Mbak Asih menengadahkan tangannya persis anak kecil yang minta uang pada ibunya. Matanya berbinar penuh harap.âIni, kalau jajan jangan banyak-banyak ya, Mbak. Aku sudah tidak punya uang lagi.ââKata siapa? Uangmu banyak kok, enggak berseri,â jawab Mbak Asih.Sekarang Mbak Asih otaknya agak terganggu. Kadang waras kadang seperti orang stres. Aku sebenarnya kasihan, tapi mau bagaimana lagi mungkin ini takdir yang harus Mbak asih jalani.Kata orang Mbak Asih kena guna-guna sudah sempat sembuh tapi kambuh lagi. Kata orang lagi, guna-gunanya susah hilang karena selain dapat kiriman dari orang lain dia pun terkena sendiri akibat ilmu sihir yang dia pakai bersama Mas Roni suaminya dulu.Mas Roni sudah menikah lagi, sesekali datang ke sini. Aku lihat Mas Roni sepertinya masih cinta pada Mbak Asih mungkin keadaan yang tidak memungkinkan karena Mas Roni sudah menikah lagi.âIta, malah bengong. Nanti kamu kesambet jin. Tambah lagi uangnya.ââSudah enggak ada lagi, Mbak.ââPelit banget kamu, Ta.
~k~uđ¸đ¸đ¸Baru saja selesai salat duha Mbak Asih sudah kembali ke rumahku. Malahan masuk ke kamarku tanpa permisi dan mengacak-acak isi laci meja riasku.âMbak, ya Allah kalau masuk rumah orang itu salam dulu!â tegurku seraya kutampik tangannya yang sedang sibuk mengobrak-abrik isi laci.âGimana aku mau salam, kamu aja lagi salat. Pasti kamu juga enggak bisa jawab kan, kalau enggak jawab salam dosa,â kilahnya.âAda apa Mbak Asih ke sini?â tanyaku kesal.âAku mau minta make up, Ta. Punyaku sudah habis dan belum ada uang untuk beli lagi. Tapi, ternyata sama aja kamu pun tidak punya. Hanya bedak sama lipstik ini.ââAku memang enggak pakai make up lengkap seperti Mbak. Aku hanya pakai skincare sama bedak ini saja.ââKalau gitu skincarenya untuk aku ya, Ta. Kamu beli lagi aja, kan, duit kamu banyak,â rengek Mbak Asih.âAmbil aja, Mbak kalau mau. Memang Mbak mau ke mana kok sudah rapi begini?â Aku heran tadi pas minta uang seperti anak kecil ini sudah waras lagi. Pakai baju seksi dengan da
Assalamualaikum ... selamat pagi semua. Semoga sehat dan bahagia selalu. Follow akunku, yaaa.đ¸đ¸đ¸âKenapa, Dik. Dari pagi kok, cemberut aja? Apa Mas ada salah?â Mendengar pertanyaan Mas Danu kalau tidak dosa sebenarnya ingin sekali marah-marah. Memang di mana-mana laki-laki itu enggak peka sama sekali.âPikir aja sendiri!â sungutku. Mas Danu mengerutkan keningnya. Lalu kembali main HP.Huh! Apa ponsel itu lebih berharga dari pada aku istrinya!Tidak tahan dengan sikap Mas Danu aku putuskan ke luar kamar. Kubanting pintu kuat sekali hingga Kia kaget. Mas Danu melongo heran melihat tingkahku.Rasain! Memang dia sendiri yang bisa cuek aku pun bisa. Memang dia aja yang bisa sibuk dengan ponselnya aku pun bisa. Palingan juga dia berbalas pesan dengan nomor misterius tadi. Sungguh menyebalkan dan aku tidak ikhlas.Udara malam dingin menusuk tulang, tapi aku ogah masuk ke dalam kalau Mas Danu belum menjemputku di sini. Lebih baik sakit badan karena masuk angin kedinginan di luar dari pad
âJadi, Evi adalah adik tiriku. Dia anak dari suami ibu kandungku. Evi diasuh ibuku sejak usianya dua tahun. Begitulah yang kudengar dari ceritanya.ââAâdik tiri?â Mas Danu mengangguk.âBagaimana bisa bertemu? Almarhum Bapak saja susah mencari keberadaan Ibu waktu itu.â Tanyaku penuh selidik. Ekspresi Mas Danu menunjukkan tidak sedang bercanda ataupun berbohong.âPaman, adik dari Ibu tidak sengaja belanja ke toko kita. Karena di toko kita terpasang foto bapak, ibu, dan aku waktu kecil membuat Paman penasaran dan akhirnya terjadi obrolan panjang lebar kemudian besoknya paman datang bersama Evi yang mengaku sebagai adik tiriku. Kemudian kami saling bertukar nomor telepon. Tidak perlu menunggu lama Evi minta uang, sembako, ini dan itu."âMas, tidak sedang mengarang cerita, kan?ââMas, ini sekolah pun tidak lulus bagaimana bisa mengarang cerita,â jawab Mas Danu dijawilnya hidungku.âBerarti Ibunya Mas masih ada?ââSudah meninggal, Dik. Hanya tinggal adik Ibu yang sekandung. Itu yang tingg
âMasuk, Bu?â Ibu mertuaku sekarang kalau salamnya belum dijawab yang empunya rumah tidak akan masuk. Itu terjadi setelah pulang umroh.Ibu gontai menuju di mana Mas Danu dan Mamah Atik duduk.âAda apa, Bu?â Mas Danu menyambut ibu dan mengajaknya duduk. Belum apa-apa ibu sudah menangis.âBiarkan ibumu nangis dulu, Dan,â ucap Mamah Atik.Aku segera membuatkan teh hangat untuk ibu.âMinum dulu tehnya, sudah dibuatkan itu sama Ita.â Ibu menyeruput teh yang kubuat berkali-kali hingga hampir tandas.âDan, Mbakmu enggak pulang semalaman. Ibu khawatir sekali,â ucap ibu.âAstaghfirullah ... ke mana si Asih. Kemarin memang dari sini. Katanya mau kerja,â sahut Mamah Atik.âBenar itu, Dik?ââIya, Mas. Kemarin pagi Mbak Asih ke sini minta uang sama minta make-up setelah itu pamit pergi kerja,â jawabku jujur.âApa Ibu sudah telepon?ââSudah puluhan kali Ibu telepon, nyambung , tapi tidak dijawab.ââKok, aneh. Apa jangan-jangan telepon Mbak Asih hilang.ââKalau hilang dan ketemu orang lain sudah pa
âMainan sama Kia. Anakmu ini cantik dan pintar sekali ya, Dan. Aku jadi pingin punya anak,â jawab Mbak Asih seolah-olah dia tidak sedang sakit.âAlhamdulillah iya, Mbak.â Mas Danu memangku Kia. Aku ikut duduk di lantai bersama mereka.âMbak Asih kemarin ke mana sih, katanya kerja kok, enggak pulang?â tanyaku hati-hati. Mbak Asih hanya menggeleng saja.âMbak Asih, Ita itu mau ngajak shopping beli baju baru. Eh, malahan Mbak Asih enggak pulang-pulang,â kata Mas Danu lagi.âHarusnya kamu telepon dulu, Ta. Jangan main asal tunggu. Kalau kamu kasih tahu mau ngajakin aku shopping pasti aku enggak mau janjian sama Mas Roni,â jawab Mbak Asih sambil menoyor kepalaku.âOh, jadi Mbak Asih pergi shopping sama Mas Roni?â tanyaku.âBukan shopping sih, tapi bulan madu. Kami tidur di hotel.â Mendengar pengakuan Mbak Asih Mas Danu sangat marah. Aku pun kaget. Kalau sudah ngomongin hotel sudah pasti ada bumbu-bumbu di dalamnya.âMbak, harusnya jangan mau diajak Mas Roni kalau enggak shopping. Enak shop
*Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong! (Tere Liye)*Assalamualaikum semuaaaaaaa senang sekali Danu kembali hadir. Semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Bantu follow, yuk!đ¸đ¸đ¸ âMaaf siapa, ya?âBukannya menjawab pertanyaanku justru perempuan ini nyelonong masuk begitu saja lalu duduk manis di sofa.âEh, siapa kamu! Datang-datang enggak sopan!â bentak Mamah Atik.âPerkenalkan aku Evi, adik Mas Danu,â ucapnya bangga.Aku dan Mamah Atik saling berpandangan. Mamah Atik seolah menanyakan apa benar. Aku hanya menggeleng tidak tahu.âSalah alamat kali. Kan, banyak âtu yang namanya Danu,â ujar Mamah Atik lagi.âEnggak, dong! Nih, lihat!â Wanita yang bernama Evi ini memperlihatkan foto Mas Danu. Dari mana dia dapat foto terbaru Mas Danu. Itu foto diambil dua hari yang lalu saat kami jalan-jalan ke air terjun. Itu foto bersamaku bisa-bisanya fotonya dicrop begitu saja.âIya, benar ini Danu anakku, dan ini Ita istri Danu,â ucap Mamah Atik. Wanita yang b
âTerserah Mbak aja mau bilang apa,â sungutku.âEh, Ta. Aku cuma mau kasih tahu, ini Ibu lagi sakit, tadi pas ambil wudu untuk salat Zuhur terpeleset dan jatuh. Kami sudah bawa ke klinik. Ibu sekarang di rawat. Kamu ke sini, ya? Eh, jangan lupa bawa uang kami tidak ada duit untuk bayar biaya rawat Ibu.â Sebenarnya aku sangat syok dan juga sedih mendengar kabar ini, tapi karena yang memberi tahu adalah Mbak Susi aku jadi kesal padanya.âIâya, Mbak. Insya Allah aku ke sana.ââJangan pakai insya Allah, Ta! Kamu harus segera ke sini!ââIya, Mbak. Insya Allah.ââKamu itu insya Allah terus. Aku ti ....â Tuuutt! Kumatikan telepon. Percuma saja ngasih tahu Mbak Susi.Ponsel kembali berdering. Tapi, tidak kujawab. Biarkan saja. Mbak Susi itu bisanya ngajak ribut saja.âSiapa, Ta. Kok kayaknya kamu kesal gitu?ââMbak Susi, Mah. Ngasih tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Jatuh di kamar mandi,â jawabku sedih.âInnalillahi waâinnailaihirojiâun. Terus gimana kondisi ibumu, Ta?ââAku enggak tanya sama