Rizky tersenyum mengingat wajah Inara yang tampak terkejut.
Rasanya, pria itu ingin memeluknya dan tak melepaskan Inara selamanya.Sayangnya, dia masih harus menahan diri.Rizky pun mencoba fokus ke rencana berikutnya."Assalamualaikum."Sesuai janjinya pada Inara, Rizky datang menemui ibunya."Waalaikumsalam," balas wanita paruh baya itu, tetapi wajahnya terkejut kala menyadari siapa pria di depannya, "Rizky?"Pria tampan itu sontak melebarkan senyumannya.Ternyata, dugaannya tak salah.Ibu Inara memang masih mengingatnya, meskipun dia gagal menikah dengan anaknya.Tentu saja, ini kesempatan baginya untuk mendekati Bunda Annisa.Tak butuh waktu lama, Rizky diajak masuk ke dalam rumah. Mereka kini sudah berada di ruang tamu."Bunda kenapa?" Rizky bertanya.Entah mengapa, Bunda Annisa seketika menangis. Melihat Rizky, dia menjadi teringat anaknya yang belum juga ditemukan."Pasti kamu ingin menemui Inara 'kan? Inara hilang, Nak," ucap Bunda Annisa sembari sesegukan, "mantan suaminya bilang, Inara pergi meninggalkan rumah bersama seorang laki-laki. Sebelum pergi, Inara juga meminta cerai dari suaminya.""Apa kamu bisa membantu bunda mencari Inara? Jika kamu berhasil, bunda tak akan melarang kalian menikah. Itu pun, jika kamu masih menginginkannya," timpal Bunda Annisa lagi.Dia tahu, kalau Rizky dulu sangat mencintai anaknya. Hanya saja, keadaan saat itu tak memungkinkan. Ayah Inara lebih memilih anak yang banyak berjasa kepada mereka, karena merasa keluarga Rizky tak mungkin menerima putrinya.Tapi, apa yang terjadi? Inara justru hilang entah ke mana.Sementara itu, Rizky berteriak dalam hati. Inilah kata-kata yang dia harapkan sejak dulu.Andai kata-kata ini sejak dulu sudah terucap, pasti Rizky akan nekat menikahi Inara saat itu juga tanpa peduli penolakan orang tuanya."Aku akan mencoba mencari keberadaan Inara. Bunda tak perlu khawatir! Aku yakin Inara pasti baik-baik saja. Mungkin saja, semua ini adalah rencana mantan suaminya agar bisa terlepas darinya." Rizky mengatakan kepada Bunda Annisa.Bunda Annisa terdiam sebelum mengangguk. "Ayah pun waktu itu mengatakan demikian. Kami tak percaya kalau Inara akan melakukan hal itu. Tapi, kami tak memiliki kekuatan. Bahkan, gara-gara mantan suaminya itu, ayah menjadi meninggal."Wanita paruh baya itu menangis kembali. Hatinya terasa sakit kala mengingat kejadian waktu itu.Melihat itu, Rizky menjadi tak tega. Namun, dia belum bisa mempertemukan Inara dengan ibunya untuk saat ini."Bunda tenang dulu, ya! Berdoa saja, semoga Inara segera ditemukan dalam keadaan selamat dan sehat. Sehingga, Bunda bisa berkumpul kembali dengan Inara." Rizky mencoba menenangkan.Annisa pun akhirnya menganggukkan kepalanya.Rizky adalah pahlawan bagi Inara. Entahlah, bagaimana nasib Inara dan keluarganya jika tak mendapatkan pertolongan dari Rizky.Di tempat berbeda, Monika dan Bram terlihat sudah bersiap-siap.Dia akan mulai melakukan persiapan pernikahan mereka.Rencananya, resepsi akan diadakan di Pulau Dewata Bali, sesuai permintaan Monika.Memang, Ssmenjak Bram yang memegang kendali keuangan papinya, Monika semakin menjadi-jadi.Namun, Bram masih tak menyadarinya. Lambat laun perusahaan bisa hancur, jika uangnya dipakai untuk kepentingan pribadi. Bram kerap memanjakan Monika."Kenapa?" tanya Monika, saat melihat wajah kekasihnya gusar."Ekhm, biasa. Mami minta aku transfer uang ke rekeningnya," jawab Bram."Kamu jangan terus menerus memanjakan mami kamu! Uang kita bisa habis, kalau terus seperti ini. Aku yakin, pasti dia ingin memberikan uang itu untuk berondongnya." Monika tampak memanas-manasi Bram.Padahal, kelakuan dia dengan Mami Diana sama saja. Tanpa sepengetahuan Bram, dia sebenarnya sudah berselingkuh dengan laki-laki lain.Bram benar-benar bodoh!Diperalat dua orang wanita yang kelak akan menjerumuskannya dan menghancurkan dia.Di sisi lain, Papi Susilo tampak menatap sang istri yang saat itu sedang berdandan dan sudah berpakaian rapih. Wajahnya menunjukkan kemarahan.'Kamu benar-benar keterlaluan! Aku sakit, kamu justru malah enak-enakan di luar sana,' ucap pria tua dalam hati.Mami Diana yang baru saja selesai berdandan sontak terkejut, karena sang suami menatapnya dengan tatapan tak biasa."Mengapa ekspresi kamu seperti itu? Pasti, kamu tak suka ya melihat aku seperti ini? Tapi, kamu bisa apa? Lihatlah kondisi kamu saat ini. Kamu itu sudah tak berdaya. Wajar dong jika aku menjalin hubungan dengan Laki-laki lain dan melampiaskan nafsuku," hina Diana kejam.Dia bahkan tak menyadari, kalau yang dia lakukan sangat salah."Kamu tak perlu khawatir. Hal ini tak akan lama, karena aku akan membuang kamu ke jalan. Seperti yang aku dan Bram lakukan kepada menantu kesayangan kamu itu. Hahahaha."Dia terlihat begitu bahagia. Berbeda halnya dengan Papi Susilo yang begitu terkejut mendengarnya. Hatinya terasa panas. Namun sayangnya, dia tak memiliki kekuatan untuk menceraikan istrinya, dan melaporkan wanita yang masih berstatus istrinya ke polisi.Dia akhirnya tahu. Kalau semua ini adalah rekayasa istri dan anaknya. Dia berharap, suatu saat nanti bisa bertemu dengan Inara kembali."Aku akan membalas semua yang kamu dan Bram lakukan kepadaku! Biar kalian merasakan, dinginnya lantai jeruji!"Rasa cintanya kepada sang istri, telah hilang. Berganti rasa benci yang membara.Mami Diana pergi meninggalkan Papi Susilo begitu saja. Dia sudah berjanji dengan berondongnya, akan bertemu sekarang."Ya Tuhan, aku mohon padamu! Sembuhkan penyakitku. Agar mereka tak lagi bersikap semena-mena kepadaku," ucap Papi Susilo dalam hati.Diana wanita yang tak tahu diri. Dalam kondisi suaminya seperti saat ini, dia justru menghambur-hamburkan uang demi mencari kepuasan semata.Mami Diana tak menyadari, kalau Romeo kelak akan menghancurkan dia dan hanya menginginkan uang saja."Sayang, apa kamu mau menikah denganku?" goda Romeo sambil memainkan alisnya.Diana tampak tersipu malu, wajahnya memerah. Dia seperti anak muda yang baru merasakan jatuh cinta. Saat ini Romeo masih duduk di bangku kuliah. Dia memang kerap bermain dengan Tante-tante yang kesepian."Tapi, ada syaratnya!"Mami Diana tampak mengerutkan keningnya."Aku tak ingin melihat wajah suamimu di rumah itu. Hal itu dapat merusak moodku," ucap Romeo dengan tak tahu malunya.Mami Diana tampak terkejut mendengar penuturan Romeo. Sungguh, dia bingung.Siapakah yang dia pilih? Mungkinkah dia tega membuang suaminya ke jalan?"Aku...."Buah tak jatuh jauh dari pohonnya.Itulah yang terjadi pada Mami Diana dan Bram.Cinta dapat membutakan mata ibu dan anak itu, seperti saat ini."Felisa?" kejut Bram menyadari wanita yang menarik hatinya sedang berada di ojek online. Dia langsung melajukan mobilnya kencang dan berhenti di depan motor Felisa.CITTT!Supir ojek pun akhirnya langsung mengerem secara mendadak."Mobil siapa sih? Bikin orang celaka saja!" gerutu Inara.Namun, perempuan itu seketika terkejut saat melihat Bram turun dari mobil menghampiri dia. Pria itu tampak arogan dan penuh kepercayaan diri.Inara menghela napas. Bram memang memiliki wajah tampan, tapi masih kalah jika dibandingkan Rizky. Kekayaan Rizky pun lebih melimpah, tetapi dia rendah hati.Inara menggelengkan kepalanya karena pikirannya terus saja ke Rizky."Hai, akhirnya kita bertemu lagi," ucap Bram yang terlihat tersenyum. "Sayangnya, aku tak suka dengan pertemuan kita ini. Kamu hampir saja membuat aku kecelakaan," sahut Inara ketus. Bram tersen
Bram dan Inara tampak terkejut.Pria itu bahkan seketika marah. "Anda itu hanya bosnya, tak ada hak akan hidupnya! Saya akan menikahi Felisa, dan menyuruh dia berhenti dari perusahaan Anda. Saya akan memberikan dia fasilitas mewah. Membayar berkali-kali lipat gajinya di perusahaan Anda!" ucap Bram dengan sombongnya."Selama Anda belum meninggalkan kekasih Anda, Saya tak akan mengizinkan sekretaris saya bersama Anda! Felisa wanita baik-baik. Bukan wanita murahan yang hanya Anda jadikan tempat pelampiasan nafsu saja!"Ucapan Rizky yang tepat sasaran membuat wajah Bram terlihat memerah. Dia juga tampak mengepalkan tangannya."Tak perlu marah seperti itu! Ada harga yang harus terbayar. Jangan menganggap wanita bisa dibayar dengan uang, yang rela menyerahkan tubuhnya semudah itu," sindir Rizky. Rizky langsung menarik tangan Inara meninggalkan restoran itu. "Brengsek!"Bram tak terima. Dia berniat untuk bertindak nekat memaksa Inara menikah dengannya. Di dalam mobil Inara tampak bertengka
"Sayang, sepertinya aku butuh liburan. Apa kamu bisa memberikan aku uang?" rayu Monika. Ide yang bagus bagi Bram. Dengan seperti ini, dia bisa dekat dengan Inara. "Ya, pergilah! Kamu butuh liburan menjelang pernikahan kita. Apa 10 juta cukup?" ujar Bram. "20 juta. 10 juga tak akan cukup," sahut Monika. Bram tak ingin berdebat. Dia langsung transfer sejumlah uang yang Monika inginkan. Monika tampak tersenyum bahagia. Akhirnya dia bisa pergi berlibur dengan selingkuhannya. Hubungannya dengan Bram akhir-akhir ini begitu menjenuhkan. Dia membutuhkan liburan. Monika tampak sudah bersiap-siap. Dia tak peduli pada Bram yang terlihat cuek kepadanya. Bagi Monika yang terpenting, Bram masih terus memberikan dia uang. Memenuhi keinginannya. "Sayang, apa kamu tak ingin mengantarkan aku ke bandara?" Monika tampak berbasa-basi. Dia yakin, Bram tak akan mau. "Maaf, aku tak bisa mengantarkan kamu! Aku harus segera sampai di kantor secepatnya. Have fun ya liburannya. Kabari aku, jika kamu mau
"Yeay!" teriak Bram dan Diana bahagia.Rencana mereka berhasil! Meskipun perbuatan yang mereka lakukan salah, keduanya sudah gelap mata. Mami Diana bahkan bersedia membantu Bram terlepas dari Monika. Jadi, di sinilah Bram berniat menemui Felisa, dan menunjukkan keseriusannya. Bram memang seperti tak waras, jika sudah jatuh cinta dengan wanita. Padahal dulu, dia begitu mencintai Monika, dan kini kedudukannya sudah di ganti Felisa. "Biarkan saja dia senang-senang dulu Bram. Setelah dia pulang, Mami baru akan menemui dia. Coba kamu ajak wanita itu ke rumah! Mami ingin mengenal, wanita yang membuat kamu begitu tergila-gila," Mami Diana berkata kepada sang anak.Susilo kini hanya bisa diam tak berdaya. Berharap ada orang iba kepadanya, dan menyelamatkan dia. Jika Allah mengizinkan dan memberikan dia kesempatan hidup. Dia ingin membalas semua perbuatan anak dan istrinya. Dia tak rela perusahaan miliknya bangkrut, karena anaknya. Rizky mengerem mobilnya secara mendadak, membuat Inara ka
Mami Diana menyambut "Felisa" dengan baik, seperti yang dilakukan kepada Inara dulu di awal pertemuan. Dia terlihat seperti sosok wanita yang lembut, dan ramah.Terkadang, Inara masih merasa seperti mimpi. Bagaimana bisa wanita yang awalnya terlihat baik itu, bisa begitu jahat. "Ternyata, benar apa yang dikatakan Bram. Kamu sangat cantik dan seksi, Fel. Pantas saja anak Mami begitu tergila-gila sama kamu. Semoga saja, kamu mau menikah dengan Bram," ucap Mami Diana bersikap manis ketika mereka berada di meja makan untuk dinner.Inara pun mengangguk dan tersenyum manis. " Terima kasih, Tante. Ehm, tapi maaf. Aku tak bisa jika Bram masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Aku tak ingin disebut perebut kekasih orang karena aku paling tak suka perselingkuhan," sahutnya.Bram menjadi tersedak. Dia merasa tertampar dengan ucapan perempuan itu.Untungnya, sang mami langsung sigap memberikan Bram air putih. "Terima kasih, Mi."Inara tersenyum dalam hati melihat itu.Dia pun memulai seranga
Bram hanya bisa menatap kepergian Inara bersama kedua laki-laki berbadan besar-yang mengaku bodyguardnya. Dia masih dibuat tercengang-tak percaya. "Aku ingin tahu, siapa sebenarnya kamu?"Bram melajukan kendaraan menuju apartemen tempat dia tinggal bersama Monika. Tak butuh waktu lama, dia sudah sampai. Dia langsung menuju unit apartemennya. Suasana tampak sepi, karena Monika belum kembali dari berlibur. "Menjenuhkan sekali! Andai Felisa menjadi istriku, pasti aku tak kesepian seperti ini," ucap Bram sambil melempar jas yang dia kenakan ke sofa yang berada di ruang TV. Dia pun akhirnya memilih untuk mandi. "Apa Felisa wanita simpanan CEO perusahaan Aditama? Rasanya tak mungkin, jika dia hanya seorang sekretaris biasa. Huhf, selalu gagal aku mendekatinya!" Bram masih terus bertanya-tanya. Apa yang terjadi tadi, sungguh di luar nalarnya. Pikirannya menjadi kacau. Lamunannya terhenti, karena ponselnya berdering. Dia raih benda pipi itu di atas nakasnya. Ternyata, Monika yang mengh
"Kamu jangan salah paham dulu! Aku ini sedang berbicara dengan teman kuliahku. Ada masalah akademik yang harus aku selesaikan. Setelah kita pulang berlibur, aku harus segera mengurusnya," jelas Romeo bohong. Tentu saja dia memilih berbohong. Apa jadinya nanti, jika Monika tahu? Kalau dia selama ini menjalin hubungan dengan seorang nenek-nenek. Dia lakukan demi uang. "Ayo kita ke kamar! Kita lanjutkan yang tadi sempat tertunda. Maaf, sudah membuat kamu kesal. Makanya sekarang, aku ingin membuat kamu senang," rayu Romeo yang langsung menarik tangan Monika- mengajaknya ke kamar. Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Romeo sudah langsung melucuti pakaian Monika. Membuat tubuh Monika dalam keadaan polos. Setelah itu, dia pun melakukan hal yang sama. Kini tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos. Berbeda halnya dengan mereka yang sedang melambung tinggi ke angkasa, Mami Diana justru merasa kesal. Merasa diabaikan. Padahal dia kerap memberikan uang yang banyak kepada Romeo. "Aku tak akan mel
Monika sudah sampai di Jakarta, dia langsung berpisah di bandara dengan Romeo. Mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. "Sayang, aku sudah kembali. Sekarang, aku sudah sampai di apartemen. Aku tunggu ya! I love you," Monika menuliskan pesan chat kepada Bram. Sambil menunggu Bram kembali, Monika memutuskan untuk berendam di bathtub untuk merilekskan tubuhnya. Tubuhnya terasa remuk, karena ulah Romeo. Hal yang sama dilakukan Romeo. Sesampainya di kosannya. Romeo pun langsung menghubungi Mami Diana. Mendengar kekasihnya sudah kembali, dia merasa begitu senang. Diana mengajak Romeo ke rumah, untuk makan malam bersama. Sekaligus dia ingin mengenalkan Romeo kepada anaknya. Romeo menyambutnya dengan senang hati. Namun sebelumnya, dia meminta Mami Diana mengirimkan uang sebanyak 5 juta ke rekeningnya. Dengan alasan, dia ingin pulang kampung menemui orang tuanya untuk membicarakan tentang pernikahannya kepada orang tuanya. "Benar 'kah, kamu akan melakukan hal itu? Kamu yakin
"Mengapa kamu ada di kamar saya? Dasar pembantu tak tahu diri. Kamu sengaja ya mengambil kesempatan, di saat istri saya sedang tak ada?" Gio berkata sinis. "Saya ini korban Bapak. Bapak yang memaksa saya untuk melakukan. Bapak sudah melecehkan saya," sahut Monika terisak tangis. Dia berakting, seolah dia pihak yang dirugikan. "Bapak mabuk saat pulang ke rumah, dan bapak memaksa saya karena mengira saya adalah Bu Sita," jelas Monika membuat Gio merasa tersudut. "Baiklah, saya akan bayar uang tutup mulut untuk kamu. Anggap saja, semalam saya habis menyewa kamu. Jangan pernah katakan pada siapapun, apa yang terjadi pada kita! Anggap semua gak pernah terjadi diantara kita," ucap Gio sombong. Dia mengusir Monika dari kamarnya. Gio mengerutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia melakukan dengan seorang pembantu. "Kalau saya nanti hamil gimana Pak? Semalam, Bapak melakukannya tidak hanya satu kali. Bapak juga membuangnya di dalam," Monika berkata. "Tak perlu khawatir! Istri saya dan selin
"Jawab Mas! Aku ingin dengar kejujuran kamu," Sita memaksa suaminya menjawab. Gio terlihat hanya diam. Namun, merasa gusar. Namanya bangkai yang ditutupi, pada akhirnya akan terbongkar. Sita terlihat kecewa di benar-benar syok, tak percaya suaminya akan selingkuh darinya. Sita menangis. Dia sudah tak sanggup menahan air matanya lagi. Wanita mana yang tak merasa sakit, saat mengetahui suami tercintanya ternyata bermain api di belakangnya. "Kalau Mas tak menjawab, berarti benar. Mas selingkuh. Aku ingin kita cerai," ucap Sita tegas. Meskipun selama ini suaminya selalu memberikan kemewahan. Dia tetap manusia biasa yang memiliki hati dan perasaan. Dia merasa tak terima. Melihat sang istri memasukkan barang-barangnya, Gio terlihat panik. Dia langsung beranjak turun menghampiri istrinya. Kemudian memeluknya dari belakang. "Aku mohon, maafkan aku! Aku khilaf. Aku janji tak akan mengulanginya lagi. Aku cinta sama kamu," Gio memohon agar Sita mau memaafkan dirinya. Sita membalikkan tubu
Gio sudah terbangun, dan tak melihat sang istri di kamarnya. "Kemana dia?" Gio berkata. Dia memilih untuk mandi dahulu, sebelum mencari keberadaan sang istri. Kemarin-kemarin, dia kurang tidur. Hingga baru sekarang dia merasa lemas. Dia kerap berolahraga ranjang, selama bersama Liana kemarin. Kini dia sudah merasa lebih segar. Gio langsung keluar dari kamar dan mencari keberadaan sang istri. Namun, di luar pun sang istri tak ada. "Kemana Ibu?" Tanya Gio kepada Monika. Dia masih saja bersikap dingin kepada Monika. "Ibu pergi lagi, Pak. Tak lama Bapak pulang," jawab Monika. Tanpa berbasa-basi lagi, Gio langsung kembali ke kamar lagi. "Sepertinya, Sita sangat marah. Tak biasanya dia seperti itu."Gio mencoba menghubungi sang istri melalui ponsel pintarnya. Namun, berkali-kali dia menghubungi sang istri. Sang istri tak mengangkatnya. "Si*al! Berani-beraninya dia mengabaikan telepon dariku," umpat Gio. Wajah Gio terlihat sangat kesal. Selama ini, sang istri tak pernah berani bersik
Setelah di rawat selama tiga hari, hari ini Inara dan kedua anaknya sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Kondisi Inara sudah membaik, hanya tinggal pemulihan saja. Rizky sudah mengurus administrasi kepulangan sang istri. "Sekarang, kita sudah boleh pulang," ujar Rizky kepada sang istri. Inara tampak sumringah. Akhirnya, dia bisa merasakan tidur nyenyak di rumah. Meskipun dia di rawat di ruang eksekutif, tetap saja lebih nyaman tidur di kasur empuk di rumah. "Apa semua sudah dibawa? Tak ada yang ketinggalan lagi?" Tanya Rizky kepada baby sister kedua anaknya. "Sudah, Pak," jawab salah seorang baby sister. Rizky sudah menyiapkan kursi roda, untuk sang istri turun nanti ke lobby. Dia khawatir sang istri belum kuat berjalan. "Sudah mas, aku jalan saja! Aku kuat kok, Mas. Mas gak usah khawatir," ucap Inara menyakinkan. "Gak apa-apa. Kamu duduk di sini aja, biar mas dorong," Rizky berkata. Rizky mempekerjakan dua orang baby sister untuk membantu sang istri, mengurus kedua anaknya. Di
Suasana tampak tegang, Inara dan Rizky kini sudah berada di ruang operasi. Sejak tadi Rizky menggenggam tangan istrinya erat, menguatkannya. "Jangan tegang ya! Ada mas di samping kamu," bisik Rizky dan Inara tampak menganggukkan kepalanya lemah. Operasi mulai berjalan. Rizky dapat melihat perjuangan sang istri, untuk melahirkan kedua buah hatinya. Sejak tadi dia tak melepas genggamannya, dan membisikkan kata-kata cinta untuk menguatkan istrinya. Suara penuh haru, saat satu persatu anak mereka terlahir ke dunia. Suara tangis kedua anak mereka terdengar. Rizky sampai meneteskan air matanya. Mereka kini sudah menjadi orang tua. "Selamat ya Sayang, kamu sudah menjadi seorang ibu. Alhamdulillah anak kita terlahir dengan selamat, sehat, dan tanpa kurang satupun. I love you," Rizky membisikkannya di telinga istrinya. Dokter meletakkan bayi mereka secara bergantian, di dada Inara untuk dilakukan inisiasi dini. Setelah selesai, kedua bayi mungil itu diambil kembali untuk dibersihkan. Sete
"Mas—" Ucapannya terhenti. Inara mengurungkan niatnya untuk bicara. "Kenapa? Kok berhenti ngomongnya?" Rizky bertanya lembut kepada sang istri. Bukannya menjawab, Inara justru menatapnya lekat. Rizky menautkan alisnya, seolah bertanya gerangan apa yang ingin istrinya katakan. "Kalau umur aku gak panjang gimana? Apa kamu akan menikah kembali dengan wanita lain? Mencari ibu sambung untuk kedua anak kita," akhirnya Inara mengungkapnya. Mendengar penuturan sang istri, Rizky merasa tak suka. "Aku gak suka kamu bicara seperti itu. Sampai kapanpun hanya kamu istri aku dan ibu Anak-anak kita. Kamu harus ingat perjuangan cinta kita sampai ke titik sekarang ini. Kita sama-sama berat melewatinya. Udah ya, jangan bicara seperti itu! Kita berdoa, semoga operasi sesar kamu besok berjalan lancar. Kamu dan kedua anak kita selamat dan sehat. Kita bisa berkumpul bersama," ucap Rizky panjang lebar. Inara terdiam. Perasaannya menjelang persalinan, semakin deg-degan. Dia khawatir, nyawanya tak tertol
"Sayang, sepertinya aku besok harus berangkat ke Yogyakarta untuk beberapa hari. Ada pekerjaan yang gak bisa aku tinggalkan," ucap Gio yang kini masih memeluk istrinya. Sita memiliki wajah yang cantik. Dia juga memiliki body dan juga kulitnya yang putih mulus. Tentu saja Gio tak sembarangan memilih seorang istri. "Jadi, aku di tinggal lagi?" Sita terlihat kesal, memanyunkan bibirnya. Lagi-lagi dia harus di tinggal kembali. Padahal, baru hari ini suaminya pulang, dan besok harus pergi lagi meninggalkan dia. "Sabar ya, Sayang! Seperti biasa, aku tak akan lama ke sananya. Setelah urusan selesai, aku akan segera pulang. Aku pun tak akan kuat berpisah dengan kamu," rayu Gio. "Sebagai permintaan maaf aku. Aku akan memberikan kamu uang 100 juta. Kamu bisa gunakan uang itu, untuk shopping atau apapun. Bebas terserah yang kamu mau," ucap Gio lagi. Tentu saja mata Sita langsung berbinar-binar mendengarnya. Dia merasa senang, karena suaminya akan memberikan dia uang, untuk membeli yang dia
"Kapan gue bisa hidup enak lagi sih? Cape gue hidup susah terus," gerutu Monika. Setelah diusir dari rumah Arsyila, kini Monika bekerja menjadi ART di tempat lain. "Monika," teriak sang majikan. "Bisa gak sih, gak usah teriak-teriak. Mentang-mentang orang kaya, sombong banget," umpat Monika dalam hati. Dia tak ingat dirinya dulu. Begitu sombongnya dia. Bahkan dia dulu begitu menghina Inara, dengan sebutan "orang kampung." "Ya Nyonya, sebentar," sahut Monika. Dia pun langsung lari menghampiri majikannya. Jika dia tak segera mendatangi majikannya itu, pastinya Sita akan mengomel padanya. Kini Monika sudah berdiri di hadapan sang majikan. Sita menatapnya tajam. "Ada apa ya Nyonya, memanggil saya?" tanya Monika dengan wajah menunduk. "Kamu tanya ada apa? Ini baju saya kenapa bisa begini? Kamu itu bisa kerja gak sih? Kalau memang gak bisa. Lebih baik kamu saya pecat. Saya butuh pembantu yang berpengalaman," ucap Sita sombong.Monika dibuat tak berdaya. Mungkin, ini balasan untuknya.
Baik Rizky maupun Inara sudah terlihat bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Rizky memilih menunggu sang istri, di depan ruang TV. Setelah selesai memakai hijabnya, Inara berjalan keluar menghampiri suaminya. "Ayo Mas, kita berangkat sekarang!" Inara mengajak sang suami. Dia langsung keluar bersama. Rizky meminta sang supir mengantarkan mereka ke rumah sakit. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kali ini Rizky memilih menggunakan supir pribadi. "Semoga, kedua anak kita dalam keadaan sehat. Aku khawatir sekali," Rizky membuka pembicaraan. "Aamiin. Aku juga berharap demikian, Mas," sahut Inara.Mobil yang membawa mereka sudah sampai di rumah sakit. Rizky dan Inara turun di lobby rumah sakit, dan mereka langsung masuk ke dalam menuju tempat administrasi pendaftaran. "Kamu duduk aja di sana! Biar aku yang urus pendaftaran," ucap Rizky dan Inara mengiyakan. Inara langsung mencari tempat duduk, menunggu suaminya selesai mendaftar. Seperti biasanya, Rizky yang a