Share

Walk On Memories
Walk On Memories
Author: Bella

(1) Biasalah~

Author: Bella
last update Last Updated: 2021-05-07 16:09:22

Pagi-pagi sekali Bella mulai melangkahkan kakinya menuju ke sekolah. Saat memasuki gerbang sekolah, suasana masih sepi, belum banyak yang datang.

Bella berjalan sambil menunduk, tangannya ia gunakan untuk memegang tali tas punggungnya. Langkahnya sangat pelan, seperti biasa.

Di ujung koridor, Bella melihat lelaki yang bernama Daniel. Lelaki itu adalah cowok yang Bella sukai. 

Tidak ada yang tahu, Bella terlalu takut untuk bercerita pada orang-orang.

Bella menatap Daniel dari kejauhan, lelaki itu sedang duduk sendiri sambil membaca buku. Bella berjalan melewati Daniel, niatnya ingin menarik perhatian Daniel. Lelaki itu bahkan tidak meliriknya sama sekali.

Bella mulai masuk ke kelas dan duduk di kursinya. Dengan cepat, Bella membuka tasnya dan mengambil buku kecil untuk menulis sesuatu. Ya, bisa dibilang seperti Diary.

Banyak hal yang Bella tulis, termasuk tentang Daniel tentu saja.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya itu, Bella merebahkan kepalanya hingga bel masuk berbunyi.

Guru sudah masuk ke kelas, pengajar itu memberikan tugas dan pergi setelah itu.

Deringan ponsel mengalihkan perhatian Bella. Ada telepon masuk dari Dika, cowok yang selalu merusuhi Bella.

Bella membiarkan saja deringan itu hingga mati sendiri. Bella membuka roomchat dengan Dika, lelaki itu meminta jawaban tugas yang baru saja diberikan.

Dari ujung sana, Dika berjalan mendekat dan menggebrak meja dengan kasar.

"Kerjain cepatan!" Bella hanya mengangguk pelan. Ia mulai menuliskan jawaban di bukunya.

"Kalo udah, pap di gc!" Lagi-lagi Bella hanya mengangguk tidak membantah.

Saat itu, Bella mau memainkan ponsel, tiba-tiba saja mendapatkan notif bahwa Dika sudah memasukkan ke group chat bersama teman-temannya itu. Bella bertanya apa alasannya, dengan enteng Dika menjawab agar mudah untuk meminta tugas. Bella hanya mengangguk paham, tidak bertanya lagi. Bella cukup paham, fungsinya hanya untuk mengerjakan tugas Dika dan ketiga temannya itu.

"Sekalian tulisin punya gue, jangan lupa, awas!" Setelah itu Dika pergi keluar kelas. 

Sebelum memegang buku Dika, Bella menghela nafas sejenak. Rasanya sedikit letih.

Bunyi notifikasi ponsel menandakan ada pesan masuk mengalihkan atensi Bella. Dengan segera Bella membuka pesan itu dan tatapannya berubah malas. Lagi-lagi meminta jawaban.

"Bel, udah belum? Cepetan elah!" Itu adalah pesan singkat yang dikirim oleh Revan, salah satu anggota group yang dibuat oleh Dika.

Bella tidak menjawab, lebih baik ia kembali mengerjakan dan mengirim jawaban kepada mereka.

Lagi-lagi bunyi notifikasi pesan membuat konsentrasi Bella hilang. Kali ini pesan yang dikirimkan oleh Andra, salah satu teman Dika.

"Bel, pap dong!"

Bella kembali mengabaikan pesan singkat itu dan melanjutkan pekerjaannya.

Gembrakan pada meja Bella membuat gadis itu terpekik, Alfa—lelaki yang paling kasar diantara teman-teman Dika—menghampirinya. 

Alfa menarik paksa bukunya dan membawanya ke meja tempat lelaki itu duduk. Bella hanya pasrah saja.

Gadis ini melanjutkan menulis jawaban pada buku Dika, hanya berbekal ingatan, karena jawabannya sudah diambil paksa oleh Alfa.

Bunyi bel sudah berbunyi nyaring, satu per satu teman sekelasnya sudah meninggalkan kelas dan pergi ke kantin. Tapi, Bella berbeda, saat istirahat tiba, dia hanya berdiam diri di kelas. Bella tidak ingin orang-orang merundungnya jika pergi ke kantin. Bella merasa takut.

Baru saja ingin merebahkan kepalanya di meja, seseorang menarik rambut panjang Bella. Gadis ini meringis, rasanya sangat sakit, seperti rambut kepalanya tercabut dari kepalanya.

"Ahhh, sakit. Tolong lepasin..." Orang yang menarik  Bella itu ada cewek dari kelas sebelah. Sebut saja Cherry.

"Kerjain tugas gue, anak yatim! Kalo gue kesini tugas gue harus selesai, ngerti!?" Bella masih mengelus kepala kepalanya pelan. Rasanya masih terasa sakit.

"Ngerti gak!?" Bella hanya mengangguk terpatah-patah, setelah itu Cherry pergi bersama antek-anteknya.

Bella menatap buku yang ada di hadapannya. Totalnya ada empat buku, bagaimana bisa ia menyelesaikannya?

Bella mulai mengerjakan tugas di buku yang diberikan oleh Cherry.

Sudah lewat lima menit, suasana kelas masih sepi, Bella merebahkan kepalanya pada meja karena merasa sedikit letih. Mata gadis ini terpejam sesaat, sedetik kemudian terbuka dengan terpaksa.

Dika datang dan menarik rambutnya kasar. Bella memukul pelan tangan Dika berharap bisa dilepaskan.

"Sakit... tolong lepasin..." 

"Lagi ngapain anak yatim?" Bella mendongak dan menatap mata Dika sejenak.

"Ditanya malah bengong nih, anak yatim!"

"Ng-ngerjain tugas..." Ucap Bella tergagu.

"Punya siapa!?" Dika kembali menjambak rambut Bella kasar. Gadis ini kembali meringis menahan sakit.

"Ssss... sakit, Dika.." Bella menahan lengan Dika agar tangan lelaki itu mengenai kepalanya lagi.

"Punya siapa!?" Lagi-lagi Dika mengeluarkan suara dengan nada membentak.

"Pu... punya, Che--" 

"Oh, punya cewek gatel itu, iya!?" Bella mengangguk mengiyakan.

"Siniin bukunya!" Bella menggeleng, kalau bukunya diambil Dika, kemungkinan ia dimarahi Cherry semakin besar.

"Jangan, Dika... nanti Cherry marah..." Dika menatap tajam Bella, nyalinya menciut.

Dengan kasar, Dika mengambil buku Cherry sedikit kasar. Bella membelalakkan matanya saat buku Cehrry yang sudah ada ditangan Dika robek. Lelaki ini merobeknya.

"Dik, kalo Cherry marah gimana?" Dika hanya tertawa mengejek.

"Itu urusan lo! Dengerin ini baik-baik, lo gak boleh ngerjain tugas orang lain selain gue dan temen-temen gue!" Bella menunduk takut. Bella hanya mengangguk menuruti.

Setelah itu Dika pergi keluar, dan Bella sedikit was-was jikalau Cherry menagih bukunya. Bella berjalan keluar, sepertinya bersembunyi di toilet bisa membuatnya tidak dirundung Cherry dan antek-anteknya. Setidaknya untuk sekarang.

Setelah sampai di toilet, dengan cepat Bella masuk kesalah satu bilik dan menguncinya dari dalam.

Sampai bunyi bel pulang Bella tidak keluar dari bilik kamar mandi. Setelah di rasa cukup sepi, Bella membuka pintu dan keluar dengan pelan. Betapa terkejutnya Bella, rambutnya langsung dijambak dan kepalanya dijedotkan ke tembok sekolah. 

Bella hanya menahan lengan gadis sebaya dengannya  itu.

"Sakit... tolong lepasin," ucap Bella pelan. Air matanya tidak bisa dicegah, keluar dengan sendirinya.

"Oh, sakit? Bayi lo!" Bentak Cherry marah.

"Lo kayaknya emang minta dirundung kan? Tugas gue gak lo kerjain, SENGAJA!?" Ucap Cherry kembali menjambak rambut Bella dengan kasar. Beberapa helai rambut Bella rontok di tangan Cherry.

"Sakit, Cher..." Ungkap Bella diikuti rintisan pelan dari bibirnya.

"Tau lo kalo sakit, kenapa gak lo kerjain tugas gue!? Sialan lo!" 

"Kerjain hukuman gue! Awas kalo lo kabur lagi, gue bunuh lo, ngerti!?" Bella mengangguk pelan.

"Bersihin toilet sampe bersih, awas kalo guru tau, lo gue bunuh!" Bella kembali mengangguk tergagu-gagu.

"Jangan iya-iya aja, kerjain sana!" Setelah itu Cherry pergi meninggalkan Bella. Gadis ini pun mulai mengerjakan hukuman Cherry sampai malam hari tiba.

Toilet Lit High School sangat banyak. Sekolah SMA ini adalah sekolah favorit di kota ini. Dan Bella sangat beruntung bisa menempuh pendidikan disini. Ya walaupun tidak seperti orang-orang. Tapi, tidak masalah untuknya.

Mendapatkan beasiswa dan dapat merasakan pendidikan dengan fasilitas yang lengkap sangat Bella syukuri.

Bella hanya anak yatim, kehilangan orang tuanya dikala ia masih butuh kasih sayang mereka sangat membuatnya terpukul. Tidak jarang ia merasa sangat insecure jika tersosialisasi dengan teman sebayanya.

Itulah mengapa Bella menutup diri dari orang-orang. Lambat laun, orang-orang sekitar mengira Bella orang aneh, yang menjauh jika ada yang mendekatinya. Dika, lelaki itu adalah orang pertama yang merundungnya. 

Setelah Dika, muncullah orang seperti Cherry yang mulai berani menyuruhnya ini dan itu. Dan Bella hanya menuruti saja.

Setidaknya, masih ada orang yang ingin berbicara dengannya walaupun dengan dalih meminta tugas. Bella tidak masalah. Sungguh!

Ah, iya. Sekali lagi, baca terus sampai akhir cerita Bella. Kalian sudah membacanya sampai sini, bacalah sampai akhir agar lebih baik~

Comments (1)
goodnovel comment avatar
atuy galon
setan!!!! nyebelin, lo kira Bella babu?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Walk On Memories   (2) My Lady

    Setelah menyelesaikan hukuman Cherry, Bella pulang ke tempat ia berteduh.Tempatnya tidak jauh dari sekolah, jika ditempuh dengan jalan kaki mungkin hanya membutuhkan waktu 5 menitan.Bella berjalan sambil mengayunkan tangannya pelan, senandungan yang dikeluarkan dari mulutnya sangatlah merdu, karena Bella bekerja sebagai penyanyi bayaran yang manggung di cafe.Sesekali kaki jenjangnya ini menendang kerikil pelan yang ada di jalanan. Bella sedikit menyipitkan matanya, jika tidak salah itu seperti Alfa.Bella berlari pelan, dengan sedikit keraguan yang ada di hatinya, Bella mencoba berteriak."Ada polisi!!" Dan orang-orang yang sedang memukuli Alfa itu berlari dengan cepat, sangat cepat sampai tidak sadar jika dibohongi oleh Bella.Setelah rombongan itu agak jauh, Bella berlari pelan kearah Alfa. Bella sedikit meringis, wajah Alfa sangat bonyok. Ada banyak warna kebiruan yang menghiasi wajah teman sekelasnya itu.&nbs

    Last Updated : 2021-05-08
  • Walk On Memories   (3) Lawan Mereka ((?))

    Kali ini Bella sedikit terlambat datang ke sekolah. Kelasnya sudah ramai, sudah banyak yang datang.Bella berjalan kearah mejanya, pandangannya sedikit menunduk, banyak pasang mata yang menatapnya terang-terangan.Baru saja Bella mendudukkan diri, sudah ada gadis yang menghampirinya. Bella hanya menatapnya, menunggu gadis itu membuka suara. Jika tidak salah, namanya Tari."Hai, Bel! Baru dateng ya?" Ucap Tari sekadar basa-basi sesaat. Bella hanya mengangguk sekilas sambil tersenyum samar."Tau gak, Bel hari ini aku ulang tahun. Ih, aku seneng banget, Papa aku ngerayain di Do Eat & Café Resto. Kamu tahu, kan disana mahal banget, uang muka aja 6 juta, kamu nanti malem datang ya!" Bella hanya mengangguk lalu tersenyum samar."Eh, Bel rasanya jadi anak yatim piatu gimana sih?" awalnya Bella sedikit kaget mendengar pertanyaan seperti itu, kemudian ia hanya tersenyum saja."Ya kayak gini, Tari." Ucap Bella tersenyum tipis."Kamu pasti ke

    Last Updated : 2021-05-09
  • Walk On Memories   (4) Pemilik Do Eat & Café Resto

    Setelah pulang dari sekolah, Bella memasuki Toko Baju depan Sekolahnya. Niatnya, untuk mencarikan hadiah ulang tahun Tari yang acaranya malam ini.Langkah pertama Bella sudah disambut oleh pegawai toko, "Selamat datang, nona ada yang bisa saya bantu?"Bella tersenyum dan berkata, "Saya ingin mencari hadiah ulang tahun untuk teman saya, apakah bisa dibantu?"Pegawai toko itu memindai Bella dari atas sampai ujung kaki, mengernyit sebentar lalu berkata, "Cewek atau cowok, nona?"'Walapun pelanggan ini adalah orang biasa saja, setidaknya harus bersikap sopan dan professional.' pikir pegawai itu.Bella tersenyum samar, "Cewek," setelah mengatakan itu Bella berkeliling sambil memegang beberapa baju, sesekali Bella mengambilnya dan melihatnya dengan gembira.Pegawai toko yang melihat itu sedikit geram dan merebut baju itu sedikit kasar, "Maaf, nona ini koleksi baju yang eksklusif di toko kami. Harganya sudah pasti mahal!""Dilihat dari

    Last Updated : 2021-05-10
  • Walk On Memories   (5) Pecundang?

    Bella bergabung bersama teman sekelasnya. Ia mendudukkan diri di paling pojok agar tidak mengundang perhatian banyak orang.Dika yang pertama kali menyadari kehadiran Bella langsung saja berkata, "Punya nyali gede lo dateng setelah kejadian di sekolah?"Semua pasang mata teman sekelasnya menyorotnya terang-terangan. Gerry langsung membuka suara, "Nih, Tar temen lo udah dateng telat, pake baju biasa lagi. Nggak ngehargai yang punya acara aja!"Sennie tidak menghiraukan perkataan Gerry. Fokusnya menatap kado yang Bella bawa, "Bawa apa lo, Bel?"Tari menatap Bella marah, "Kenapa kamu nggak sopan banget sih, Bel? Dateng telat biar apa sih? Kan aku udah bilang, kalo nggak punya dress aku beliin!"Bella merasa bersalah, "Maaf, Tari..."Tari mencoba sabar, ia tidak ingin menghancurkan mood-nya karena gadis yatim piatu seperti Bella."Yaudah, mana hadiah aku!"Bella berjalan mendekat kearah Tari, jemari lentiknya menyerahkan kado yang suda

    Last Updated : 2021-05-11
  • Walk On Memories   (6) Ikan Kecil

    Baru saja Bella melangkahkan kakinya ke dalam kelas orang-orang langsung menyindirnya sinis.Bella berjalan menuju ke mejanya namun langkahnya dihadang oleh Xavia. Bella terjembab ke depan seperti sujud di hadapan Tari.Orang-orang tertawa melihat Bella seperti itu. Bahkan ada yang memvideokan untuk dibagikan di halaman situs Lit High School.Bella hanya menahan tangis, ia tidak ingin dianggap lemah hanya diperlakukan seperti ini.Xavia menarik rambut Bella untuk memaksanya berdiri, "Denger cewek pecundang! Bisa-bisanya perbuatan lo kemarin bikin kita malu! Lo udah hancurin pesta ulang tahun Tari, dan lo masih berani nampilin wajah lo pagi ini!?"Bella menegakkan kepalanya dan menatap Xavia dengan deraian air mata karena sudah tidak tahan, jambakkan dirambutnya sangat sakit, "Sakit, Xavia... Apa salah aku...?"Xavia mendelikkan matanya dan menarik rambut Bella dan membenturkannya ke tembok kelas, "Apa salah lo...? Lo

    Last Updated : 2021-05-13
  • Walk On Memories   (7) Menyesal

    Jari-jari Daniel bergerak menyapu wajah Bella. Air mata Bella kembali mengalir dengan deras. Daniel dengan cekatan menghapus air mata yang mengalir,"Jangan nangis, Bella. Ada gue...""Mau peluk?" ucap Daniel menawarkan dan membawa kepala Bella pada pundaknya."Nggak, Daniel... makasih."Bella menghela napas. Ia menegakkan kepalanya dan berdiri sambil menatap langit. Cuaca sudah cukup terik karena sudah pukul 10.Bella berjalan dan berdiri di pembatas rooftop sambil menghembuskan napas. Rasa sesak di dadanya belum juga berkurang. Bella memutuskan untuk kembali ke kelas karena tidak ingin membolos terlalu lama, terlebih ia adalah murid beasiswa.Daniel yang melihat Bella mulai berjalan ke pintu pun memanggil namanya,"Jangan ke kelas dulu."Bella membalikkan badannya dan tersenyum tipis, "Makasih, Daniel udah ngekhawatirin aku, tapi aku mau ke kelas sekarang..."Bella melanjutkan langkahnya

    Last Updated : 2021-05-14
  • Walk On Memories   (8) Pemuja Daniel

    Setelah meletakkan tasnya di meja, Bella berniat ingin membaca buku di perpustakaan. Sepertinya ia sedikit terlambat, walaupun sudah berangkat pagi pasti kursi di perpustakaan sudah penuh.Dan benar saja, setelah Bella melangkahkan kakinya di perpustakaan, kursi sudah tidak ada yang kosong lagi. Bella langsung menuju rak buku dan mengambil buku yang ingin ia baca.Bella berdiri sambil mencari-cari kursi yang kosong, siapa tahu ada yang sudah beranjak. Bella berjalan mendekat saat ada orang yang beranjak pergi, sambil menunggu orang itu pergi dari kursinya Bella berdiri di samping meja orang lain yang sebenarnya adalah Daniel.Daniel memegang tangan Bella dan gadis ini terlonjak kaget sambil memegangi dadanya. Bella akhirnya tahu jika Daniel yang memegang tangannya. Lelaki ini tersenyum tipis dan Bella membalasnya."Silahkan." Daniel berdiri mempersilahkan Bella untuk menduduki kursinya.Bella menggeleng pelan karena sudah mendapatkan kursi, "Ak

    Last Updated : 2021-05-20
  • Walk On Memories   (9) Kembali

    Bella berjalan sambil menunduk, rambutnya yang masih berantakkan ia biarkan saja. Koridor sedang sepi karena murid-murid Lit High School sedang belajar di kelas. Bella tidak peduli lagi, hatinya sangat sakit, lebih baik Bella pulang dan menenangkan diri. Langkah Bella terhenti saat ada orang yang memanggil namanya. Bella menoleh sebentar untuk memastikan siapa yang memanggilnya. Setelah tahu, Bella melajutkan langkahnya. Bella akan menjauhi lelaki itu, Bella tidak akan pernah menampakkan wajah di hadapan Daniel lagi. Harusnya dari awal Bella sadar diri, berdekatan dengan Daniel adalah malapetaka untuk Bella. Tetapi, Bella tetap saja tidak peduli pada otaknya yang menyuruh menjauh. Dan penyesalan datang setelah kejadian hari ini. Rasa malu menyelimuti Bella, rasanya ia tidak ingin menginjakkan kakinya lagi di Lit High School. Hinaan, cacian, dan rasa sakit fisik yang Bella rasakan sudah cukup, ia tidak ingin diperlakukan seperti itu

    Last Updated : 2021-05-30

Latest chapter

  • Walk On Memories   (107) Hancur Sudah

    Kesenangan yang dilakukan oleh pria itu membuat kehidupan Bella menderita. Setiap malam, mimpi itu menghantuinya, terkadang ketika ia tengah tertidur secara tiba-tiba ia menangis.Ini sudah satu tahun berlalu sejak kejadian itu, tetapi Bella tetap tak bisa melupakan saat ia diculik, dipukul, dan dikurung. Ia trauma pada setiap orang, ia trauma ditinggal sendiri.Jadi, kehidupan Bella semakin tertutup. Ia tidak bisa berinteraksi dengan banyak orang. itu cukup mengganggunya.Ketika ia memberanikan diri untuk keluar berdiri di tengah keramaian, tubuhnya akan bergetar hebat. Tiba-tiba saja ia akan mual lalu memuntahkan isi perutnya.Bella sudah melakukan banyak cara, tapi rasanya tak ada yang bisa membuatnya sembuh melupakah kejadian itu.Bella menatap jendela kamarnya tanpa menampakkan ekspresi apapun di wajahnya, di tangannya ia tengah memegang sebuah benda tajam.Ia tidak bisa hidup dengan perasaan ketakutan yang menghantuinya setiap saat. Bella tidak bisa hidup sendiri, perasaan sepi

  • Walk On Memories   (106) Dunianya yang Gelap

    Ingatan hari itu begitu membuat perasaannya terpukul. Saat matanya terpejam, bayangan itu selalu hadir menemani tidurnya. Bukankah itu adalah mimpi yang menakutkan?Saat tengah malam tiba, Bella kerap sekali bangun dari tidurnya. Ia berteriak kencang, bayang-bayangan itu bagaikan monster yang akan menerkamnya kapan saja. Ia tidak akan pernah bisa melupakan itu.Suara pekikkannya membuat pria muda datang mendekapnya, bukannya hatinya merasakan ketenangan, ia justru merasakan perasaan takut yang tidak ia mengerti datang dari mana.Ia berteriak kencang, “Pergi! Jangan pukul aku. Lepasi aku, aku mohon. Aku nggak mau dikurung di sini!”Mark yang tengah bersamanya tak melepaskan pelukannya walau Bella memukul tubuh pemuda itu sebagai bentuk pemberontakkan. Mark tidak akan melepaskan ataupun menjauh, ia akan bersama Bella setiap saat menemani gadis itu hingga pulih.“Sst, tenang. Aku nggak akan mukul kamu, aku nggak akan culik kamu, dan aku nggak akan ngurung kamu. Jangan takut ….”Bella mem

  • Walk On Memories   (105) Luka yang Dalam

    Mark yang baru saja sadar langsung berlari dengan sekuat tenaga begitu mengetahui keberadaan Bella. Tubuhnya masih lemah, bercak darah segar masih menempel di bajunya. Akan tetapi Mark tidak memikirkan itu, tujuannya hanya untuk bertemu Bella saja.Saat tiba di depan pintu yang tertutup rapat, jantung Mark berdebar kencang. Ia langsung mendobrak pintu itu, tetapi tenaganya sudah terkuras habis.Stefene yang datang membawakan kunci segera membuka pintu, saat pintu terbuka mata Mark langsung tertuju pada Bella yang terbaring meringkuk di lantai.Mark berlari cepat mendekatinya. Ia berusaha membangunkan Bella dengan suara seraknya, “Bella, bangun ….?”Gadis itu tak kunjung membuka matanya. Tubuh Mark bergetar, ia langsung saja menggendong Bella membawanya ke rumah sakit.“Siapkan mobil!” teriak Mark dengan suara bergetar.Saat di dalam mobil pun mark Kembali memanggil Bella, air matanya menetes, dadanya kembali sesak. “Bella bangun ….”Gadis ini sama sekali tak menyaut, matanya masih ter

  • Walk On Memories   (104) Pencarian

    Mark belum juga menemukan Bella, ia sudah berjalan mengelilingi gedung penginapan bahkan sudah memeriksa seluruh kamar dengan kekuatan yang ia punya. Tetapi ia tidak juga bertemu dengan Bella.Mark begitu frustasi sekarang, bahkan ia sudah memerintahkan pengawalnya untuk membawa Dika yang terbaring di jalan.Dika tengah pingsan di jalan, tak ada yang membantunya saat itu. Pemuda itu masih tak sadarkan diri karena dipukuli oleh Mark.Saat pengawal membawa Dika dalam keadaan tidak sadarkan diri, Mark mendekati Dika. Ia memaksa Dika untuk bangun dengan pukulan sekali lagi, “Bangun, brengsek! Udah cukup waktu istirahat lo!”Dika membuka matanya perlahan, ia tersenyum setelah itu. “Lo nggak ketemu Bella?”Mark menatap Dika sisnis, ini mencengkram kerah baju pemuda itu dan berkata , “Bilang sama gue, di mana Bella, brengsek!”Bukannya menjawab, Dika kembali tertawa. Ia mendekati Mark dengan langkah lunglainya, “Gue nggak akan ngasih tahu lo di mana Bella.”Dika kembali tertawa melihat kepal

  • Walk On Memories   (103) Diculik

    Mark meminta pengawalnya untuk mencari keberadaan Bella, pasalnya hingga malam tiba gadis itu tak kunjung kembali membuat Mark khawatir padanya.Di tengah kekhawatirannya, Daniel mendatanginya. Pemuda itu bertanya, “Kenapa, lo kayaknya bingung banget?”Mark mengangguk, ia menceritakan bahwa Bella menghilang sejak ia keluar di siang hari. “Bella belum pulang ke penginapannya, dia terakhir keluar tadi siang.”Mendengar itu, Daniel langsung mengeluarkan ponselnya menelpon gadis itu. Hingga deringan ketiga, gadis itu tidak menjawab ponselnya. “Nggak diangkat.” Ucap Daniel pelan.Mark mengangguk, ia juga sudah menelpon Bella sedari tadi, tetapi gadis itu tidak mengangkatnya. Pikiran Mark semakin ke mana-mana, takut-takut terjadi sesuatu pada gadis itu.Mark mendatangi Stefene yang baru tiba, pria dewasa itu tadi keluar untuk mencari Bella, “Gimana, kamu tahu ke mana Bella, Stefene?”Stefene menggeleng lemah, “Maafkan saya, tuan muda nona Bella belum juga ditemukan.”Mark memijat keningnya,

  • Walk On Memories   (102) Milikku

    Mark yang menatapnya terus menerus membuat Bella mengalihkan pandangannya. Mark berkata pelan, “Daniel suka sama kamu, kenapa nggak coba pacaran aja sama dia?”Bella sudah menduga jika Mark akan berkata seperti ini, jadi Bella menjawabnya dengan senyuman tipis. “Daniel udah tunangan, nggak mungkin aku iyain dia.”Mata mark Membelalak, “Kalau dia nggak tunangan, berarti kamu mau sama Daniel?”Ucapan Mark membuat Bella memukul lengan pemuda itu pelan, pipinya bersemu merah ia sangat malu sekarang. Mark masih saja terbahak menertawakannya.“Jadi kamu beneran suka sama Daniel?”Pertanyaan dari Mark membuat Bella diam, ia tidak tahu apa jawabannya karena sejujurnya ia tidak mengerti perasaannya sendiri. Saat ia bersama Daniel akhir-akhir ini, ia merasa tenang. Jantungnya berdetak dengan stabil.Namun perasaan itu sama ketika ia bersama Mark, ia pun merasakan ketenangan.Tapi ada yang berbeda, ketika Bella bersama Dika hanya ada perasaan marah di dadanya. Seolah Bella muak pada pemuda itu.

  • Walk On Memories   (101) Tahu Identitas Bella

    Saat sore tiba, semua murid Lit High School menuju ke pantai menikmat senja di sore hari. Bella berjalan beriringan bersama Mark, tak lupa kepada Stefene, Elard, dan pengawal ikut serta. Hal itu membuat mereka manatap Bella secara terang-terangan.Dalam hati mereka beranggapan bahwa itu semua hanya untuk penjagaan Mark, kekasih Bella. Dengan jelas Bella dapat mendengar mereka membicarakannya bahwa ia hanya memanfaatkan Mark saja.Mark yang sadar itu menatap mereka tajam, Bella langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin ada keributan apapun.Mark berjalan mendahului Bella, ia bersikap seolah kesal pada sikap gadis itu yang hanya menerima saja, bukannya marah dan menjelaskan semuanya.Mark tidak mengerti mengapa Bella masih saja merahasiakan siapa dirinya sebenarnya. Jika mereka tahu bahwa Bella adalah putri dari Wilson, mereka tidak akan memberikan penghinaan pada gadis itu.Rasanya Mark ingin sekali berteriak mengumumkannya, tetapi ia menahannya. Ia tidak ingin membuat Bella mar

  • Walk On Memories   (100) Sudah Usai

    Bus sudah berhenti, semua murid sudah turun dari bus. Bella dengan semangat menggandeng lengan Mark, gadis itu tersenyum senang, “Mark, kita udah sampe.”Mark mengangguk, ia sendiri tidak tahu mengapa Bella begitu semangat padahal sebelumnya gadis itu muntah beberapa kali. Tak jauh berbeda dengannya, ia tidak muntah, tetapi tubuhnya begitu lemas.Mark menatap Elard, “Kepalaku pusing.” Katanya.Elard segera memapah tubuh Mark, sedang Bella yang melihat itu mengikuti pemuda itu dari belakang. “Mark, kamu nggak papa? Mau ke rumah sakit sekarng?”Mark menggeleng pelan, “Nggak perlu, aku istirahat aja.”Bella mngerucutkan bibirnya, ia pun mengangguk.Stefene sudah menyiapkan penginapan, jadi Bella dan Mark menuju ke penginapan. Sedangkan teman-teman sekolahnya, mereka juga beristirahat di penginapan yang sudah disediakan oleh sekolah.“Kamu bener-bener nggak papa? Kalau mau ke rumah sakit nggak papa, Mark.” Pemuda itu menggeleng pelan.“Nggak papa, aku cuma perlu istirahat aja. Lagi pula k

  • Walk On Memories   (99) Karya Wisata

    Karya wisata tepat dilakukan hari ini. Bella sudah bersiap pagi-pagi sekali, senyuman manis di wajahnya tak pernah sekali pun pudar. Ia begitu menawan.Saat ia keluar dari kamarnya, Mark sudah menantinya di depan pintu. Tidak hanya pemuda itu saja, melainkan Elard dan Stefene pun turut menyertainya.Senyuman Bella memudar, ia menatap mereka bergantian. Lalu mendengus kesal karena kenyataannya ia akan pergi karya wisata bersama Mark, Elard, Stefene, dan beberapa pengawal.Itu adalah pesan dari neneknya kemarin bahwa jika tetap ingin pergi, maka Bella harus ditemani oleh Stefene dan pengawal. Bella setuju, akan tetapi Mark merengek untuk tetap ikut bersamanya. Pada akhirnya, Elard diikut sertakan untuk menjaga kesehatan pemuda itu.Sebelum pergi, Bella berpamitan pada neneknya. Wanita tua itu mengangguk, ia sudah memerintahkan pengawal untuk menyiapkan mobil yang nyaman selama perjalanan. Dalam hati Bella kesal, ia ingin naik bus bersama teman-temannya. Tetapi ia hanya bisa menuruti, ia

DMCA.com Protection Status