Share

Mansion Reza

Author: nanda alfiana
last update Last Updated: 2021-09-16 00:29:24

"Ngapain sih ngeliatin mulu!" suasana hatiku yang lagi buruk ditambah lagi dengan pemuda yang ga jelas satu ini.

"Gunanya punya mata buat apa?" jawabnya sambil menyenderkan punggungnya.

"Aku bingung," ujarku dengan tatapan kosong. Reza hanya melipatkan kedua tangannya di dada.

"Saya paham."

"Gimana kamu bisa kenal sama mama?"

Reza hanya menaikan pundaknya sambil menghela nafas nafas. Aku mulai merasakan perih di lambungku dan merasa sangat dingin.

"Pulang yuk," ajaknya. Tanpa menunggu jawaban dariku, ia malah langsung menggandeng tanganku. Reza merasakan tangan Nara yang sangat dingin, ia juga melihat baju Nara masih sama seperti tadi hanya saja Nara memakai sweater moca yang melekat ditubuhnya.

Aku hanya mengikutinya dari belakang. Aku merasakan kehangatan di tangan Reza saat di dalam mobil. Aku yang awalnya membuka suara untuk memecahkan keheningan nantinya diantara kita.

"Za, aku bingung," ujarku yang menatap jalanan.

"Kenapa?" tanya Reza dingin.

"Aku ga tau kamu siapa? terus, maksudnya kamu itu apa?" belum sempat Reza menjawabku, aku mulai ngomong lagi.

"Aku masih SMA, Za. Keinginan aku masih banyak!" aku berusaha untuk menahan air mataku.

Reza menepikan mobilnya dan menatapku sangat dingin. Suasana ini mulai mencengkram. Aku yang sudah mulai emosi pikiranku sangat cape sekarang.

"Aku tau kamu," ujarnya yang seolah-olah tau segala hal tentang Nara.

"YA TAPI AKU GA KENAL KAMU!" aku sedikit ngebentaknya sambil memejamkan mata.

"Mama udah ngomong semuanya, kan?"

Reza menangkup kedua pipiku dan didekatkan ke mukanya, jari jempolnya menghapus jejak air mataku.

"Menikahlah denganku,. Akanku urus semuanya. Hidup juga nantinya bakalan bahagia," ucapnya dingin.

Aku menepis kasar tangannya. "GA SEGAMPANG ITU, REZA!" Protesku. Sejujurnya aku sanget takut sama pemuda yang berada di depanku.

"PERSETANAN DENGAN SEMUANYA!"

Reza yang kini sudah sangat murka dengan ucapan Nara tadi.

"Tarik omongan kamu barusan, Nara Charlie!" desisnya yang memajukan mukanya. Hampir tidak ada jarak diantara kita.

"Maaf," cicitku menyesal mengatakan itu dengan frontal. Frontal karna terlalu emosi.

"Gapapa."

Aku dibuat ga habis pikir dengannya, aku udah deg-deg tadi kalau dia mau pukul aku.

"Kenapa Reza sulit banget ditebak," pikir ku.

"Kamu ragu sama aku itu wajar," sambungnya sambil melirik ke arah ku.

Aku masih terdiam menatap jalanan. Aku merasakan badanku yang mulai menggigil dan merasa sangat pusing.

"Aku kasih waktu seminggu untuk kita saling kenal."

Sontak membuat aku menoleh padanya dengan tatapan kesal. Maksudnya apa-apaan seminggu?!

"Loh pak! Seharusnya saya yang kasih penawaran bukan bapak!" Reza hanya terkekeh saat dirinya disebut 'pak'.

"GAMAU POKONYA!" protesku.

"Harus!" ucap Reza yang meninggi.

"Terserah deh.”

"Besokkan minggu kita bisa pergi jalan-jalan," ujar Reza dengan semangatnya namun, beda lagi denganku.

"Gabisa," jawabku sambil menarik nafas.

"Yah..kenapa?" suaranya seolah-olah dibuat sedih.

Aku menoleh ke arahnya dan mata kita saling beradu tatap. Aku terdiam sejenak untuk melihat wajah tampannya. Jujur aku juga bukan perempuan yang munafik.

"Mata yang indah," batin Reza.

"Ko diem?" tanyanya seraya menaikan alis satu.

"E-eh gini, Za. Aku abis dipecat dari pekerjaanku dan ya gitu deh jadi aku ga punya penghasilan sama sekali. Apalagi sama biaya pengobatan mama itu ga sedikit jumlahnya," Reza yang mendengarnya dengan raut wajah yang penuh kemenangan.

"Apalagi dua bulan lagi aku mau lulus SMA."

"Oh gitu."

"Hmm...kalau gitu jadwal pergi kita ganti hari," sambung Reza.

Aku menatap Reza dengan wajah yang ga suka. Dia pikir aku orang yang pengangguran?  jangan mikir buat kebahgiaan diriku sendiri, hari aja pasti bebanku bakalan bertambah.

"Mau tanya lagi, boleh?" aku mulai memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu hal.

"Hmm...gimana ya," ucapku ragu untuk ngomong ini.

"Omongin aja," jawabnya datar.

"Kenapa mama bilang aku harus menikah sama kamu?"

"Sialan! Kenapa pake tanya itu!" batin Reza yang langsung memasang raut wajah kaget serta bingung.

"Kenapa?" tanyaku dengan penuh harapan.

"Ga tau."

"Au amat sia-sia ngomong," gerutuku.

Hening.

Aku kembali memikirkan bagaimana caranya untuk aku melamar kerja lagi padahal di satu sisi aku juga harus belajar buat ujian nanti. Aku menutup mataku untuk menetralkan pikiranku namun, kenyataannya aku malah tertidur karna saking capenya.

Reza yang melirik kursi penumpang di sampingnya dengan raut wajah yang licik.

"Nar? Nara kamu bobo?" ucapnya seraya menepuk pelan pipiku.

Mungkin aku saking pulasnya jadi tidak merasa terusik sama sekali.

Reza mencondongkan badannya untuk menarik tuas kursih agar bisa mundur sedikit tak lupa Reza memberinya bantal agar tidak sakit nantinya leher Nara. Reza melihat wajah Nara yang sedekat ini terkesima oleh kecantikan natural yang Nara punya. Ia segera melajukan lagi mobilnya dengan kecepatan penuh agar bisa cepat sampai di mansionnya.

Setibanya di mansionnya. Ia langsung menggendong gadisnya ala bridal style.

"Nyenyak banget si bobonya," ucapnya seraya menggendongku.

"Tuan, apa saya perlu membersihkan kamar tamu?" tanya mbo Siti.

"Ga usah mbo, dia tidur di kamar saya," jawab Reza sambil melangkah naik ke anak tangga.

"Baik tuan."

Reza membaringkan tubuhku di atas kasur kingnya dan menyelimuti tubuhku sampai atas dada. Sebelum bangkit dari duduknya Reza sempat mengelus rambut dan mencium pucuk kepalaku.

Lalu ia bangkit dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan. Sedangkan Nara, ia masih tertidur pulas dengan posisi miring ke kanan sambil memeluk guling milik Reza. Reza yang baru selesai dengan ritualnya langsung memakai bajunya di dalam kamar mandi. Reza masih waras untuk tidak melakukan hal itu.

Reza berjalan ke arah balkon yang disuguhi dengan pemandangan yang hampir senja. Rasanya hari ini berjalan sangat lama, sambil menghirup udara segar. Reza membalikan badannya menjadi menghadap ke arah kasurnya, terdapat senyuman yang terpancar saat melihat gadisnya sedang tertidur pulas. “Andai kalau ini bukan atas nama dendam,” ucapnya sambil tersenyum miris, ia tidak merasa terusik sama sekali  saat guling kesayangannya dipeluk orang lain.

Tok tok tok tok

“Tuan,”panggilannya pelan seperti suara paruh baya.

Reza berjalan kearah pintu dan membukaan pintu lebar. “Ada apa mbo?”

“Itu tuan ada nak Reyhan di bawah.”

“Baik mbo. Oh ya mbo tolong bangunin Nara, ya,” ujarnya langsung turun ke bawah untuk nemuin Reyhan.

Mbo yang masuk ke dalam kamar hanya bisa tersenyum senang. “Akhirnya nak Reza membawa seorang gadis,” batin mbo.

Mbo mendekati Nara dan mengelus serta menepuk pelan pipi Nara. Nara yang terusik pun akhirnya memaksakan  diri untuk membuka matanya.

“Euunghh mama,” aku  melototkan mataku saat melihat oring asing di depanku.

“Ga usah takut non, saya mbo Siti pelayanan utama di sini,”ujarnya yang sangat sopan.

“Di sini?” beoku.

“Iya non. Di mansion tuan Reza.”

“REZA?!” pekikku.

Akhirnya mbo Siti menceritakan padaku dari awal. Bagaimana aku bisa di sini, yang jadi pertanyaan utama dalam benakku saat ini. “Apa dia macam-macam denganku?”

Related chapters

  • Waiting For Ending   Reza Yang Kasar

    Aku sontak melihat badanku dan ternyata masih full, pakaianku pun masih sama seperti tadi hanya saja sweaternya yang terlepas. Mbo yang melihatku lalu tersenyum seraya mengajakku untuk turun ke bawah dan makan malam bersama.“Mbo duluan aja, ya? Nara mau ke kamar mandi dulu,” mbo mengangguk dan meninggal Nara sendirian.“Loh mbo? Nara kemana?” tanya Reza.Sontak membuat raut wajah Reyhan menjadi kebingungan.“Masih ada di kamar tuan, katanya mau ke kamar mandi dulu. Mbo ke dapur dulu ya tuan.”“Ka? Ada Nara di sini?”Reza berdehem sebagai jawabannya. “Hmm.”Sedangkan Aku? aku masih bingung mau melakukan apa. Jujur terlebih lagi saat ini aku baru bangun tidur pasti nyawaku belum terkumpul dengan sempurna, apa iya Reza mau menculikku dan memaksa untuk menikahinya.

    Last Updated : 2021-09-17
  • Waiting For Ending   Ada Apa Sama Darah?

    "KENAPA LO JUAL SAHAM GUE KE MUSUH GUE! BRENGSEK!" Reza yang sudah membabi buta.Axell meludahkan darahnya dan menatap sengit Reza. "KARNA SIFAT SOMBONG LO! ANGKUHNYA LO! DAN LO SELALU MEMANFAATKAN GUE SEMENA-MENA! ITU YANG BUAT GUE MUAK!" hardik Axell.BUGH!BUGH!BUGH!Reza langsung menendang kuat perut Axell. Axell mulai tak berdaya dan sulit untuk bernapas, bagi Reza orang sudah munafik akan selamanya menjadi munafik.Kemeja putih Reza sudah berlumuran darah. "Siksa si kotoran ini dalam 2 jam! Siapkan air panas perasan lemon!" perintahnya lalu berjalan mundur untuk duduk manis seraya menyaksikan pertunjukan yang akan segera dimulai."Ka, jangan lupa di rumah ada ka Nara," Reyhan yang mulai memperingati Reza, Reyhan juga melupakan adanya Nara di rumah."Hmm.""AAAARRRGGGHHHH! SAKITTTTT!" teriak Axell yang kesekian kalinya

    Last Updated : 2021-09-18
  • Waiting For Ending   Hampir Keceplosan

    Semenjak aku berada di mansion Reza, tanpa Reza sadari ia sudah menunjukan sifat manjanya padaku. Aku pun juga merasakan perubahan pada dirinya yang awalnya aku kira Reza adalah pemuda yang annoying dan membosankan tapi aku rasa ia tidak terlalu buruk sekarang-sekarang ini.Sebelum aku mengobati lukanya aku sempet introgasi dia dulu perihal baju yang penuh dengan darah lalu menceramahinya abis-abisan namun, lelaki itu malahan senyum-senyum ga jelas ia sama sekali tak menggubris pertanyaanku. Reza bisa melihat dari sorot mataku yang menandakan aku sedang khawatir padanya. Ia sedari tadi tak menanggapi ucapanku, Reza hanya melipat kedua tangannya di dada seraya tersenyum ga jelas ke arahku.Ntah mengapa kalau aku ingat-ingat lagi kejadian beberapa jam yang lalu, ada rasa penasaran dalam diriku. Aku menjadi kasihan padanya jika ia selalu pulang malam dalam keadaan kacau seperti tadi, siapa yang akan merawat Reza?Aku mengam

    Last Updated : 2021-09-20
  • Waiting For Ending   Susu Vanila

    Pagi ini udaranya sangat sejuk apalagi saat pemuda di samping ini mengatakan ‘sayang’ makin tambah sejuk. Aku teringat dulu kalau masih ada ayah pasti ia akan mengajakku untuk berjalan pagi dan disaat itu juga aku melihat aku dipukuli beberapa orang yang berbadan besar serta mukanya yang sangat seram. Aku menatap ayah dari kejauhan sambil menutup mulutku agar tidak terdengar isak tangisku ada banyak trauma yang aku alami dan sampai sekarang trauma itu belum hilang. Aku juga pernah merasakaan ketakutan saat ingin menyebrang jalan bersama mama.Flashback OnSaat aku dan mama akan berjalan pulang, aku sempat melihat disebrang sana yang jualan susu vanila. Aku terus-terusan merengek ke mama untuk dibelikan susu itu, padahal aku sendiri tidak tahu rasanya seperti apa susu vanila.“Mama! Nara mau itu,” rengekku seraya menunjuk penjual susu disebrang sana.Mata mamanya mengikuti arah yang ditunjuk

    Last Updated : 2021-09-20
  • Waiting For Ending   Perlakukan Yang Manis

    Saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, baik aku mau pun Reza kita saling bertukar cerita namun, masih belum menyinggung ke topik yang lebih privasi. Walupun Reza di luarnya terlihat sangat nyebalin, dingin, angkuh, dan juga sombong tapi aslinya ia akan menunjukan sikap pedulinya walaupun dengan caranya sendiri tapi walaupun begitu bukan berarti sifat nyebelin, angkuh, dan sombongnya menghilang begitu saja.Nara menceritakan tentang pekerjaannya, sekolah, dan pertemanan. Nara menceritakannya dengan sangat detail, sebenarnya Nara adalah orang tidak mudah begitu langsung percaya menceritakan semuanya sama orang asing tapi ntah sama Reza rasanya jadi beda dan nyaman namun, tanpa Nara sadari secara ga langsung Nara telah membantu Reza untuk mengumpulkan data pribadi Nara sendiri jadi Reza tak usah pusing-pusing untuk menyuruh Reyhan menguntit Nara. Sepanjang Nara bercerita ekspresi wajah Reza hanya tersenyum licik.Ia terlihat sangat kaget

    Last Updated : 2021-09-21
  • Waiting For Ending   Aku Sayang Kamu?

    "Sebentar lagi sampe," Reza mengelus rambutku berkali-kali dan itu rasanya sangat nyaman. Aku merasa nyaman dan rasa ngantuk mulai menyelimutiku."Andai ini bukan dendam, Nar. Aku pastiin aku udah ngerasa bahagia banget," batin Reza. Reza juga udah mulai merasakan aneh pada dirinya semakin hari perasaan itu mulai tumbuh dengan perlahan.Reza menoleh ke arah Nara yang sedang berdamai dengan alam mimpinya, ia tersenyum tipis dan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik gadisnya. “Nara, bangun yuk udah sampe,” Reza menggoyangkan pipi tembam gadisnya.“Kenapa pipinya tembem banget si,” gumam Reza.Aku yang merasa tidurku terusik padahal baru merem sebentar tapi udah diganggu aja. “Eeunghh…”“Ayo, kamu mau ketemu sama mama, kan?” aku mengangguk perlahan dengan mata yang masih terpejam.Saat nyaw

    Last Updated : 2021-09-22
  • Waiting For Ending   Siapa Kamu?

    Setibanya di ruangan Reza yang kalah megahnya dengan mansion Reza, aku melihat banyak tumpukan kertas-kertas penting hampir mejanya full dengan tumpukan berkas-berkas. Aku mendengar helaan nafas kasar Reza, tangan kecilku mengusap punggung besar Reza.“Kamu di sini ya, aku mau cek-cek dulu,” ujarnya sambil menunjuk meja kerjanya.Aku lihat-lihat perusahaanya bener-bener sangat megah dan berkelas ga salah juga mendapatkan penghargaan perusahaan tersukses dan termaju kedua di dunia. Aku jadi heran sendiri apa ia menderikan ini dari nol atau warisan dari ayahnya.Aku mulai merasa insecure.Aku berkeliling menelusuri setiap sudut ruangan Reza. Menurut u ruangan ini lebih cocok dikatakaan sebagai rumah tapi bedanya di sini ga ada dapur. Di sini sangat lengkap terdapat dua kamar mandi, dua kulkas, Tv, microwave, mesin pembuat kopi, dan kamar.Tunggu ini ada ka

    Last Updated : 2021-09-23
  • Waiting For Ending   Jangan Pergi, Maaf

    "Reza..." panggilku sekali lagi sambil memegang kepalan tangannya tapi Reza menepis tanganku dengan kasar."BISA DIEM! LO GA TULI, KAN! NARA CHARLIE!" gertaknya yang membuatku takut dan berjalan mundur perlahan. Reza menekan kata-kata 'Charlie' Jujur aku sakit hati mendengar ucapannya, sifatnya yang berubah drastis. kenapa Reza bisa berbicara sekasar itu kepada perempuan.Plak!Tangan Reza mengudara dan mendarat di pipiku. Jelas aku sangat kaget dan merasakan sangat perih di pipiku. Bibirku kaku tanganku refleks memegangi pipi yang ia tampar. "Nar, aku..." ucap Reza yang berubah menjadi khawatir dan memegangi tanganku. Ia mencoba mengangkup pipiku, Aku lepaskan tangannya dengan kasar dan berjalan keluar seraya memegangi pipiku yang terasa perih tangisku pecah saat keluar dari ruangannya.“Nara,” lirihnya.Aku bergegas keluar dengan air mata yang terus-terusan mengalir

    Last Updated : 2021-09-24

Latest chapter

  • Waiting For Ending   Rahasianya?

    Aku menoleh ke Reza yang tiba-tiba terpaku dengan ucapanku barusan, apa aku salah ngomong tadi? Kenapa dia tiba-tiba diam? Malahan sekarang yang menjadi bingung sendiri.“Reza? Kamu kenapa?” aku menyerngit kebingungan, aku takut kalau ucapakan aku salah.Reza berusaha untuk menutupi sikap gugupnya agar tidak ketahuan kalau ia sedang panik. “Ah, gapapa,” ujarnya yang berusaha tenang.“Beneran?” aku hanya ingin memastikannya lagi kalau ia benar-benar tidak apa-apa dengan ucapanku yang barusan. “Iya.” Reza menambah kecepatan mobilnya tiba-tiba perasaannya berubah menjadi tak tenang.“Tapi…” ucapku yang mulai terdengar mulai getir, sesak rasanya ingin mengatakan ini.Reza menunggu kelanjutan dari Nara, ia sedikit melirik ke arah samping dan mendapati gadisnya yang sedang mengepal erat hingga berubah warna kulitnya men

  • Waiting For Ending   Aku Enggak Apa-Apa

    Aku terbangung sekitar pukul 08.00 aku merasakan pegal di bagian leher saat aku menoleh ke samping aku mendapati Reza yang tengah tertidur pulas, tangan kecilku mengusap rambut tebalnya lalu beberapa kali menyibak rambutnya dengan lembut, aku menghembuskan napas lelah dan mencoba untuk duduk perlahan-lahan agar tidur Reza tidak terganggu gara-gara pergerakan aku. Aku usap air mataku yang tiba-tiba menetes, semua beban yang berada dipundakku sudah terlalu banyak dan aku tidak sanggup untuk menahan semuanya.Semua kejadian yang aku alami sudah cukup membuatku hampir gila, aku melihat pergelangan tangan kiri yang hampir penuh dengan goresan cutter hanya goresan itu membuatku merasa lebih baik dan tenang.Kehidupanku jauh dari kata baik, semuanya aku punya sudah hancur berkeping-keping, semua yang aku sayangin sudah tidak ada lagi. Apa kehadiranku membawa kesialan bagi keluargaku sendiri?Isak tangisku semakin lama semakin k

  • Waiting For Ending   Trauma

    Flashback OnSaat memasuki ruangan dokter, tangan dokternya terulur untuk berjabat tangan tapi Reza enggan melakukan itu dan langsung duduk, tatapnnya begitu dingin. “Katakan.”“Apa nona suka minum obat tidur dengan dosis yang tak seharusnya dianjurkan, tuan?” ujar Rafa selaku dokter yang menanganiku .Reza terdiam sejenak. “Maksudnya?”“Baik, tadi ada anak buah tuan yang memberi obat ini, saat kami melakukan pengecekan dan menyatakan kalau obat ini adalah sebagai obat penenang dan obat tidur,” jelas Rafa yang memberikan beberapa merk obat yang biasanya aku minum.Reza terlihat sangat kebingungan dengan penuturan dokter Rafa, ia mencoba meraih obat tersebut lalu mencium aromanya. Reza sangat tahu dengan aroma obat ini, obat yang biasanya orang tersayangnya minum hingga sudah tiada. “Mama,” lirik Reza dalam batin.

  • Waiting For Ending   Ruangan Rahasia

    Sedang si pengirim pesan misterius lagi tertawa kemenangan, Ia makin ga sabar untuk membuat Reza menderita atas aksinya setelah beberapa tahun ia mencoba untuk sabar dan memilih waktu yang tepat.Reza Malviano selaku CEO dari MaLvi Company, ia mempunyai banyak kekuasaan atas jabatannya pemilik perusahaan dan CEO. Kekuasannya yang membuat Reza bertindak semaunya tanpa takut ada yang menuntutnya sekali pun, ia sudah kebal dengan para musuh-musuh di luaran sana.Kekuasaanya yang membuat semua orang harus mau ga mau bertunduk dan berlutut pasrah padanya. Reza sangat berpengaruh dalam bidang bisnis segala cara akan ia lakukan untuk berhasil dan memenang tender. Walau ia tau itu akan melanggar aturan tapi seorang Reza Malviano tidak bisa diperintah dengan siapa pun.Reza hanya bisa memerintah tapi tak bisa diperintah.Itulah julukan yang ia dapatkan.Ada banyak perusahaan ternama yang

  • Waiting For Ending   Dia Adalah Endingmu

    Sekarang dirinya bingung harus berbuat apa untuk Nara percaya sepenuhnya pada Reza. Setibanya di kantor, Reza menyuruh Reyhan untuk menemuinya di ruangan pribadi, Reza. Di perusahaanya Reza memiliki dua ruangan yang berbeda dan berbeda pula fungsinya tidak bisa sembarangan orang bisa meyelinap masuk.Tok tok tok tok“Masuk.”Reyhan menghela nafas. “Ini pasti masalah, Nara?” duganya.“Iya.”“Ada apa nih?” tanya Reyhan seraya mengambil toples kacang almond.Plak!“Punya gue,” Reza memukul tangan Reyhan yang hendak mengambil harta bendanya. Reyhan mendengus kesal. “Yailah pelit.” Reza ga akan ngebiarin siapa pun mengambil kacang almondnya, baginya kacang almondnya adalah moodbosternya.“Gue bingung sama diri gue sendiri…&rdqu

  • Waiting For Ending   Bukan Siapa-Siapa?

    Aku membawakannya teh hijau hangat, air hangat, minyak kayu putih, dan kompresan air hangat. "Reza jangan bobo dulu," aku menggoyangkan pundaknya."Kamu ngikutin apa yang aku suruh ya," pintaku seraya menyibak rambut tebalnya."Kalau aku ga bisa?" tanyanya polos. Aku terkekeh geli, ternyata ini sifat aslinya.Aku membantunya untuk duduk namun, dia hanya senyam-senyum ga jelas. "Kamu minum ini pelan-pelan ini panas, ya," aku mengambil gelas teh hijau lalu di kasih ke Reza."Huh! Nara ini panas," ucapnya sambil mengibas-mengibas tangannya ke mulut."Ahahahaha kamu ih. Kan aku suruh apa? Pelan-pelan, Reza.""Kamu cantik..." godanya."Hmm." Ia memajukan bibirnya dengan ekspresi marah. Aku yang melihatnya jadi gemas sendiri."Apa kamu marah? Aku ga mau tolongin kamu lagi," ucapku yang seolah-olah dibuat marah. 

  • Waiting For Ending   Jangan Pergi, Maaf

    "Reza..." panggilku sekali lagi sambil memegang kepalan tangannya tapi Reza menepis tanganku dengan kasar."BISA DIEM! LO GA TULI, KAN! NARA CHARLIE!" gertaknya yang membuatku takut dan berjalan mundur perlahan. Reza menekan kata-kata 'Charlie' Jujur aku sakit hati mendengar ucapannya, sifatnya yang berubah drastis. kenapa Reza bisa berbicara sekasar itu kepada perempuan.Plak!Tangan Reza mengudara dan mendarat di pipiku. Jelas aku sangat kaget dan merasakan sangat perih di pipiku. Bibirku kaku tanganku refleks memegangi pipi yang ia tampar. "Nar, aku..." ucap Reza yang berubah menjadi khawatir dan memegangi tanganku. Ia mencoba mengangkup pipiku, Aku lepaskan tangannya dengan kasar dan berjalan keluar seraya memegangi pipiku yang terasa perih tangisku pecah saat keluar dari ruangannya.“Nara,” lirihnya.Aku bergegas keluar dengan air mata yang terus-terusan mengalir

  • Waiting For Ending   Siapa Kamu?

    Setibanya di ruangan Reza yang kalah megahnya dengan mansion Reza, aku melihat banyak tumpukan kertas-kertas penting hampir mejanya full dengan tumpukan berkas-berkas. Aku mendengar helaan nafas kasar Reza, tangan kecilku mengusap punggung besar Reza.“Kamu di sini ya, aku mau cek-cek dulu,” ujarnya sambil menunjuk meja kerjanya.Aku lihat-lihat perusahaanya bener-bener sangat megah dan berkelas ga salah juga mendapatkan penghargaan perusahaan tersukses dan termaju kedua di dunia. Aku jadi heran sendiri apa ia menderikan ini dari nol atau warisan dari ayahnya.Aku mulai merasa insecure.Aku berkeliling menelusuri setiap sudut ruangan Reza. Menurut u ruangan ini lebih cocok dikatakaan sebagai rumah tapi bedanya di sini ga ada dapur. Di sini sangat lengkap terdapat dua kamar mandi, dua kulkas, Tv, microwave, mesin pembuat kopi, dan kamar.Tunggu ini ada ka

  • Waiting For Ending   Aku Sayang Kamu?

    "Sebentar lagi sampe," Reza mengelus rambutku berkali-kali dan itu rasanya sangat nyaman. Aku merasa nyaman dan rasa ngantuk mulai menyelimutiku."Andai ini bukan dendam, Nar. Aku pastiin aku udah ngerasa bahagia banget," batin Reza. Reza juga udah mulai merasakan aneh pada dirinya semakin hari perasaan itu mulai tumbuh dengan perlahan.Reza menoleh ke arah Nara yang sedang berdamai dengan alam mimpinya, ia tersenyum tipis dan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik gadisnya. “Nara, bangun yuk udah sampe,” Reza menggoyangkan pipi tembam gadisnya.“Kenapa pipinya tembem banget si,” gumam Reza.Aku yang merasa tidurku terusik padahal baru merem sebentar tapi udah diganggu aja. “Eeunghh…”“Ayo, kamu mau ketemu sama mama, kan?” aku mengangguk perlahan dengan mata yang masih terpejam.Saat nyaw

DMCA.com Protection Status