini, kami sudah benar-benar bukan lagi berstatus sebagai pasangan suami-istri.Akan tetapi, aku berjanji kepada Mommy untuk selalu datang. Mungkin nanti setelah tubuhku lebih sehat dan bayiku lebih kuat. Hal itu karena aku menyadari, bahwa tentu saja orang tua itu ingin bertemu cucu laki-lakinya sesekali.Kemarin Hendi sudah melihat keponakannya yang baru lahir. Hanya sehari saja. Berikutnya ia dan Tasya kembali mesti belajar di pondok. Tasya yang terlihat begitu berat meninggalkan adiknya. Namun, aku membujuknya. Aku berjanji setiap pekan di jadwal peneleponan, kami akan melakukan video c

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 136 : Bayi Mungilku

    Aku hanya bisa tersenyum melihat putri cantikku yang kini mengerucutkan bibirnya lucu. Entahlah, aku merasa cukup senang ketika mendengar pria itu datang. Artinya dia masih peduli. Walaupun memang, sebenarnya tidak berpengaruh apa pun. Toh, kami sudah bukan pasangan suami-istri lagi. Kalau mengingat hal itu, daging merah di dalam dada ini kembali terasa perih. "Hendi mana ya, Bi? Apa nggak ikut pulang sama Tasya?" tanyaku kepada Bibi.Belum sempat Bi Eli membuka mulutnya, Tasya pun menyambar, "Kak Hendi masih harus setoran tasmi', Bu! Tapi besok dia nyusul dijemput Pak Hardi.""Oh, gitu," sahutku singkat.Tidak berapa lama kemudian, perawat yang tadi memeriksaku kembali datang menghampiri. Ah, hatiku merasa begitu bahagia ketika melihat wanita muda itu menggendong seorang bayi berbalut kain bedong di tangannya."Rebahan aja, Bu," ujar perawat tersebut ketika ia melihat aku berusaha untuk bangkit dan duduk. Mendengar ucapannya, aku pun menurut. Kembali aku merebahkan tubuh ini. "Ss

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 135 : Mengapa Kamu Pergi

    "Ayolah, Steve ... tidak perlu kamu tanyakan itu kepadaku. Tentu saja aku masih mencintai kamu." Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya.Entah mengapa wajah itu terlihat cemas. Tidak pernah aku melihat ekspresi Steven seperti demikian. Akhirnya kedua sudut bibir itu terangkat juga. "Coz I love you so much," ucapnya sembari tertunduk.Aku pun melebarkan senyuman ini ketika ia mulai mendekat kemudian kami saling menautkan bibir dengan intens. Entah mengapa di dalam dada ini terasa begitu membuncah. Ada kerinduan yang begitu dalam yang ingin kulampiaskan."Oh, Steve ...." Aku sedikit mengerang ketika ia mulai mencumbu. Dia merebahkan tubuhku hingga berada di bawah kungkungannya. Sejenak mata sebiru permata safir itu menatap dengan lekat. Bibir ini tersenyum kecil membalas tatapannya yang penuh makna.Sejurus kemudian dia beringsut hendak menjauh. Alisku seketika bertaut. "Kenapa ...?" lirih bibir ini bertanya.Pria itu terus menatap dengan lekat tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 134 : Yang dinantikan

    Mas Wahyu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Untung saja jalanan di sini tidak begitu ramai seperti di kota. Bi Eli, Manda, dan juga Nanda terlihat tegang. Mungkin mendengar aku yang sesekali merintih kesakitan.Sesampainya kami di sebuah klinik terdekat di Desa Mekar ini, aku langsung dibawa oleh seorang perawat menuju ruang tindakan dengan menggunakan sebuah kursi roda. Bi Eli tidak berani untuk mendampingiku, kata beliau takut malah ikut panik di dalam. Karena itu, Manda-lah yang mendampingi.Di dalam hati ini merasa sedih, karena tadinya aku berharap ketika melahirkan berada dalam situasi seperti ini, aku bakal didampingi oleh Steven. Namun, apa daya, kami tidak lagi sebagai pasangan suami-istri. Bahkan pria itu tidak tahu saat ini aku akan berjuang untuk melahirkan seorang bayi, yang bisa jadi adalah benih darinya. Justru Mas Wahyu yang siaga. Ia memang sudah berpesan sejak beberapa pekan yang lalu untuk tidak segan memberitahunya apabila hari ini tiba. Oleh sebab itu

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 133 : HPL

    "Ibuuuu! Ayolaah ... aku nggak mau Ibu cerai dengan Daddy!" Ya, siang ini Tasya kembali datang untuk kedua kalinya. Waktu itu, sehari setelah akte cerai terbit, ia bersama Mommy datang juga dalam keadaan menangis sedih karena mendengar bahwa aku dan Daddy-nya telah bercerai. Waktu itu gadis cantik tersebut terlihat begitu terpukul. Ia menangis terus-menerus. Ia kaget karena baru dikasih kabar dan sebenarnya tidak menerima. Namun, mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.Aku berusaha mengulas senyum ke arahnya. "Ibu tahu, Nak. Tapi semua tidak bisa sesuai keinginan kita," jelasku kepada gadis yang dari hari ke hari semakin tampak cantik dengan semakin bertambah usianya itu."Iya, tapi kata Pak Hardi, selama di masa Ibu hamilkan dedek ini, kalian masih bisa rujuk lagi. Aku mau Daddy dan Ibu rujuk. Lagian kenapa sih, pake cerai segala? Masalahnya apa? Capek aku nanya Daddy, nanya Grandma, nanya Ibu, nggak dijawab-jawab!" seru gadis itu tampak kesal."Sudahlah ... intinya Daddy sam

DMCA.com Protection Status