"Minumlah."Nabil tersenyum tipis sebagai ucapan terima kasih ketika kopi dihidangkan ke atas meja. Matanya menatap kepulan uap panas yang menari-nari membubung dari bibir cangkir keramik berwarna putih."Maaf, pagi-pagi sudah merepotkanmu." Nabil berucap sambil meraih cangkir kopi tersebut, sebelum menyeruput dia menghirup aroma khas kopi robusta. "Seperti kopi yang baru kamu minum, kadang pahit, tetapi selalu membuatmu meminum lagi esok hari. Hidup juga seperti itu, pahit, tetapi tetap harus kita jalani."Nabil tertawa kecil. Dia menoleh ke arah lelaki yang baru saja mengujarkan kata-kata bijak. "Kamu banyak berubah, ya. Terakhir kita ketemu kamu masih jadi berandalan." Laki-laki itu tersenyum. Dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang terbuat dari busa terbaik, sementara kaki kanan ditumpangkan ke atas paha kiri. "Siapa pun bisa berubah bukan?" jawab laki-laki itu dengan tatapan menerawang ke depan, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Nabil menggangguk. Dia mengena
Pertama kali yang dicari Septian saat terbangun adalah ponselnya, dia tidak sabar melihat reaksi postingannya semalam. Begitu membuka aplikasi biru, tawanya terdengar keras memantul di dinding kamar. Dia bersorak sampai berguling di atas tempat tidur melihat hasil yang jauh di atas ekspetasinya. Postingannya dibagikan lebih dari seribu dan dikomentari hampir tiga ribu. Akun bodongnya pun banjir notifikasi, begitupun messengernya ramai dijejajali para netizen yang penasaran. Ada yang mengingatkan bahwa postingannya bisa mengandung fitnah karena melanggar UU ITE, ada yang mengingatkan tidak usah mencampuri urusan orang, tetapi lebih banyak yang menghujat Zoya. Tentu saja bakal sangat ramai, sebelum memposting, akun bodong Septian mengirimkan pertemanan ke semua pengikut di fanpage perusahaan Nabil. Dia juga men-stalking akun facebook Nabil, Zoya, dan Yani. Mencari informasi dasar di sosial media sangat mudah, dengan siapa berteman, dengan siapa paling sering berinteraksi, dan semua tet
"Duh, yang selalu terlihat kalem ternyata ....."Obrolan empat orang karyawan wanita di kantin berhenti ketika salah seorang menyikut lengan dan memberi isyarat dengan mata jika yang sedang dibicarakan mendekat.Wanita berhijab hitam dengan model dililit ke leher, mencibir ke arah Zoya. Dia kembali menatatap teman-temannya. "Kita harus ajukan petisi agar dia dipecat dengan tidak hormat dari kantor ini, kalau tidak, kita nanti yang akan kena getahnya." Dia memprovokasi teman-temannya, "kalian lihat, kan, kemarin para calon jamaah ngamuknya kayak apa? Ngeri ih.""Iya, bener." Salah seorang dari keempat wanita yang berkumpul ikut menimpali. "Aku dengar para investor juga resah dengan gosip yang beredar.""Heh, siapa bilang gosip!" Wanita tadi mencolek temannya. "kamu enggak liat postingan yang viral itu? Jelas-jelas itu muka Pak Nabil, walau muka si Zoya enggak keliatan, tapi kita semua pasti tahu itu dia.""Udaaah! Jangan ngegosip terus. Pak Nabil sama Buk Yani belum kasih statement apa
Nabil menunggu panggilan telepon whatsapp yang belum terhubung. Dia mulai bertindak tegas melihat perkembangan suasana yang semakin memburuk karena postingan fitnahan oleh akun bodong, yang membuat banyak para calon jamaah menuntut pengembalian uang. Hal itu juga membuat para penanam modal ketar-ketir. Mereka mencemaskan dana yang telah ditanam di perusahaan Nabil, padahal laki-laki itu telah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Para investor mungkin bisa menerima, tetapi tidak untuk semua calon jamaah yang telanjur termakan provokasi tersebut. Satu-satunya cara adalah menempuh jalur hukum dan menemukan siapa oknum di balik penyebaran postingan tersebut. Setelah itu dia akan menuntut pembersihan nama melalui media sosial, menurut para investor hanya itu satu-satunya cara agar kepercayaan para jamaah bisa kembali."Ya, Bil, ada apa?" Suara berat menjawab di ujung telepon."David, aku mau minta bantuanmu. Aku tahu kamu banyak link ke polisi dan bagian IT.""Ada masalah apa, kay
Kelopak mata Zoya melebar mendengar pernyataan Yani. Dia tidak mengira wanita itu meminta pamrih atas kebaikannya selama ini. Bahu Zoya meluruh, punggungnya bersandar lemah di sandaran kursi."Maaf, Yan ... aku enggak bisa." Zoya menjawab lirih, dia menunduk dan memilin ujung jilbabnya. "Aku belum kepikiran menikah lagi.""Sekarang pikirkanlah. Mas Nabil laki-laki yang sangat baik. Kita akan hidup bahagia, Zoya." Yani menggenggam tangan Zoya, membuat wanita itu mengangkat pandangannya. Dia melihat senyum terulas di bibir Yani, seolah-olah sangat meyakini ucapannya."Yan, di dunia ini enggak ada wanita yang mau dimadu. Kenapa kamu malah mendorongku menikahi suamimu?"Sekarang Zoya mengerti kenapa Yani selalu melibatkannya dalam setiap liburan akhir pekan keduanya. Sudah benderang mengapa wanita yang gemar mengenakan gamis lebar berwarna gelap itu selalu berusaha mendekatkannya dengan Nabil.Air muka Yani berubah. Tatapannya kini berlabuh ke arah pintu, jauh menerawang ke depan."Aku e
Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema
Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali
Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat
Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo
Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah
Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se
Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat
Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali
Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema
Kelopak mata Zoya melebar mendengar pernyataan Yani. Dia tidak mengira wanita itu meminta pamrih atas kebaikannya selama ini. Bahu Zoya meluruh, punggungnya bersandar lemah di sandaran kursi."Maaf, Yan ... aku enggak bisa." Zoya menjawab lirih, dia menunduk dan memilin ujung jilbabnya. "Aku belum kepikiran menikah lagi.""Sekarang pikirkanlah. Mas Nabil laki-laki yang sangat baik. Kita akan hidup bahagia, Zoya." Yani menggenggam tangan Zoya, membuat wanita itu mengangkat pandangannya. Dia melihat senyum terulas di bibir Yani, seolah-olah sangat meyakini ucapannya."Yan, di dunia ini enggak ada wanita yang mau dimadu. Kenapa kamu malah mendorongku menikahi suamimu?"Sekarang Zoya mengerti kenapa Yani selalu melibatkannya dalam setiap liburan akhir pekan keduanya. Sudah benderang mengapa wanita yang gemar mengenakan gamis lebar berwarna gelap itu selalu berusaha mendekatkannya dengan Nabil.Air muka Yani berubah. Tatapannya kini berlabuh ke arah pintu, jauh menerawang ke depan."Aku e
Nabil menunggu panggilan telepon whatsapp yang belum terhubung. Dia mulai bertindak tegas melihat perkembangan suasana yang semakin memburuk karena postingan fitnahan oleh akun bodong, yang membuat banyak para calon jamaah menuntut pengembalian uang. Hal itu juga membuat para penanam modal ketar-ketir. Mereka mencemaskan dana yang telah ditanam di perusahaan Nabil, padahal laki-laki itu telah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Para investor mungkin bisa menerima, tetapi tidak untuk semua calon jamaah yang telanjur termakan provokasi tersebut. Satu-satunya cara adalah menempuh jalur hukum dan menemukan siapa oknum di balik penyebaran postingan tersebut. Setelah itu dia akan menuntut pembersihan nama melalui media sosial, menurut para investor hanya itu satu-satunya cara agar kepercayaan para jamaah bisa kembali."Ya, Bil, ada apa?" Suara berat menjawab di ujung telepon."David, aku mau minta bantuanmu. Aku tahu kamu banyak link ke polisi dan bagian IT.""Ada masalah apa, kay
"Duh, yang selalu terlihat kalem ternyata ....."Obrolan empat orang karyawan wanita di kantin berhenti ketika salah seorang menyikut lengan dan memberi isyarat dengan mata jika yang sedang dibicarakan mendekat.Wanita berhijab hitam dengan model dililit ke leher, mencibir ke arah Zoya. Dia kembali menatatap teman-temannya. "Kita harus ajukan petisi agar dia dipecat dengan tidak hormat dari kantor ini, kalau tidak, kita nanti yang akan kena getahnya." Dia memprovokasi teman-temannya, "kalian lihat, kan, kemarin para calon jamaah ngamuknya kayak apa? Ngeri ih.""Iya, bener." Salah seorang dari keempat wanita yang berkumpul ikut menimpali. "Aku dengar para investor juga resah dengan gosip yang beredar.""Heh, siapa bilang gosip!" Wanita tadi mencolek temannya. "kamu enggak liat postingan yang viral itu? Jelas-jelas itu muka Pak Nabil, walau muka si Zoya enggak keliatan, tapi kita semua pasti tahu itu dia.""Udaaah! Jangan ngegosip terus. Pak Nabil sama Buk Yani belum kasih statement apa