Tidak terasa satu minggu sudah berlalu, Reynaldpun masih mencari tahu tentang latar belakang Dimas lebih lanjut sesuai dengan perintah yang Alex berikan.
Berhubung catatan kependudukan Dimas di Indonesia sangat bersih dan tidak ada cacat kasus satupun, Reynaldpun memilih mencarinya di kota kelahiran dan tempat Dimas tumbuh besar di Amrik.
Sudah hampir seminggu Reynald mengerahkan anak buahnya dan kecanggihan teknologi yang dipunyai perusahaan Alex untuk mencari tahu latar belakang seorang Dimas, tapi hasilnyapun tetap nihil.
Catatan terakhir Dimas adalah catatan yang kemaren detektif Pandu temui, dan hingga saat ini sudah tidak ada lagi catatan kasus yang dibuat Dimas karna penyakitnya itu.
Karna merasa sudah tidak menemukan apa-apa lagi, Reynald segera memberitahukan kabar yang ia dapat dari anak buahnya ini ke Alex.
“Sir,” panggil Reynald ke Alex yang tengah duduk santai diruang TV bersama sahabatnya, Aaron.
“Ya, Rey?&rdq
Mereka bertiga kini sudah berada didalam unit apartemen milik Dimas, Aaron yang sudah lama tidak masuk kedalamnya semenjak pencarian pelaku utama dimulai kembali, mulai sedikit bernostalgia dan merindukan kenangan-kenangan lama yang sering ia lakukan bersama Dimas dan James jauh sebelum mereka mendapati masalah ini.Bisa dibilang, apartemen Dimas menjadi tempat favorit mereka kala itu. Saat mereka masih menjadi MaBa (Mahasiswa Baru), mereka sering nongkrong hingga larut malam sambil mengerjakan setiap tugas yang dosen mereka berikan di unit apartemen Dimas ini.Terkadang juga, Dimas yang sangat ahli dalam memasak tak segan memasakkan mereka setiap mereka kelaparan ditengah sibuknya mengerjakan tugas.Pentri milik Dimas, pasti akan menjadi salah satu spot favorit setiap wanita yang memasuki apartemen ini. Kenapa begitu? Karna Dimas memiliki peralatan masak yang sangat lengkap nan canggih sehingga memudahkan ia dalam mengerjakan hobi masaknya.Tidak terasa
Waktu sudah menujukkan pukul dua dini hari, dan Boem Jin terbangun dari tidur nyenyaknya karna ingin buang air kecil.Selepas dari kamar mandi, Boem Jin mencoba mengecek rekaman CCTV dari saat ia tertidur tadi hingga saat ini.Awal ia memutar rekaman, belum ada tanda-tanda hal yang aneh hingga pada sampai diwaktu rekaman pukul 12 malam, ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang kembali memarkirkan mobilnya didepan halaman rumahnya Aera.Pemilik mobil itu tidak menurunkan kaca jendela kemudinya, tetapi plat mobilnya sama dengan mobil yang kemarin Dimas gunakan untuk memantau.“Dia lagi,” gumam Boem Jin masih terus melihat vidio rekaman.Boem Jinpun mempercepat durasi pemutaran rekaman agar ia bisa lebih cepat melihat apa yang tengah Dimas lakukan didepan rumah Aera dua hari belakangan ini.Tapi, hingga pukul setengah satu malam, lagi-lagi, Dimas hanya melihat dan pergi begitu saja tanpa melakukan apa-apa.Karna perasaan Bo
“Jadi, pria ini tengah memeperhatikan dan menguntit mb Aera hingga ke toilet wanita, begitu?” tanya seorang petugas keamanan dikantor keamanan bandara.“Ya, Pak. Saya sudah sangat geram ketika ia sangat nekat mengikuti sahabat saya sampai ke toilet wanita. Karna memang sedang banyak yang mengincar sahabat saya, jadi saya takut dia salah satu komplotan dari penjahat yang pernah menculik sahabat saya ini.” Jawab Boem Jin yang masih berusaha menahan emosinya untuk tidak melanjutkan aksi jotosnya tadi.“Baiklah, kalian sudah menelfon pihak kepolisian yang menangani kasus mb Aera ini?” tanya petugas itu lagi.“Iya sudah pak, mereka sedang dijalan.”Tak lama kemudian, suara berat seorang pria yang sedang Aera tunggu sedari tadi memanggil namanya.“Sayang?” panggil papa Aera yang langsung menghampiri anaknya setelah ia tau kalau Aera dan Boem Jin tengah diamankan dikantor keamanan bandara.
“Kenapa dia tersenyum seperti itu?” tanya Boem Jin ke semua orang yang ada diruangan.Semua orang yang mendengar pertanyaan Beom Jinpun hanya menaikkah bahu tanda mereka juga tak tahu.Detektif Aldi kini kembali masuk kedalam ruang interogasi sambil membawa map yang baru ia dapatkan dari anak buahnya.Detektif Aldi kembali duduk dikursi yang sebelumnya ia tinggalkan. Dengan raut wajah yang penuh dengan kemenangan, detektif Aldi mendekatkan wajahnya ke pelaku,“I know who you are, Nou.” Detektif Aldipun kembali duduk dengan nyaman ke kursinya, lalu ia membuka map yang tadi ia bawa dan bersiap menginterogasi kembali si Nourdine.“Nourdine Fikrullah, warga kebangsaan Meksiko, and.. wow catatan kriminal kamu disana sangat banyak rupanya,” detektif Aldi menjeda ucapannya sambil menatap Nou dengan tatapan menyelidik.Nourdine sempat memasang wajah terkejutnya sejenak saat ia mendengar latar belakang kriminalnya
CeklekSuara pintu rumah Aera terbuka membuat semua penghuni rumah yang sedari tadi menunggu kepulangan Boem Jin seketika langsung menyerbunya diruang tamu.“O, udah pulang,” ucap Aera yang berlari menghampiri Boem Jin.“Gimana tadi hasilnya apa?” cecar Aera lagi dengan pertanyaan yang sedari tadi ia tahan.“Aera… sabar dong sayang, Boem Jin aja baru masuk, belum duduk, belum minum, belum makan, biarin dia bersihan badan dulu!” teriak mama Aera yang masih berada di dapur untuk mengambilkan segelas minuman untuk Boem Jin.“Iya ma iyaa…”Boem Jin yang melihat wajah Aera seketika ditekuk karna mendapat teguran dari mamanya hanya bisa tersenyum geli karna kebiasaan Aera sejak dulu masih belum juga hilang.Papa Aerapun akhirnya menyuruh Boem Jin untuk segera membersihkan badannya dan turun kebawah untuk ikut makan malam.“Yasudah sana segera bersihkan badanmu dan se
“Terus, Dimas ngapain selama disana?” tanya Alex lagi.“Saya tidak bisa melihat apa yang dilakukan Dimas didalam rumah itu, Sir. Karna saya hanya memantau dari jauh. Tempat itu benar-benar dijaga oleh para pria berbadan besar disetiap pintu masuknya.”Reynaldpun menyodorkan dua buah foto lagi, “saya sudah berusaha mengelilingi rumah itu, dan ada dua pintu masuk. Satu dari depan, dan satu dari belakang. Tapi keduanya dijaga oleh dua penjaga.”Alex mengelus-elus dagunya sambil berfikir langkah apa yang akan ia gunakan untuk bisa meneror isi rumah Dimas.“Gimana kalo kita langsung teror aja Lex? Terus, penjaga nya itu kita suntik bius biar kaya di film-film.” Ucap Aaron tiba-tiba.“Lo kira neror tempat begitu seenak yang ada di film action?” jawab Alex sedikit kesal.“Lah ya kan emang enak, hahaha.”“Gak seenak yang dibayangkan kali Aaron.”&
Boem Jin dan Aera bergegas pergi ke unit apartemen Aaron untuk mengikuti rapat yang akan dilakukan oleh Alex dan anak buahnya.Mereka berenam kini tengah berkumpul dengan cemilan dan minuman yang sudah disiapkan oleh Aaron untuk menemani mereka berfikir ekstra dalam mengatur strategi apa yang akan mereka buat.“Ra, Boem Jin, kenalin ini Jolie. Dia adalah kapten dari agen wanita ditempat gue. Kemampuan bela dirinya jangan diragukan lagi, karna Jolie sangat menguasai beberapa jenis bela diri dan iapun pandai dalam mengatur strategi.” Jelas Alex memperkenalkan Jolie ke Aera dan Boem Jin.Aera dan Boem Jin tersenyum ramah dan mengulurkan tangan mereka bergantian untuk memperkenalkan diri masing-masing.“Aera…”“Jolie…”“Kim Boem-Jin…”“Jolie…”“Cantik banget,” bisik Boem Jin ke Aera setelah ia berjabat tangan dengan Jolie.Aer
Aera dan Boem Jin kembali kerumahnya setelah mereka selesai membahas soal strategi yang akan mereka jalankan.Hingga sesampainya dirumah, Aera tetap murung karna memikirkan rencana yang ditawarkan oleh anak buah Alex.Boem Jin sebenarnya gak tega melihat sahabatnya pucat pasi seperti saat ini, ia sangat amat tahu bagaimana ketakutan yang dirasakan Aera saat ini.“Raa… mau minum obat penenang? Biar kita fikirin besok lagi aja ya soal rencana kita tadi.” Ucap Boem Jin menawarkan dengan lembut.“Hmm kayanya enggak deh, aku masih bisa nahan kok.” Jawab Aera lemas.“Serius? Tapi muka kamu udah pucet kaya gitu, dari tadi juga kamu keluar keringet, nah ini lagi tangan kamu masih tremor.”“I’m ok Boem Jin-a….”“No no no… you’re not ok Aera. Kamu harus minum obat kamu!” Boem Jin pun langsung mengambilkan obat penenang Aera yang ada didalam laci meja ri
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe