Share

3. Ujian Zafirah.

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2021-06-05 21:13:20

Azril menatap tubuh kaku sang adik yang terbujur kaku di atas brankar, kain putih kini menutupi sekujur tubuhnya, dan air matanya telah mengering. Tubuhnya tidak ada lagi tenaga bagai raga tanpa nyawa, penampilannya berantakan. Bahkan orang tidak mengenali jika dirinya seorang CEO di perusahaan ternama.

Jelita yang berada di sampingnya sudah berusaha untuk menghiburnya, namun semua gagal hingga langkah orang yang berlari mengalihkan pandangannya dari Azril.

"Assalamualaikum, saya Fredi dan ini Zafirah," ucap Fredi pada Jelita dan Azril.

"Wa'alaikumsalam, silakan Paman," Azril menatap dua orang yang berdiri tidak jauh darinya.

"Paman Fredi, saya abangnya Zaki," Azril berdiri mendekati Fredi, berjabat tangan dengan pria paruh baya di depannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sampai terjadi kecelakaan, dan kenapa kita berada di sini?"

Fredi mencecar pertanyaan pada Azril. Dirinya mengerti jika berada di depan ruangan yang banyak di takuti orang. Paman Ferdi berusaha menepis praduganya, walau faktanya mereka benar-benar berada di depan ruangan yang tidak ingin di ketahui olehnya.

"Zaki itu—"

Azril menceritakan kronologis kejadian kecelakaan yang menimpa Zaki pada Fredi, paman Zafira, dan Zafirah yang sedari tadi hanya mendengarkan, berlahan air matanya mengalir tanpa mampu Zafirah tahan. Fredi bersama Zafirah di antarkan ke kamar, di mana tubuh Zaki yang terbujur kaku. Zafira yang sedari tadi berusaha tegar, kini dirinya tidak bisa menahan gejolak hatinya berlahan dirinya mendekati dan membuka kain putih yang menutup tubuh Zaki. Namun, saat melihat wajah Zaki yang penuh luka, tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke belakang. Fredi yang berdiri tidak jauh darinya, dengan sigap menahan tubuh Zafira yang tiba-tiba pingsan.

Azril menemani Fredi ke ruang rawat untuk memeriksa kondisi Zafirah. Seorang dokter wanita memasuki ruangan dan memeriksa denyut nadi Zafirah.

"Tuan, boleh saya buka cadar istri anda?" Azril yang berada tepat di samping tempat tidur Zafirah hanya bisa menatap bingung.

"Maaf Dok, apa tidak bisa di periksa tanpa membuka cadarnya?" Fredi yang berdiri di samping Azril baru menyadari, jika wajah Zafirah tidak pernah terlihat oleh orang lain selain dirinya.

"Bukankah anda Ayah pasien dan Tuan, suami pasien?" Dokter yang merasa heran saat memeriksa kondisi Zafirah. Namun, kesulitan karena cadarnya tidak di lepas.

"Paman, biar saya tunggu di luar,"

Azril yang mengerti jika wajah Zafirah tidak pernah terlihat oleh pria yang bukan mahromnya memilih menunggu di luar. Hatinya tidak tenang melihat wanita yang akan menjadi adik iparnya tergeletak tidak sadarkan diri menahan gejolak hatinya setelah melihat sendiri calon suaminya telah meninggal.

"Iya nak Azril maaf." Paman menatap wajah Azril yang terlihat sayu.

Azril meninggalkan ruangan Zafirah, namun saat akan menutup pintu tanpa sadar dirinya melihat wajah Zafirah walau tidak jelas.

Keesokan harinya pemakaman Zaki penuh dengan air mata, Zafirah yang berada di dekat makam tidak kuasa menahan air matanya, para pelayat mulai meninggalkan makam. Kini, hanya ada Zafirah dan Azril yang masih berada di sana.

"Kamu pulanglah! Sudah sore, Paman pasti menunggumu,"

Azril meminta Zafirah untuk pulang, mengingat kondisi fisik dan pikiran Zafirah yang lemah membuatnya berinsiatif untuk mengantarnya pulang.

"Aku akan mengantarmu pulang!" Tanpa menunggu jawaban dari Zafirah, Azril melangkah lebih dulu.

Dalam perjalanan menuju rumah Zafirah, tanpa ada yang berinsiatif memulai obrolan, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tanpa terasa, mereka telah sampai di depan rumah sederhana Fredi.

"Assalamualaikum, Paman." Zafirah mengetuk pintu hingga tiga kali mengucapkan salam tidak ada sahutan dari dalam, bi Minah tetangga Zafirah berlari mendekati Zafirah.

"Assalamualaikum Zafirah, anu. I-itu Paman," dengan nafas ngos-ngosan. Bi Minah menyampaikan kabar pada Zafirah.

"Wa'alaikumsalam bi Minah, ada apa? Anu apa Bu? Bicara pelan-pelan ya!"

Bi Minah menarik napasnya dalam-dalam dan memulai bicara dengan tenang.

"Zafirah, Pamanmu masuk rumah sakit."

Mendengar Pamannya masuk rumah sakit, tubuh Zafirah bergetar.

"Rumah sakit mana Bu?"

Azril melihat tubuh Zafirah bergetar, memutuskan untuk bertanya. Sejak tadi Azril hanya diam mendengarkan pembicaraan dua wanita berbeda generasi.

"Rumah sakit kota Tuan." Jawab Bu Minah.

"Aku antar kamu ke rumah sakit, sekarang kita harus pergi."

Tanpa berfikir lagi, Zafirah mengikuti langkah lebar Azril.

Sepanjang perjalanan, Zafirah tidak berhenti memanjatkan doa untuk sang Paman, keluarga satu-satunya yang dia miliki di dunia ini.

Mobil yang di kendarai Azril memasuki halaman rumah sakit, Zafirah turun dari mobil dan berlari menuju ruang UGD tanpa memperdulikan Azril yang ada di belakangnya.

Azril yang mengikuti langkah Zafirah, hingga sampai di depan pintu ruang UGD. Setelah menunggu kurang dari dua jam seorang Dokter keluar.

"Saudara pasien Fredi?" Zafirah berdiri mendekati sang dokter.

"Saya keponakannya Dok, apa yang terjadi dengan Paman saya? Setau saya Paman tidak memiliki penyakit apapun Dok,"

Zafirah mencecar pertanyaan pada dokter yang menangani Pamannya. Selama ini, Pamannya tidak mengeluh sakit sehingga kejadian benar-benar membuatnya panik.

"Sebaiknya kalian ikut ke ruanganku! Ada yang ingin aku katakan pada kalian,"

Mereka mengikuti dokter menuju ruangannya. Bahkan Azril mengekor di belakang menuju ruang pribadi Doker.

"Begini. Tuan Fredi adalah pasien saya selama empat tahun terakhir, beliau menderita sakit jantung yang lama dideritanya,"

Zafirah menggelengkan kepalanya, dirinya tidak percaya jika sang Paman menderita sakit separah itu.

"Dok, saya tidak ingin mendengar apapun, tapi saya minta selamatkan Paman saya Dok."

Zafirah mengiba pada Dokter yang selama empat tahun menjadi Dokter pribadi Pamannya. Zafirah benar-benar tidak percaya, jika Pamannya menderita penyakit jantung. Suara di ruangan dokter Mardi membuat Zafirah dan Azril menatapnya bingung.

"Nona, itu panggilan dari ruangan tuan Fredi, sebaiknya kita ke sana."

Saat mereka akan beranjak, seorang perawat menerobos ruangannya.

"Dokter Mardi, kondisi tuan Fredi semakin kritis, beliau terus memanggil Zafirah,"

Zafirah beranjak dari kursinya saat mendengar kondisi Pamannya semakin kritis. Tanpa memperdulikan tubuhnya yang lemah, Zafirah berlari keruang Pamannya.

"Paman, ini Zafirah. Bertahanlah demi Zafirah, Paman! Jangan tinggalkan Zafirah!"

Tangis Zafirah pecah melihat kondisi tubuh sang Paman dalam keadaan lemah, napasnya tersengal terkuat begitu berusaha untuk mengatakan sesuatu pada Zafirah.

"Za–Zafirah maafkan Paman, selama ini menyembunyikan penyakit Paman padamu,"

Dengan napas yang semakin lemah, Fredi berusaha untuk bicara pada Zafirah untuk terakhir kalinya.

"Paman tidak perlu minta maaf pada Zafirah, sekarang Zafirah mohon pada Paman, jangan banyak bicara lagi ya. Dok cepat lakukan apapun untuk Paman saya Dok, saya mohon,"

Zafirah menangkupkan kedua tangannya memohon pada dokter Mardi untuk menyelamatkan Pamannya.

"Nak Azril, kemarilah,"

Tangan Fredi memberi syarat agar Azril mendekatinya. Dengan cepat Azril mendekati sang paman yang semakin kesulitan untuk bernapas.

"Paman saya di sini, apa yang ingin Paman katakan pada saya?"

Azril mendekatkan telinganya pada wajah Fredi. Suaranya yang yang lemah membuat Azril melakukan hal itu.

"Nak Azril, Paman mohon nikahi Zafirah, Paman percayakan Zafirah padamu,"

Tubuh Azril menenggang mendengar ucapan Fredi padanya. Sebelum Azril menjawab perkataan Fredi, tiba-tiba layar monitor memperlihatkan garis lurus dan bersuara kencang. Teriakan Zafirah terdengar menyayat hati Azril namun dirinya tidak bisa berbuat apapun.

"Paman jangan tinggalkan Zafirah Paman, Dok lakukan apapun untuk Paman Dok!"

Zafirah menggoyahkan tubuh Pamannya yang diam. Berusaha untuk membangunkannya dari tidur, namun semua sia-sia sang Paman telah berpulang ke Rahmatullah.

"Zafirah ikhlaskan Pamanmu, Allah lebih sayang padanya."

Tubuh Zafirah terkulai lemas, kini dirinya sendiri di dunia ini tanpa siapapun. Dalam dua hari berturut-turut, dirinya melepas orang-orang yang memiliki arti dalam hidupnya. Baru kemarin dirinya mengantar sang calon imam ke peristirahatan terakhir. Kini, dirinya kembali mengantar Paman tercinta ke tempat yang sama.

Hujan membasahi bumi, seakan turut merasakan sesak yang di rasakan Zafirah, hujan yang enggan meninggalkan dirinya yang tengah memeluk pusara Pamannya.

"Ya Allah, sungguh nikmat ujianmu pada hamba ini, engkau telah mengambil semua yang aku sayangi, hamba ikhlas menerima ujianmu ini, hamba percaya di balik ujian ini engkau telah menyiapkan yang terindah untuk hamba,"

Terdengar suara adzan Maghrib, berlahan Zafirah meninggalkan makan Pamannya, dengan langkah tertatih dirinya telah sampai di rumah beberapa tetangga tengah menyiapkan acara doa untuk Paman dan Zaki, Zafirah berjalan menuju kamarnya dan memberiskan tubuhnya. Mulai hari ini, dirinya harus lebih kuat lagi menjalani hidup tanpa adanya paman di sampingnya.

Seminggu setelah pemakaman Pamannya, selama itu juga dirinya tidak mengunjungi musholla, dirinya merindukan anak-anak. Canda tawa mereka adalah obat untuknya. Hari ini Zafirah mengajar anak-anak lagi, dan alangkah bahagianya, saat anak-anak menyambut kedatangannya.

"Assalamualaikum, anak-anak!" Ucap Zafirah.

"Wa'alaikumsalam kak Zafirah, hore! Kak Zafirah mulai mengajar lagi!" Teriak mereka bersamaan, Zafira tersenyum melihat mereka yang menyambutnya, mereka berebut memeluk Zafirah, tingkah mereka membuat tawa Zafirah lepas.

Di kantor, seorang pria bertubuh atletis tengah memeriksa tumpukan berkas-berkas, yang selama seminggu tidak dia sentuh hanya asistennya yang mengerjakannya.

"Tuan Azril, satu jam lagi ada meeting dengan perusahaan Mega bintang."

Adam sang asisten yang merangkap sebagai pengawal pribadinya, kini memandang sang Tuannya yang terlihat sedih setelah kehilangan adik satu-satunya.

"Atur ulang lagi, jika tidak mau kamu yang mengantikan posisiku aku harus pergi sekarang," tanpa menunggu

menunggu jawaban dari asistennya, dirinya melangkah pergi menuju mobilnya yang terparkir di tempat khusus.

Di dalam mobil dirinya tidak langsung menyalakan, tapi pikirannya kembali pada satu minggu kemarin di mana adik dan Paman wanita yang bernama Zafirah meninggal dalam waktu yang berdekatan, satu hari setelah kematian Zaki dan di susul Paman Zafirah.

"Bang, aku mohon nikahi Zafirah, gantikan posisiku menjadi imam untuknya. Dia wanita yang baik, suatu saat Abang akan mencintainya, jaga Zafirah untukku Bang. Aku mohon, anggap ini permintaan pertama dan terakhirku," kalimat terakhir yang terus menganggu pikirannya, dan kembali ingatan perkataan terakhir dari paman Zafira membuatnya semakin bingung, disisi lain dirinya memiliki kekasih dan di sisi lain dirinya tidak mungkin menolak permintaan paman dan adiknya.

"Argh! Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?"

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
MiaKadir
tak sedar baca ikut nages, padahal iseng2 baca saja
goodnovel comment avatar
Fatmah SY
yang kuat Zafira.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   4. Pemaksaan

    Sebulan sudah Paman dan Zaki meninggalkan dirinya. Selama itu juga Zafirah berusaha melupakan kenangan indahnya bersama Paman. Meskipun sulit, namun Zafirah harus merelakan kepergian orang terkasihnya, orang tua satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Zafirah kini menyibukkan dirinya lebih dari biasanya. Tawaran mengajar di desa tetangga berdatangan, dirinya tidak cuma mengajar di musholla di desanya, namun juga di desa tetangga. Seperti hari ini setelah mengajar di desa sebelah, tanpa merasa lelah Zafirah kembali ke musholla hanya untuk memberikan sumbangan untuk perbaikan musholla. Hasil pemberian penduduk desa ia masukkan untuk kotak amat di musholla. Dengan mengendari sepeda motor bututnya. Akhirnya, Zafirah sampai di rumah sederhananya. Saat memasuki pekarangan rumahnya, terlihat mobil mawah telah terparkir di halaman rumahnya. "Assalamualaikum, maaf mau cari siapa?" kata Zafirah rasa penasaran dan rasa takut membuatnya tetap berdir

    Last Updated : 2021-06-07
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   5. Wanita Ninja

    Di sepertiga malam Zafirah terbangun, Zafirah yang terbiasa bangun di tengah malam meskipun baru berapa jam ia memejamkan matanya. Usai menjalankan Salat tahajud, Zafirah melanjutkan membaca Al Qur'an. Hingga terdengar langkah kaki melewati kamarnya.Zafirah mempertajam pendengarannya. Suara gelak tawa membuat Zafirah merasa penasaran, berlahan Zafirah membuka pintu balkon yang mengarah ke kolam renang yang berada tepat di bawahnya. "Astaghfirullahaladzim, apa yang mereka lakukan?"Zafirah memalingkan wajahnya saat melihat pemandangan di depannya. Bagaimana Azril yang tengah memadu kasih dengan seorang wanita di dalam kolam renang. Tanpa memikirkan orang lain yang akan melihat tingkah laku mereka.Zafirah melanjutkan mengajinya dan berusaha melupakan apa yang di lihatnya, namun bayangan tubuh Azril yang berada di atas wanita itu membuat perasaannya sakit. Zafira menyadari jika yang di lakukan Azril adalah perbuatan yang dilarang agama. Namun, Zafirah tidak bisa berbuat apapun. Tidak

    Last Updated : 2021-06-07
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   6. Berharap.

    Satu minggu setelah kejadian penyerangan, selama itu juga Zafirah tidak bertemu dengan Azril. Seperti hari ini Zafirah hanya berdiam diri di dalam kamar. Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan olehnya selain melakukan kewajibannya pada pemilik kehidupan. Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Terlihat Melati membawa nampan berisi makan siang dirinya."Selamat siang nyonya, bibi bawa makan siang. Semoga nyonya menyukai masakan Bibi,"Melati tersenyum ramah pada wanita bercadar yang berada di hadapannya. "Terima kasih Bi, apapun masakan bibi aku menyukainya," sahut Zafirah dengan senyum indahnya. "Nyonya, tuan Azril sudah mengizinkan Nyonya keluar dari kamar, akhirnya tuan sadar juga ya, Nyonya,"Zafirah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban Zafirah tidak ingin terlalu berharap. Di izinkan keluar dari kamar bukan berarti bebas, mengingat kekasih suaminya tidak menyukainya. "Nyonya, apa ada yang menganggu pikiran nyonya? Atau masakan bibi tidak enak, biar nanti bibi ganti. N

    Last Updated : 2021-06-08
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   7. Jebakan Jelita

    Waktu menunjukkan tepat pukul delapan malam, para pelayan dan berapa tamu yang mulai berdatangan. Di kamar utama Jelita bersama Azril tengah bersiap dengan penampilan yang luar biasa. Jelita yang memakai gaun malam tanpa lengan dan panjang gaunnya hingga menjuntai kelantai, bagian atas kerah yang berbentuk huruf V membuat bagian tulang selangka terlihat jelas. Azril yang malam ini memakai setelan Tuxedo dengan warna senada dengan Jelita. Penampilan mereka bagaikan ratu dan raja. Mereka menuruni tangga, tangan jelita bergelayut di lengan Azril. Para tamu menyambut kedatangan pasangan yang malam ini terlihat serasi. "Wahh!! Kalian kapan menikah? Sudah lama kalian menjalin hubungan, apa kalian tidak takut bosan?" Romi sahabat Azril menyambut pemilik pesta dengan terus menggodanya. "Kami akan menikah sebentar lagi, siapkan kado terindah untuk kami Romi!"Jelita menjawab perkataan Romi dengan tawa yang penuh arti. "Jangan khawatir, aku pastikan hadiahnya sangat istimewa."Romi menepuk

    Last Updated : 2021-06-08
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   8. Kemarahan Romi.

    Romi membawa tubuh Zafirah yang terkapar tidak berdaya ke rumah sakit terdekat. Dirinya tidak ingin sesuatu terjadi pada Zafirah, wanita yang tidak lain adalah istri dari sahabatnya. Romi bersumpah akan membuat perhitungan pada Azril, ia merutuki kesalahannya yang terlambat datang. Flashback.Romi yang ingin ke toilet tidak sengaja mendengar apa yang di katakan Jelita pada Zafirah. Namun rasa sakit di perutnya membuatnya berlari kearah kamar mandi. Saat ia kembali, baik Jelita maupun Zafirah tidak ada disana, mengingat kata-kata gudang. Romi berinsiatif kesana, namun langkahnya terhenti setelah seseorang yang tiba-tiba berada di hadapannya. "Romi tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan padamu?" tanya Jelita. "Apa yang ingin kamu tanyakan, padaku?" "Wanita ninja itu? Apa yang kamu ketahui tentangnya?" Romi menatap Jelita yang menatapnya penuh harap. "Wanita ninja yang mana kamu maksud, siapa Jelita?" tanya balik Romi pada Jelita. "Zafirah, apa yang kamu ketahui tentang Zafirah. Dan

    Last Updated : 2021-06-09
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   9. Kedatangan Jelita

    Dua hari sudah Zafirah berada di rumah sakit, selama itu juga Azril menemaninya. Kondisi Zafirah yang kini lebih baik dari sebelumya, hari ini adalah hari kepulangannya."Zafirah, ada yang ingin aku tanyakan padamu?" Azril mendekati tempat tidur Zafirah. "Apa yang ingin kak Azril tanyakan?"Zafirah yang membenarkan posisi duduknya meski kepalanya masih terasa nyeri. "Apa benar Jelita yang menjebakmu?" Azril duduk di kursi samping tempat tidur Zafirah. "Apa kak Azril akan percaya, apa yang aku katakan nanti?"Zafirah memastikan apakah Azril akan percaya jika dalang di balik kejadian kemarin adalah kekasihnya. "Aku tidak tahu, harus percaya dengan siapa. Tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu." Ucap Azril. "Jika kak Azril masih ragu, lebih baik tidak usah bertanya. Aku sudah tahu siapa yang akan kak Azril dengarkan," jawaban Zafirah membuat Azril semakin merasa serba salah, disisi lain Jelita kekasihnya dan Zafirah istrinya. "Bukan begitu Zafirah. Aku hanya," kebimbangan Azril

    Last Updated : 2021-06-10
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   10 Kebimbangan Azril

    Zafirah mengemasi semua barang-barangnya, sesuai janjinya siang ini Azril datang untuk menjemputnya. Azril membantu Zafirah yang kesulitan saat membawa tas yang berisi pakaiannya. "Zafirah berikan tasnya padaku,"Azril meraih tas yang berada dalam genggaman Zafirah. "Terima kasih kak Azril," ucapnya saat Azril telah mengambil tas yang dia bawa, Zafirah mengikuti langkah Azril menuju parkiran. "Sama-sama Zafirah, kenapa kamu berjalan di belakangku? Kemarilah, berjalanlah di sampingku,"Azril meraih tangan Zafirah yang berada di belakangnya. Mereka melewati lorong rumah sakit, tangan mereka saling bergandengan. Sesampainya di parkiran Azril membukakan pintu untuk Zafirah. Kini mereka berada di dalam mobil tanpa ada canda ataupun tanpa ada obrolan, mereka sibuk dengan pikiran masing- masing tanpa mereka sadari kini mobil yang mereka naiki telah memasuki halaman rumah Azril. Azril membukakan pintu untuk Zafirah, mereka beriringan memasuki rumah mewah Azril, dan Azril mengantar Zafirah

    Last Updated : 2021-06-11
  • Wanita Bercadar Itu Istriku   11. Debaran Yang Aneh

    Sepertiga malam seperti biasa Zafirah terbangun untuk melaksanakan dua rakaat dengan khusyuk. Setelah selesai di lanjutkan dengan zikir dan mengaji hingga terdengar suara adzan subuh berkumandang, Zafirah menutup Al Qur'an setelah menciumnya di letakan kembali di atas nakas. Zafirah kembali melaksanakan salat subuh entah kenapa air matanya luruh, sesuatu yang sakit di dalam hatinya, membuat seorang Zafirah menangis dalam sujudnya. Usai melaksakan shalat subuh zafira mengadahkan ke dua tangannya, berharap sang Haliq memberikan kesabaran lebih pada hati dan jiwanya. "Ya Allah hamba pasrahkan semua padamu, engkaulah pemilik kehidupan ini. Jika ini takdir yang harus hamba jalani, hamba dengan ikhlas menerimanya."Usai melaksanakan shalat dan berdoa pada pemilik kehidupan, Zafirah berjalan ke arah balkon dan bershalawat nabi tanpa melepas mukenanya. Hingga terdengar suara kicauan burung seolah mengikuti Zafirah yang tengah bershalawat pada kekasih Allah semakin banyak burung yang berkicau

    Last Updated : 2021-06-12

Latest chapter

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   85. Extra part (Nama Yang Menepati Hati)

    Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   84. Extra part (Kelahiran Alfarizqi Daza Elfathan)

    Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   83. Bahagia Selamanya.

    Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   82. Penyesalan Sesaat.

    "Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   81. Kebahagiaan Yang Nyata.

    Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   80. Pengusiran Jelita 3.

    "Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   79. Pengusiran Jelita 2.

    Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   78. Pengusiran Jelita.

    Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."

  • Wanita Bercadar Itu Istriku   77. Penolakan Azril.

    Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga

DMCA.com Protection Status