Hari ini hari ke enam, Catherine menguntit kegiatan David dan finalnya, Catherine tidak melihat kejanggalan apapun di kehidupan David. "Dia pria baik, bukan Casanova dan layak di pertimbangkan," ucap Catherine sambil mengetuk kemudi mobilnya.
Menyempatkan diri, sebentar berbelanja kebutuhan pribadinya di salah satu Mall terdekat kediamannya.
Sambil mendorong strollernya, langkahnya terhenti, mendengar suara anak menangis di area belanjanya. Catherine mencoba mengecek lorong terdekatnya. Benar saja, seorang anak laki-laki, meringkuk menangis di dekat mainan anak-anak.
Catherine mendekati anak tersebut, menyodorkan sebuah permen lolipop, "Kau mau?' tawarnya tersenyum. Tidak ada respon apapun dari anak tersebut.
"Kenapa tidak di ambil?' Catherine bertanya tanpa memutus tatapan pada anak tersebut.
"Kata Mama tidak boleh terima apapun dari orang asing, Tante," ucapnya, menatap Catherine.
"Benar, memang tidak boleh menerima apapun dari orang asing. Mamamu mengajarimu dengan sangat baik, anak pintar," Catherine menjawab sembari tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Perkenalkan aku Cath," ucap Catherine, membuat anak tersebut menatapnya bingung.
"Siapa namamu,anak pintar?" tanya Catherine dan memasukkan kembali lolipop ke dalam tasnya.
"Keanu, Tante," jawabnya dan sudah mau menatap Catherine .
"Kenapa sendirian di sini, Mama mana?" Catherine bertanya dengan selembut mungkin, agar anak tersebut tidak menangis. Melirik jam di tangannya sudah hampir jam Supermarket tersebut tutup.
"Kalau Keanu ga mau cerita, bagaimana caranya Tante mencari Mama Keanu?Tempat ini sudah mau tutup sayang, nanti kamu mau tidur dimana, kalau ga ketemu sama Mama?'
"Tante, boleh Keanu ikut sama Tante? Keanu ga mau pulang ke rumah dulu. Ada pacar Mama di rumah, yang sering memukul keanu!" Sepenggal kalimat yang membuat Catherine terkejut, terlebih melihat beberapa bekas membiru di tubuhnya, saat anak tersebut menarik kaosnya.
"Trus kenapa sendirian disini?" Catherine menatap anak lelaki yang di taksirnya berusia 5 atau 6 tahun tersebut. Anak tersebut menangis mendengar kalimat terakhir yang di dengarnya.
"Karena kata Mama, aku anak pembawa sial, Mama tidak mau bawa aku pulang,takut kekasihnya marah," pecah tangisnya mengatakan hal itu pada Catherine. Catherine tergugu, merasakan kesedihan anak tersebut. Bagaimana bisa seorang Ibu mengatakan hal sekejam itu, pada anak semanis ini.
"Boleh ikut ya Tant, Keanu janji akan bantu membereskan rumah, mencuci di rumah Tante," tawarnya membujuk Catherine.
"Emang kamu bisa nyuci?' tergelitik hati Catherine menanyakan itu.
"Bisa Tante. Aku selalu mencuci baju aku sendiri, menggoreng telur setiap hari," ceritanya terisak.
Catherine tidak lagi bertanya, mata anak ini sangat jujur, tidak ada kebohongan di dalamnya. Namun membawa anak orang, akan beda kasusnya. Dia akan di sangka penculik, yang terlibat dalam sindikat perdagangan manusia.
"Sudah makan, sayang?' Catherine mengusap pipi yang sembab tersebut. Anak tersebut menggeleng, pertanda belum makan malam ini.
"Dari kapan belum makan?" Catherine menahan getar di bibirnya. Hatinya bersyukur, punya Ibu yang luar biasa baik, walaupun singkat, karena Tuhan lebih menyayangi Ibunya.
"Siang Tante," ucapnya menahan isak. Catherine menggeram,mengumpat Ibu yang tega menelantarkan anak setampan ini.
Catherine berjongkok kembali, mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu, memegang tangan mungilnya.
"Baiklah, Tante izinkan Keanu ikut ke rumah Tante. Tapi kita lapor dulu ya ke petugas informasi di sana. Okay?" menatap anak tersebut yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Naiklah ke dalam stroller ini, biar Tante dorong, Okay?" tawarnya langsung mengangkat Keanu tanpa menunggu persetujuan dari Kiano.
"Mumpung kita masih di sini, ayo kita beli perlengkapanmu dulu. Shampoo, Sikat gigi, pasta gigi, pakaian," ucap Catherine menunjuk beberapa lorong yang menyediakan perlengkapan mandi anak-anak.
"Pakaian tidak usah, Tante," jawab Keanu membuat Catherine heran. Jika tidak membeli pakaian, lalu apa yang akan di pakainya nanti.
"Mama sudah memasukkan pakaianku ke dalam tas itu, Tante!" tunjuk Keanu, ke arah tas bermotif Spiderman tersebut. Catherine mengambil tas yang di sembunyikan di antara boneka-boneka tersebut. Membukanya, dan benar saja, ada beberapa pasang baju di dalam tas ini.
Catherine menatap Keanu sedih, masih sekecil ini, tapi sudah di buang secara langsung.
"Dari tadi, Keanu berdiri dimana saja?" Catherine penasaran. Sebelum mendekati Keanu, dia sempat mendokumentasikan menggunakan ponsel. Berjaga-jaga saja, agar tidak disangka penculik.
"Disitu Tante, masuk ke dalam rak. Keanu tidur disana. Keanu baru saja keluar, pas Tante datang," ucapnya menunjuk rak tempat tasnya tadi berada.
"Ayo ikut Tante pulang, kalau Mama tidak menjemputmu dalam 6 bulan, biar Tante yang jadi Mama-mu, Okay?!" Entah kenapa terlintas sesaat dalam pikiran Catherine mengadopsi Keanu setelah dia menikah dengan David.
Tapi tunggu, wajah anak ini mirip sekali dengan David versi mini. Tapi tidak mungkin anak David, dia belum menikah. Mengabaikan pemikirannya, Catherine membawa tas Spiderman tersebut, menuju rak susu.
Mengambil beberapa kaleng susu, buah, roti dan beberapa cemilan untuk Keanu. Lalu mendorong stroller tersebut menuju kasir. Mendekati kasir, Catherine menyerahkan 1 bungkus roti untuk di scan lebih dulu.
"Makan roti dulu ya, habis ini kita langsung makan nasi ya Keanu," tawar Catherine membuka bungkus roti tersebut, Catherine hampir menangis melihat Keanu sangat lahap. Pertanda sangat kelaparan.
Selesai pembayaran, Catherine langsung bergegas menuju salah satu restoran. Memesan beberapa menu, Catherine menatap keanu, "Tante ke Pusat Informasi dulu ya. Nanti kalau makanannya datang, Keanu langsung makan ya. Tante sebentar saja kok,tunggu di sini ya," ucapnya memberi pengertian.
"Tante pasti mau pergi diam-diam seperti Mama," Isak Keanu, membuat Catherine tersentil. Dia lupa bahwa anak di depannya, pasti sangat trauma dengan kata "tunggu di sini ya."
"Tidak Sayang, Tante tidak akan meninggalkanmu," ucap Catherine sangat pelan. Catherine menarik nafas, sepertinya Keanu memang sangat takut di tinggal, Catherine berjalan ke arah kasir, untuk menanyakan berapa lama waktu mereka menunggu menu dimasak, karena posisi restoran saat ini sangat ramai.
"Bu, melihat antrian nomornya, sekitar 30-40 menit lagi bu. Namun, untuk Capcay pesanan ibu sudah matang Bu," ucap kasir tersebut melihat screenya.
"Mba, saya mau ke pusat informasi sebentar, tadi menemukan anak tersebut di dalam Supermarket terlepas dari Ibunya. Bisa saya pinjam mangkoknya, sendok makan dan beberapa potong ayam?Anak tersebut belum makan dari siang Mba, dan tidak mau saya tinggal sebentar. Saya akan menyuapinya di Pusat Informasi dan kembali lagi ke sini. Nanti saya bayar semua termasuk peralatan makannya Mba," ucap Catherine mencoba menjelaskan posisinya saat ini.
Catherine bersyukur kasir tersebut merespon, segera ke dapur, dan keluar dengan sepiring Nasi Capcay dan ayam goreng mentega.
"Makasih banget ya,Mba. Saya titip barang-barang saya di meja nomor 10 yah Mba!"
"Papa mana Bi?" tanya Catherine pada asisten rumah tangga yang menyambutnya dan meraih barang belanjaan dari tangannya. "Ada di kolam belakang Non, lagi kasih makan ikan koi," balas Bi Rani, asisten rumah tangga Catherine. "Papa," panggil Catherine, menghampiri Papanya yang sedang memberi makan ikan koi-nya. "Siapa Cath?" tanya Papa Ardi menatap lembut bocah laki-laki tersebut. "Anak Cathy Pa," bisik Catherine tersenyum. Mendengar hal itu bukannya marah, Papa Ardi malah terkekeh, mencubit kembali Catherine. "Ish, belum menikah sudah punya cucu sebesar ini, Papa rela Cath," kekeh Papa Ardi kembali, lalu menarik Catherine dan berbisik kembali, "Bisa kasih 11 lagi Cath, biar ramai rumah ini!' "Ih Papa, kok minta sebelas lagi? Mau buat team sepakbola?" gemas Catherine menatap Papanya heran. Di luar sana mungkin, saat orangtua mendengar putrinya membawa anak tanpa menikah, akan di tendang dari rumahnya, dan di coret dari kartu keluarga mereka. "Iya, team kesebelasannya kan belum ada
"Ini restoran yang kamu maksud?" "Ya, aku bahkan sering melihatmu makan di sini bersama Om disini.""Kau tahu," ucap David terhenti, membuat Catherine berhenti memotong daging rendangnya, dan menatap balik David."Sebelum kita di jodohkan, aku bahkan ingin mendekatimu lebih dulu.""Aku pernah 10 hari berturut-turut mendatangi restoran ini, berharap kita bertemu, kau tidak pernah datang lagi, sampai ayahku menyampaikan keinginannya menjodohkanku. Jujur Cath, aku marah dan menentang perjodohan ini, karena masih berharap bertemu denganmu. Tapi, aku berubah pikiran, saat Papaku mengirimkan fotomu. Luar biasa bahagia Cath! Aku bahkan minta Papa mengatur pertemuanku langsung denganmu sesegera mungkin. Itulah pertemuan kita di restoran. Aku menyukaimu Cath,' ucap David membuat Catherine terdiam."Besok aku jemput lagi ya, boleh?""David, bukannya tidak boleh. tapi besok aku akan ke lokasi proyek," ucap Catherine apa adanya. Memang benar dia akan ke proyek, bersama perwakilan Winston Corp,
Catherine menatap tak percaya dengan suasana cuaca dari balik jendela di kamarnya, angin menumbangkan beberapa pohon di sekitar penginapan mereka. Bahkan dua mobil rusak parah di timpa pohon tersebut. Sudah hampir 2 jam mereka semua di dalam penginapan ini. Tapi suasana bukannya membaik, malah semakin mencekam saja. Catherine berbalik dan menatap Arnold yang sudah terlelap sejak Papanya menghubungi tadi. "Cih, mudah sekali dia tertidur. Bahkan sangat lelap di tengah badai begini," ucap Catherine berusaha mencari signal lagi, sekedar ingin menonton berita update saat ini atau menonton drama historical China kesukaannya. Mencoba mengalihkan pikirannya dengan bermain game di ponselnya. Sudah beberapa menit memainkan gamenya, Catherine masih tetap belum fokus pada gamenya. Dirinya masih waspada, selama badai belum usai. "Ada apa dengan badai hari ini?" gumamnya sambil melanjutkan permainan gamenya Catherine terdiam dan menghentikan permainan gamenya sesaat saat tanah bergetar, Cat
Arnold mencoba membuka kelopak matanya, menyesuaikan sinar matahari yang masuk di pupil matanya. Berdiri dan membuka lebar gorden jendela kamarnya. Mencari Cathy yang tidak ada di dalam kamar, mengambil jaket dan keluar dari ruang kotak tersebut. Berjalan ke arah lobby, dan melihat Catherine mengulurkan tangannya menyentuh bulir hujan"Kenapa tidak bangunkan aku?""Aku hanya bosan saja, pengap dalam kamar," ucap Catherine berjalan ke sofa. "Kau sudah sarapan?""Baru saja.""Ck, gadis menyebalkan, bahkan sarapan sendirian!" sungut Arnold menatap Catherine."Setidaknya, aku membuatkanmu kopi hangat," ucap Catherine menunjuk cangkir diatas meja.Tersenyum melihat kopi yang dimaksud Catherine, Arnold mengambil posisi duduk di sebelah Catherine dan menyesap kopinya."Kita seperti pasangan honeymoon saja, ya!" Catherine mendelik mendengar Arnold berbicara begitu. "Hujan terus, kapan kita pulang?! Bosan!!" gerutu Catherine melihat hujan di luar lobby. Meneguk kopinya, Arnold tersenyum de
"Tunggu!" teriak seseorang menahan langkah Catherine, belum sempat Catherine berbalik, tangannya sudah ditarik seseorang. Melepaskan tangannya, Catherine menatap bingung Arnold."Apa yang kau lakukan? Bukannya, harusnya makan siang bersama mereka?""Oh come on, kau saja lari dari makan siang itu, kenapa aku harus ikut? Kalau kau tidak ikut makan, lalu wajah siapa yang aku tatap Cath!""Dasar Gila!""Iya, kan gila karenamu,Cath!" balas Arnold menaikturunkan kedua alisnya, lalu menarik lembut tangan Jill ke dalam mobilnya. Arnold mencoba menarik nafasnya, saat Catherine kesal menatapnya."Cath, kau kesal masalah pernikahanku?"Arnold, duduk dan belum menjalankan mesin mobilnya. Menarik tangan Cath, dan mengecupnya, "Kau ingat, pertemuan kita di Taman? Di situ, setelah mengenalmu, aku pulang, menemui Mamaku, agar membatalkan rencana pernikahan kami. Tapi mamaku menolak, merasa Audrey, gadis yang baik. Aku sudah tunjukkan bukti k
Pagi ini, Catherine menerima telepon dari Rumah Sakit, yang menginformasikan Papanya sudah membaik, dan akan di pindahkan ke ruangan perawatan. Catherine berdoa dan mengucap syukur karena Tuhan sudah menjawab doanya. Segera, bergegas bersiap-siap menuju rumah sakit.Sedikit berlari menuju salah satu, ruangan VIP di lantai 6, menggandeng tangan Keanu. "Keanu, ingat pesan Dokter tadi malam?" tanya Catherine menunduk."Nggak boleh cengeng kalau ketemu Papa, Kak." Keanu tersenyum menatap Catherine, yang sedang mengelus kepalanya."Anak pintar, adiknya siapa sih?" Catherine mencubit gemas Keanu, yang tertawa dengan ulahnya."Papa.....," sapa Keanu dan Catherine saat membuka pintu. Melihat Papa Ardi, yang tersenyum menyambut mereka. "Papa sakit apa?" Keanu yang sudah berjanji tidak menangis pun, berusaha menahan isaknya."Ish, siapa bilang Papa sakit? Dokter? Ck, jangan percaya Dokter sayang, Papa cuman kurang tidur saja!" balas Ardi memeluk Keanu dan Catherine."Kalau kurang tidur,
Pagi ini, Dinda datang kembali ke rumah sakit tanpa Rosa. Membawa bekal, untuk Papi Ardi dan Dokter cintanya. Melewati pusat informasi, Dinda berhanti, dan menanyakan letak ruang Aiden, dan jadwal kunjungan ke ruangan Papinya.Bersiul dengan riang, sampai di ruangan Papinya, menyapa Papinya dan Catherine dengan semangat."Papinya Dinda, yang paling tampan di kamar ini, apa kabar?" gurau Dinda, meletakkan menu bekalnya, dan memberikan satu bekal buat Catherine ."Ck, yah pasti paling tampan, pria sendiri di sini," cibir Catherine menerima bekal tersebut. Tidak membalas cibiran Catherine, lalu mengambil kursi duduk di sebelah Papinya. Senyum Dinda mengembang, saat pintu kamar di ketuk, dan melihat Dokter cintanya datang."Pi, Dinda udah cakep belum?" bisik Dinda, dan diangguk Ardi menahan senyum. Dinda berdiri langsung, dan mempersilahkan Dokter tersebut memeriksa Papinya lebih dulu."Keadaan Pak Ardi semakin membaik, nanti saya jadwalkan untuk kemot
Aiden mendorong pelan Dinda, menatap tajam gadis kurang ajar di depannya ini. Berani sekali menyentuhnya! Maju dan menarik kasar Dinda, lalu membuka pintunya. "Keluarlah, dan jangan muncul lagi di depanku!" geram Aiden kesal. "Aiden, itu first kissku, jangan lupakan,manisnya!" pesan Dinda mengganjal pintu dengan kakinya. "Singkirkan kakimu!" "Sepertinya aku akan bermimpi indah malam ini," ucap Dinda mendorong pintu kuat, dan segera mengecup pipi Aiden kembali, lalu kabur sebelum Aiden marah. Lima hari sejak kejadian itu, Dinda tidak pernah lagi bertemu dengan Aiden, karena pekerjaannya yang sedang overload. Menatap tumpukan sketsa wedding dress di depannya. "Ck, sepertinya aku hanya membuatkan gaun untuk orang lain saja. Entah, kapan bisa merancang untuk gaunku sendiri." Mengambil ponsel dan membaca pesan masuk di salah satu aplikasinya. Mengetik beberapa kata, lalu mengirimnya, "Naik saja ke lantai 2, pintu mer
Keanu, sangat gembira menyambut kepulangan Papanya. Melompat-lompat kegirangan, saat Ardi turun dari mobil, langsung memeluknya erat."Welcome Home Papa," bisik Keanu saat memeluk Papanya, dan menuntun Ardi, duduk di sofa."Ck, adik lu, manis banget, sumpah!" ucap Dinda, berjalan dan duduk di sebelah Ardi."Pi, kalau kontrol nanti biar sama aku aja ya?" tawar Dinda melirik Catherine, berdecak padanya."Nggak, biar Papa gwa yang antar, kalau lu yang antar, takutnya di bawa kemana-mana lagi!""Cih, anak Papi, ih....., pelit banget sih!""Ya udah, nanti kalian berdua saja yang antar Papa," balas Ardi, membuat girang Dinda. Setidaknya, ada alasan bagi Dinda, bertemu Dokter cintanya! Melihat waktu di jamnya, Dinda segera pamitan kembali ke Boutiquenya."Keanu ikut juga ya Pa?" bujuk Keanu, menatap kepergian Dinda."Jangan Keanu, rumah sakit nggak baik buat anak-anak." Ardi mengelus rambut dan memberi pengertian buat Kean
Belum beranjak dari posisinya, Arnold masih menatap emosi, pintu ruangan, tempat Papa dirawat saat ini. Tidak rela, wanita yang di cintainya, menikahi pria lain, Arnold berdiri dan memutuskan akan meminta putrinya baik-baik sebagai pendampingnya.Berjalan dengan percaya diri, Arnold terkejut, melihat seseorang yang sudah lama, tidak pulang ke rumah, Kakaknya Aiden. Mencoba berpikir, untuk apa masuk ruangan tersebut? Sedangkan dia, belum pernah memberitahukan siapa pun, tentang Catherine. Aiden kan Spesialis kanker? Apa Papanya Catherine, punya penyakit kanker? Tidak ingin menebak-nebak, Arnold akan memastikan dulu, pada Kakaknya. Duduk menunggu, tidak jauh dari kamar pasien.Melihat Aiden keluar dari kamar tersebut, Arnold mengikuti langkah Aiden, menuju ruangannya. Tanpa mengetuk pintu, Arnold langsung masuk, dan duduk di depan Aiden, yang terkejut."Sedang apa kau disini?" tanya Aiden heran. Adiknya ini, bukan tipekal orang, yang memiliki banyak wa
Aiden mendorong pelan Dinda, menatap tajam gadis kurang ajar di depannya ini. Berani sekali menyentuhnya! Maju dan menarik kasar Dinda, lalu membuka pintunya. "Keluarlah, dan jangan muncul lagi di depanku!" geram Aiden kesal. "Aiden, itu first kissku, jangan lupakan,manisnya!" pesan Dinda mengganjal pintu dengan kakinya. "Singkirkan kakimu!" "Sepertinya aku akan bermimpi indah malam ini," ucap Dinda mendorong pintu kuat, dan segera mengecup pipi Aiden kembali, lalu kabur sebelum Aiden marah. Lima hari sejak kejadian itu, Dinda tidak pernah lagi bertemu dengan Aiden, karena pekerjaannya yang sedang overload. Menatap tumpukan sketsa wedding dress di depannya. "Ck, sepertinya aku hanya membuatkan gaun untuk orang lain saja. Entah, kapan bisa merancang untuk gaunku sendiri." Mengambil ponsel dan membaca pesan masuk di salah satu aplikasinya. Mengetik beberapa kata, lalu mengirimnya, "Naik saja ke lantai 2, pintu mer
Pagi ini, Dinda datang kembali ke rumah sakit tanpa Rosa. Membawa bekal, untuk Papi Ardi dan Dokter cintanya. Melewati pusat informasi, Dinda berhanti, dan menanyakan letak ruang Aiden, dan jadwal kunjungan ke ruangan Papinya.Bersiul dengan riang, sampai di ruangan Papinya, menyapa Papinya dan Catherine dengan semangat."Papinya Dinda, yang paling tampan di kamar ini, apa kabar?" gurau Dinda, meletakkan menu bekalnya, dan memberikan satu bekal buat Catherine ."Ck, yah pasti paling tampan, pria sendiri di sini," cibir Catherine menerima bekal tersebut. Tidak membalas cibiran Catherine, lalu mengambil kursi duduk di sebelah Papinya. Senyum Dinda mengembang, saat pintu kamar di ketuk, dan melihat Dokter cintanya datang."Pi, Dinda udah cakep belum?" bisik Dinda, dan diangguk Ardi menahan senyum. Dinda berdiri langsung, dan mempersilahkan Dokter tersebut memeriksa Papinya lebih dulu."Keadaan Pak Ardi semakin membaik, nanti saya jadwalkan untuk kemot
Pagi ini, Catherine menerima telepon dari Rumah Sakit, yang menginformasikan Papanya sudah membaik, dan akan di pindahkan ke ruangan perawatan. Catherine berdoa dan mengucap syukur karena Tuhan sudah menjawab doanya. Segera, bergegas bersiap-siap menuju rumah sakit.Sedikit berlari menuju salah satu, ruangan VIP di lantai 6, menggandeng tangan Keanu. "Keanu, ingat pesan Dokter tadi malam?" tanya Catherine menunduk."Nggak boleh cengeng kalau ketemu Papa, Kak." Keanu tersenyum menatap Catherine, yang sedang mengelus kepalanya."Anak pintar, adiknya siapa sih?" Catherine mencubit gemas Keanu, yang tertawa dengan ulahnya."Papa.....," sapa Keanu dan Catherine saat membuka pintu. Melihat Papa Ardi, yang tersenyum menyambut mereka. "Papa sakit apa?" Keanu yang sudah berjanji tidak menangis pun, berusaha menahan isaknya."Ish, siapa bilang Papa sakit? Dokter? Ck, jangan percaya Dokter sayang, Papa cuman kurang tidur saja!" balas Ardi memeluk Keanu dan Catherine."Kalau kurang tidur,
"Tunggu!" teriak seseorang menahan langkah Catherine, belum sempat Catherine berbalik, tangannya sudah ditarik seseorang. Melepaskan tangannya, Catherine menatap bingung Arnold."Apa yang kau lakukan? Bukannya, harusnya makan siang bersama mereka?""Oh come on, kau saja lari dari makan siang itu, kenapa aku harus ikut? Kalau kau tidak ikut makan, lalu wajah siapa yang aku tatap Cath!""Dasar Gila!""Iya, kan gila karenamu,Cath!" balas Arnold menaikturunkan kedua alisnya, lalu menarik lembut tangan Jill ke dalam mobilnya. Arnold mencoba menarik nafasnya, saat Catherine kesal menatapnya."Cath, kau kesal masalah pernikahanku?"Arnold, duduk dan belum menjalankan mesin mobilnya. Menarik tangan Cath, dan mengecupnya, "Kau ingat, pertemuan kita di Taman? Di situ, setelah mengenalmu, aku pulang, menemui Mamaku, agar membatalkan rencana pernikahan kami. Tapi mamaku menolak, merasa Audrey, gadis yang baik. Aku sudah tunjukkan bukti k
Arnold mencoba membuka kelopak matanya, menyesuaikan sinar matahari yang masuk di pupil matanya. Berdiri dan membuka lebar gorden jendela kamarnya. Mencari Cathy yang tidak ada di dalam kamar, mengambil jaket dan keluar dari ruang kotak tersebut. Berjalan ke arah lobby, dan melihat Catherine mengulurkan tangannya menyentuh bulir hujan"Kenapa tidak bangunkan aku?""Aku hanya bosan saja, pengap dalam kamar," ucap Catherine berjalan ke sofa. "Kau sudah sarapan?""Baru saja.""Ck, gadis menyebalkan, bahkan sarapan sendirian!" sungut Arnold menatap Catherine."Setidaknya, aku membuatkanmu kopi hangat," ucap Catherine menunjuk cangkir diatas meja.Tersenyum melihat kopi yang dimaksud Catherine, Arnold mengambil posisi duduk di sebelah Catherine dan menyesap kopinya."Kita seperti pasangan honeymoon saja, ya!" Catherine mendelik mendengar Arnold berbicara begitu. "Hujan terus, kapan kita pulang?! Bosan!!" gerutu Catherine melihat hujan di luar lobby. Meneguk kopinya, Arnold tersenyum de
Catherine menatap tak percaya dengan suasana cuaca dari balik jendela di kamarnya, angin menumbangkan beberapa pohon di sekitar penginapan mereka. Bahkan dua mobil rusak parah di timpa pohon tersebut. Sudah hampir 2 jam mereka semua di dalam penginapan ini. Tapi suasana bukannya membaik, malah semakin mencekam saja. Catherine berbalik dan menatap Arnold yang sudah terlelap sejak Papanya menghubungi tadi. "Cih, mudah sekali dia tertidur. Bahkan sangat lelap di tengah badai begini," ucap Catherine berusaha mencari signal lagi, sekedar ingin menonton berita update saat ini atau menonton drama historical China kesukaannya. Mencoba mengalihkan pikirannya dengan bermain game di ponselnya. Sudah beberapa menit memainkan gamenya, Catherine masih tetap belum fokus pada gamenya. Dirinya masih waspada, selama badai belum usai. "Ada apa dengan badai hari ini?" gumamnya sambil melanjutkan permainan gamenya Catherine terdiam dan menghentikan permainan gamenya sesaat saat tanah bergetar, Cat
"Ini restoran yang kamu maksud?" "Ya, aku bahkan sering melihatmu makan di sini bersama Om disini.""Kau tahu," ucap David terhenti, membuat Catherine berhenti memotong daging rendangnya, dan menatap balik David."Sebelum kita di jodohkan, aku bahkan ingin mendekatimu lebih dulu.""Aku pernah 10 hari berturut-turut mendatangi restoran ini, berharap kita bertemu, kau tidak pernah datang lagi, sampai ayahku menyampaikan keinginannya menjodohkanku. Jujur Cath, aku marah dan menentang perjodohan ini, karena masih berharap bertemu denganmu. Tapi, aku berubah pikiran, saat Papaku mengirimkan fotomu. Luar biasa bahagia Cath! Aku bahkan minta Papa mengatur pertemuanku langsung denganmu sesegera mungkin. Itulah pertemuan kita di restoran. Aku menyukaimu Cath,' ucap David membuat Catherine terdiam."Besok aku jemput lagi ya, boleh?""David, bukannya tidak boleh. tapi besok aku akan ke lokasi proyek," ucap Catherine apa adanya. Memang benar dia akan ke proyek, bersama perwakilan Winston Corp,