Yatri dan Rexa di perjalanan menuju ke rumah sakit, di dalam mobil, keduanya masih membisu satu sama lain, sesekali sepasang mata mereka melirik diam-diam ka arah kaca spion tengah.
Rexa yang mengingat pembelaan Yatri padanya, dia merasa utang budi pada istrinya itu."Terima kasih karena sudah membelaku tadi," ucap Rexa memecah kegamangan."Pak Rexa suamiku, meski hanya kontrak, tapi sebagai istri aku harus membela suamiku," kata Yatri.Rexa melipay bibir menahan senyum, kalimat Yatri membuatnya terenyuh lagi. Sosok suami memang di dewakan oleh istri yang baik, termasuk itu Yatri yang melakoninya."Setelah dari dokter, kamu mau kemana? kita free hari ini, bebas mau kemana sampai malam nanti," ujar Rexa memberi kebebasan Yatri untuk memilih. Tetapi Yatri berat bila harus mengutarakan keinginannya, biarlah pilihan itu di tentukan oleh Rexa sendiri, pikir Yatri."Terserah, Pak Resa saja, aku kurang tah"Sudah kenyang?" tanya Rexa."Sangat, aku tiba-tiba ngantuk," sahut Yatri sembari menguap."aku bayar dulu, kamu tunggu disini."Rexa membayar di kasir, saat ingun kembali ke Yatri, dia mendapat telpon dari kakeknya."Iya, Kek. Ada apa?""Kamu dimana? Kakek besok akan ke rumahmu, tunggu kakek besok, jangan menolak durhaka kamu, " kata Pak Yahya."Baguslah, kek. Lebih baik begitu, dari pada harus Rexa ke rumah, aku tidak mau ketemu mereka, parasit kakek.""iya, kakek juga ingin lebih dekat dengan istrimu, katanya dia hamil.""Iya, kek. Sekarang aku mau pulang dulu, soalnya aku sedang di resto, " ucap Rexa menutup panggilannya.Yatri dan Rexa keluar dari restoran itu, menggandeng tangan istrinya seakan menunjukkan kepemilikannya pada setiap pasang mata yang
Keesokan harinya, Rexa akan pergi ke kantor, ada banyak pertemuan hari ini dengan para koleganya. Yatri yang sedari tadi menunggu dia berpakaian, duduk menepi di sofa kamar. Setelah rapi, Rexa menuju ke arah Yatri."Kamu tetaplah di rumah, akan ada kakek datang nanti, jika dia bertanya kita kenal dimana, pacaran berapa lama, dan ketemu dimana, jawab saja 'kami baru kenal tapi langsung nikah', setelah itu semua jawaban tergantung kamu," jelas Rexa."Iya, aku mengerti."Mereka berdua turun ke bawah, memulai sarapan seperti biasanya, kemarin keduanya mulai sepekat untuk menjalani hari-hari selama satu tahun selayaknya suami istri sungguhan, tak ada rasa kaku ataupun aturan kontrak yang bisa menekan batin Yatri yang sedang hamil."BU Yat, siang nanti Yatri harus makan yang nutrisinya harus lengkap, dan buah tercukupi, susu juga. Jika dia tidak mau, aku akan pulang menyuapi dia," kata Rexa sengaja agar Yatri mendengarnya pula.
Di rumah Yatri sengaja turun ke dapur untuk menemui Bu Yat, seharian di kamar menonton buat dia jenuh, dia butuh sosok teman cerita yang bisa menghilangkan rasa bosannya.Bu Yat sedang asyik memoting semua bahan masakan untuk makan malam penyambutan Pak Yahya nanti. Yatri yang ingun membuang keringat sedikit membantu Bu Yat."Tidak usah, Non. Non Yatri duduk saja," kata Bu Yat."Tidak apa kok Bu Yat, lagi pula orang hamil harus lebih banyak bergerak agar aliran darahnya lancara," serfah Yatri."Ya sudah, Non. Kerjanya yang gampang-gampang saja."Yatri memilih mengupas kentang, dia sedikit ingin tahu bagaimana kondisi keluarga Rexa yang sesungguhnya, dia penasaran dengan sikap ayah mertua dan ibu tiri mertuanya kemarin yang begitu menghardik Rexa."Bu Yat sudah lama 'kan kerja dengan Rexa, kenapa ayah dan ibunya begitu ya?" tanya Yatri.Bu Yat menghela nafas, bila dia merenungkan nasib Rexa yan
Rexa naik ke kamar Yatri, tetapi sosok pemilik kamar tak ada disana, dia mengelilingi sekitar lantai dua dan tiga, namun Yatri di ketemukan. Saat melewati kamar pribadinya, Rexa membuka pintu kamar itu, betapa leganya dia ketika melihat sosok yang ia cari ada di atas tempat tidurnya. Yatri tertidur pulas sembari memeluk baju bukas pakai Rexa."Yatri, kamu buat aku panik," gumam Rexa.Rexa melepas sepatu dan kemejanya, dia memeluk Yatri dari belakang melepas rindu karena seharian tak bersama. Tangan Rexa meraba perut Yatri, ungkalan menepati janji karena pulang tak selarut yang di jadwalkan."Papa sudah pulang, Nak. Kamu tidak usahakan mama 'kan?" tanya Rexa berbisik di perut Yatri.Yatri belum juga bangun dari tidurnya, Rexa meropol Yatri dengan ciuman, pipi, jidat, dagu, leher, dan hidung jadi sasaran keisengan Rexa. Rasa geli dan nikmat buat Yatri mengerjap."Papa, sudah pulang," kata Yatri memeluk Rexa.
Makan malam usai, Rexa lebih dulu naik ke atas kamar, malam ini Pak Yahya harus cepat tidur, itu kata dokter keluarga yang menanganinya. Yatri menyusul Rexa dari belakag, tampak suaminya itu masih terbawa suasana sejak makan malam tadi. 'Aku harus minta maaf, aku sudah membuat dia tersinggung,' kata Yatri dalam hati. Yatri melangkah cepat menaiki tangga menyusul Arlesa yang masih di pertengahan jalan, namun kaki terbentur hingga sulit berpijak, Akhirnya Yatri terjatuh. "Ahk!" Yatri memekik. Nasib baik tangannya bisa menggapai tiang penyangga. Rexa yang mendengar itu berbalik, matanya membelalak melihat Yatri. "Yatri," lirih Rxea berlari turun menuju ke arah Yatri. "Kamu jatuh?" tanya Rexa. Dia melihat juga meraba selangkangan istrinya, syukur tak ada tanda-tanda pendarahan disana "Ayo kita naik ke kamar," ucap Rexa lalu menggendong Yatri ke atas kamar. Yartri memandangi wajah Rexa yang masih tetap ding
Pagi yang cerah, Yatri mendorong kursi roda Pak Yahya berkeliling taman rumah Rexa. Ada banyak yang ingin ia lakukan dengan kakek suaminya itu, namun karena hamil muda ia harus banyak meluangkan waktu untuk beristirahat saja.Rexa sudah ada di kantor, begitu pun Randy yang sudah kembali ke kantor restonya."Yatri, ada yamg ingin kakek tanyakan padamu, jujurlah .." kata Pak Yahya.Yatri mengangguk, " silahkan, Kakek.""Kakek tahu, kamu dan Rexa hanya nikah kontrak, snagat jelas terlihat pada bahasa tubuh kalian berdua, tapi Kakek juga yakin kamu memiliki alasan kuat melakukan hal itu. Yatri, jika Kakek meninggal nanti, bisakah kamu selalu tetap bersama Rexa? dia butuh sosok perampuan yang tulus seperti kamu," papar Pak Yahya.Yatri terkesiap, da terjebak dengan situasi yang harus membuat ya jujur, jikat tidak maka dia akan di cap sebagai wanita pembohong ulung."Dari mana Kakek dapat infromasi ini?" t
Rexa masih termangu, sementara Bu Anne terdengar menangis di balik telpon. Sejak lima belas tahun dia bersembunyi karena pengancaman yang terjadi padanya juga untuk Rexa."Mami sekarang ada di mana?" tanya Rexa."Mami ada di sebuah Desa, Nak. Jemputlah mami," sahut Bu Anne.Rexa melirik ke Hani, gadis itu ikut pula menangis, sejak SMP orang tua Hani di kampung merawat Bu Anne yang mereka temukan di pinggir jurang karena kecelakaan, kini Bu Anne telah sehat kembali, dia bisa di mintai memberikan alamatnya pada Hani bisa menelusuri jejak nama Rexa hingga bisa menemukan kantor Global Indo."Rexa akan menjemput Mami, tunggu Rexa," ucap Rexa menutup telponnya."Kamu ceritakan semua di mobil nanti, tunjukkan di mana letak Desa mu, kita akan kesana," kata Rexa pada Hani.Rxea mendial nomor Gerald agar menemanimya ke Desa tersebut, di bawa asisten pribadinya itu sudah menunggu dan menyiapkan Pak Budi pula untuk me
Malam tiba, mobil mereka telah sampai di Drsa yang amat terisolir, mobil itu bahkan menrejang berbagai lumpur dan kubangan air. Keahlian mengemudi Pak Buid sungguh di uji oleh jalanan Dusun Hani yang belum tersentuh uluran tangan pemerintah.Hani menunjuk ke arah rumah kayu yang amat sederhana, dia mempersilahkan ketiga tamunya itu untuk turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah orang tuanya."Silahkan masuk," ucap Hani.Rxea tak sabar, dia lebih dulu masuk ke rumah Hani, mereka bsrtiga duduk di ruang tamu hanya di kursi kayu. Hani masuk memanggil keduan orang tuanya memberitahu bahwa anak Bu Anne sudah tiba untuk menjemput maminya.Pak Agus dan Bu Idah keluar dengan perasaan gugup, entah sulit berkata-kata nanti karena keluarag orang yang mereka rawat selama bertahun-tahun adalah orang yang kaya raya. bu Anne yang masih masa pemulihan terstidur di dala kamar Hani."Mami saya mana, Pak dan Bu?" tabya Rexa mneren
Dua hari kemudian, Rexa dan Yatri kembali ke rumah sakit tahanan. Meski saat itu Yatri sedang mengalami fase mual, namun tak mengurungkan niatnya ingin menjaga Bu Anne."Sayang, seharusnya kamu itu di rumah, istirahat, kasihan bayi kita," ujar Rexa."Tidak, aku akan menemanimu kamu, oh ya, para keluarga korban tigak diantara mereka menyetujui itu, hanya dua lagi harus kita bujuk," papar Yatri.Rexa tak menyangka istrinya bisa sekuat itu melakukannya, dia terharu lalu memeluk Yatri."Maafkan keegoisan kami," ucapnya."Yang, seharusnya ini yang kita lakukan semenjak bulan yang lalu," sahut Yatri. Meski ia tahu tindakan itu malah akan beresiko.Bu Anne siuman, Rexa masih tetap menjaganya dari luar. Suster segera menghampiri Rexa untuk memberitahu keadaan maminya."Bu Anne sudah siuman, Pak. Sepertinya dia ingin bicara dengan anda," kata suster itu.Rexa masuk seorang diri di ruang ICU, dia menda
Malam telah tiba, Rexa meringkuk di balik selimut dengan Yatri. Ada banyak obrolan yang mereka perbincangkan termasuk kondisi Bu Anne."Kabar Ibu bagaimana?" tanya Yatri. Dia tahu Rexa tak membahas kasus Bu Anne karena menjaga perasaannya."Dia baik-baik saja," sahut Rexa. Dia berusaha agar Yatri tak dapat menebak kondisi kekhawatirannya.Namun bukanlah seorang istri namanya bila tak memiliki kontak batin, Yatri sangat tahu bahwa suaminya sedang berbohong. Semenjak penangkapan Bu Anne, sebagai menantu dia pun merasa kasihan pada mertuanya, tetapi jika dia mengeluarkan Bu Anne dari penjara, apakah dia dan keluarganya akan tetap baik-baik saja? ia pikir, belum tentu.Yatri pun juga tak tega melihat suaminya seringkali menyembunyikan kesedihan. Meski berat, namun kebahagiaan pasangan ingin ia utamakan."Sayang, kita bantu mami ya, supaya hukumannya lebih ringan, maksudku kita buat keluarga almarhum karyawan ku
Hari itu Rexa menghadiri sidang maminya, saat itu Yatri tak ia perbolehkan ikut, karena ia tahu maminya akan memberontak bila melihat Yatri bersamanya.Di persidangan, jaksa membacakan tuntutan yang cukup menggemaskan untuk Bu Anne, mendengar itu Rexa bergetar, meski ia sudah menyiapkan tim pengacara hebat buat maminya akan tetapi hukum akan tetap berada di jalan keadilan.Bu Anne berdiri dari kursi terdakwanya, dia menentang semua yang dibacakan oleh jaksa."Itu semua bohong, saya hanya di jebak oleh Asdar, dia otak dalam ledakan itu."Rexa sangat malu dengan tingkah maminya, para pengacara Rexa saat itu mencoba menenangkan Bu Anne.Setelah semua lebih tenang, hakim memutuskan untuk menunda lagi persidangan hingga minggu depan. Rexa menghampiri maminya, tetapi Bu Anne malah membuang wajah."Mami jangan lain kali begitu, itu hanya akan memberatkan Mami," ujar Rexa. Tapi Bu Anne yang masih marah p
Bu Wanda dan Ray kembali ke rumahnya, Ray yang masih khawatir karena rencana pernikahan itu belum diketahui oleh Randy."Kok kamu dari tadi diam?" tanya Bu Wanda.Ray menghela nafas berat, "Bu, kita sudah melangkah sejauh ini tapi kak Randy belum Ibu beritahu, emang Ibu yakin kakak bakalan tidak menolak?"Bu Wanda hanya tertawa lalu berlalu ke kamar Randy. Baginya hari itu waktu yang tepat untuk mengatakan pada anak sulungnya itu. Saat itu Randy baru saja dari restauran miliknya, kedua perawat laki-laki bersama Randy sibuk memeriksa denyut nadinya."Ibu mau bicara sesuatu," kata Bu Wanda.Kedua perawat itu keluar dari kamar Randy, Bu Wanda mengambil ponselnya lalu memperlihatkan ke arah Randy."Bagi kamu dia cantik tidak?" tanya Bu Wanda memperlihatkan gambar Hani yang tadi siang."Itu 'kan Hani, Bu. Iya, dia cantik," sahut Randy bersikap biasa-biasa saja."Dia calon istri kamu, dan min
Yatri belum bangun, tapi Rexa telah bersiap-siap untuk keluar rumah secepatnya. Dia tak ingin pertanyaan semalam membuat beban pikiran pada istrinya. Rexa akan berusaha menjaga agar istrinya tidak terlibat lagi sama urusan Bu Anne. Dia menganggap, maminya yang salah sepenuhnya pada orang-orang disekitar Yatri.Setiba di kantor polisi, Rexa menuggu Bu Anne di ruang kunjungan. Bu Anne di gotong oleh dua aparat kepolisian."Mami," gumam Rexa. Dia menahan air matanya agar tak menangis didepan maminya.Bu Anne memandang anaknya penuh amarah. Dia membenci Rexa karena membiarkannya mendekap didalam penjara."Mami sudah makan? Rexa bawakan makanan untuk Mami," ujar Rexa mencairkan suasana tegang diantara mereka.Bu Anne malah mendorong makanan itu hingga jatuh ke lantai."Saya tidak butuh makanan dari anak durhaka sepertimu!"Rexa mengusap wajah dengan kasar, memang hati perempuan yang melah
Bu Wanda datang menemui Ray di kantornya, dia menceritakan keinginannya menjodohkan Randy dengan Hani. Mendengar hal itu, Ray terkejut, bukan tidak setuju, tetapi takut bila Hani tidak mencintai kakaknya dengan setulus hati."Yang benar saja, Bu. Jangan bikin perkara baru deh, apalagi Hani itu adik angkat Kak Rexa," ujar Ray."Ibu juga sudah memikirkan itu, tapi apa salahnya, toh Hani juga suka sama kakak kamu, lagipula kita 'kan ingin mempererat tali kekeluargaan."Ray terdiam, menolak pin dia tak memiliki sepenuhnya hak. Menikahkan kakaknya dengan Hani cara yang ia anggap rumit. Bagaimana bisa perempuan cantik seperti Hani mau menikahi pria yang sedang berjuang melawan penyakitnya."Terserah Ibu lah, tapi jangan sampai ide Ibu hanya buat kak Randy jadi tambah sakit," kata Ray. Dia tak ingin kakaknya merasakan patah hati untuk kesekian kalinya lagi."Kalau begitu antar Ibu ke rumah Rexa, kita akan bi
Yatri sudah membereskan semua kamar tidur anaknya, Difa dan Kesang sudah mulai menyambut malam dengan berleha-leha di atas kasur empuknya, sementara Trixa di jaga beberapa baby sitter yang di khususkan oleh Rexa.Dia menuju ke kamarnya, mengganti pakaian yang begitu banyak disediakan oleh para pelayan yang Rexa siapkan untuk istrinya itu."Kalian boleh keluar, aku mau istirahat dulu," pinta Yatri pada keempat pelayan itu.Pelayan itu keluar dengan kepala menunduk, mendapat penghormatan seperti itu, Yatri malah jadi risih. Dia tak habis pikir dengan cara Rexa memanjakannya, bagi Yatri ini sangat berlebihan. Ia sadar diri, dirinya bukan seorang putri raja yang setiap saat di awasi oleh para dayang istana. Tanpa terasa matanya ngantuk hingga buaian bantal membuat ia terlelap.Sejam ia tertidur, Yatri birahinya memuncak, tubuhnya tiba-tiba hangat dan bergairah, selangkangannya terkoyak oleh usapan lembut. Matanya begitu berat untuk ter
Rexa mengusap air matanya, dia tak menyangka jika Ray mampu bertindak demikian. Rexa bahkan berulangkali membaca email Ray, tetap saja keluhan air matanya menetes sedikit demi sedikit."Ada apa, Kak?" tanya Yatri mengangetkan dari belakang."Hm, ini email dari Ray," sahutnya seraya menghapus lelehan air matanya."Kenapa? dia berulah lagi?""Tidak sayang, justru sebaliknya, ini kamu baca," kata Rexa memperlihatkan isi email Ray pada Yatri.Membaca itu, Yatri menghela nafas berat. Dia menggenggam erat tangan Rexa. Yatri memberi isyarat kasih pada suaminya itu."Iya, aku paham maksud kamu. Aku akan bertemu mereka," ujar Rexa menyetujui semua yang diinginkan Yatri.Rexa segera ke rumah ditemani para bodyguardnya. Meskipun saya itu pikirannya berkecamuk karena kasus yang menimpa maminya, namun Rexa berbesar hati sebab kebaikan mulai menyeringai pihak Bu Wanda.Setiba di rumah sakit, Re
Dua Minggu kemudian, rumah lama Rexa digerebek oleh polisi. Rupanya polisi sudah menemukan bukti tentang peledakan toko Yatri. Para anak buah Asdar pun telah ditangkap, namun Asdar berhasil melarikan diri pada saat itu. "Bu Anne Strovert, anda ditangkap sebagai tersangka utama dari peledakan toko Ini Yatri," kata letnan saat itu. Bu Anne berusaha berlari ke atas kamarnya, namun suara tembakan dilayangkan ke udara. Bu Anne menunduk menangis. Kedua polisi memborgolnya. "Kalian salah tangkap, yang menyuruh mereka itu Wanda, bukan saya," ucapnya membela diri. "Jelaskan saja di kantor polisi," kata polisi mengajak Bu Anne masuk kedalam mobil patroli. Bu Anne meronta ingin dilepaskan, didalam mobil dia tak henti mengumpat membanggakan kekayaannya. "Kalian tidak tahu, jika Rexa keluar nanti, dia akan menyewakan pengacara hebat untukku," kata Bu Anne. Polisi itu hanya tertawa mendengarnya. Bu Anne tak meliha