Share

BAB 9

Penulis: Cistykeyla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-18 20:49:32

"Van, aku mau bicara!" kata sosok itu ketika sudah lebih dekat dengan mereka.

Rara menggigit bibirnya dalam, dia menatap Revan dan sosok wanita itu bergantian. Rara lalu melepaskan tangannya dari tangan Revan, membuat Revan menoleh.

"Aku tunggu disana, Van." kata Rara lalu segera masuk ke restoran tanpa menunggu jawaban suaminya.

Revan sedikit keberatan, dia hendak mengejar Rara namun wanita didepannya menghandang. Matanya melotot.

"Kamu mau apa sih, ganggu banget jadi cewek!" kata Revan kesal.

"Kamu berhutang penjelasan sama aku, Van!" kata wanita itu.

Revan menarik nafasnya panjang. Kesal.

"Dengar ya, Dinda. Dari awal kamu ngejar aku, aku sudah bilang gak akan menjanjikan hubungan apa-apa sama kamu."

"Kita cuma one night stand, gak lebih!."

"Aku juga gak pernah maksa kamu. Jadi aku gak berhutang apa-apa sama kamu!." kata Revan dengan suara rendah tapi penuh penekanan. Wajahnya marah dan serius.

"Tapi aku mencintai kamu, Van." kata Dinda sedih, air matanya berlinang.

Revan melihat orang-orang disekeliling mulai menatap heran kepadanya dan Dinda.

"Ikut aku!" kata Revan sambil berlalu, Dinda segera mengejar langkah kaki Revan yang panjang.

"Kamu sudah tahu bagaimana track record aku, Din. Waktu pertama kita bertemu pun, aku sudah mengatakannya. Aku tidak bisa mencintai kamu!." kata Revan ketika mereka sudah berpindah ke tempat yang lebih sepi.

"Apa aku sama sekali tidak penting buatmu, Van. Bagaimana pun kita pernah..."

"Stop...jangan jadikan itu alasan!."

"Kamu tahu aku tidak pernah bermain perasaan dengan wanita manapun!." kata Revan memotong kalimat Dinda.

Dinda menatap tajam ke arah Revan.

"Lalu wanita itu, dia istrimu kan?" tanya Dinda tak suka.

"Dia berbeda, aku sudah mencintai dia sejak dulu." kata Revan tanpa memandang wanita didepannya.

Dinda terisak lagi, ucapan Revan mematahkan hatinya.

Dinda menatap Revan dalam, tapi Revan sama sekali tak mau menatapnya. Revan tidak meminta maaf karena dia merasa tidak bersalah. Hubungan mereka hanya terjalin sekali, itupun karena dasar suka sama suka. Revan tidak pernah memaksa ataupun menjanjikan sesuatu pada wanita itu. Revan bahkan sudah berterus terang jika hubungan mereka hanya untuk 'having fun'.

"Kamu gak akan hidup tenang Van, bukan hanya aku, tapi wanita-wanita lain yang pernah bersamamu akan terus datang menghantui kamu!" kata Dinda dingin.

Dinda kemudian pergi dan berlalu dari hadapan Revan.

Sepeninggal Dinda, Revan segera pergi mencari Rara di dalam restoran. Revan melihat ke meja dimana Rara tadi duduk, tetapi tak menemukannya disana.

Revan melihat sekeliling, tapi tak melihat sosok istrinya. Revan bertanya pada pelayan, tapi pelayan juga tak tahu.

Revan akhirnya mengambil ponselnya dan menelpon Rara, tapi hingga panggilan ketiga istrinya itu tak juga menjawabnya.

Revan menyugar rambutnya, dia hendak pergi mencari Rara disekitar restoran, namun Revan menghentikan langkahnya, tidak jadi keluar dari restoran, ketika menangkap bayangan Rara keluar dari kamar mandi.

Revan menepuk keningnya, dia tidak kepikiran jika Rara ada dikamar mandi.

Rara yang melihatnya dari jauh merasa heran karena wajah Revan yang tampak panik.

"Kamu kenapa, Van?" tanya Rara sambil duduk.

"Ya ampun, sayang. Aku cari kamu kemana-mana." kata Revan sambil ikut duduk.

Rara hanya diam saja, dia malah membolak-balik buku menu didepannya.

"Pacar kamu sudah pergi?" tanya Rara tetap menunduk.

"Bukan pacar, sayang." jawab Revan.

"Mantan pacar?" tanya Rara ketus.

Revan mengelus-elus dadanya, sabar...sabar...batinnya.

"Kamu cemburu, ya?" Revan bermaksud menggoda istrinya.

"Kenapa, ga boleh?" Mata Rara menatap tajam pada Revan seperti pisau. Revan meringis.

"Banyak betul sih, Van, cewek-cewek kamu." Rara mendengus.

"Tiap kita melangkah kayaknya ada aja cewek yang kenal sama kamu." kata Rara kesal. Dia menghitung wanita tadi adalah wanita ketiga yang mereka temui saat keluar bersama.

Revan tertegun, Rara benar, di Bandung saja mereka sudah bertemu dua orang mantan Revan dan seorang pengagumnya, bagaimana nanti jika di Jakarta ya, batin Revan.

"Hmmmm...maafin aku ya, Ra" kata Revan sambil meraih tangan istrinya. Revan jadi berpikir, apa lebih baik dia jujur ya pada Rara.

Rara melihat pada Revan. Rara tahu Revan mencintainya, itu sangat terlihat di manik matanya.

Hanya saja, sejak pertunangannya yang kandas, Rara menjadi trauma, dia memiliki krisis kepercayaan terhadap suatu hubungan, terlebih dia merasa takut akan ditinggalkan lagi.

"Memangnya yang tadi itu siapa?" tanya Rara, suaranya sudah terdengar biasa.

Revan terdiam sejenak, berpikir bagaimana dia menjelaskan tentang Dinda pada Rara.

"Sayang, nanti dirumah aja kita bahas hal ini ya."

"Sekarang kita makan dan jalan-jalan ya." kata Revan sambil meremas jemari Rara. Berharap istrinya itu tidak menolak.

Rara menatap mata Revan lekat. Dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi barusan. siapa sebenarnya wanita itu, dan apa hubungannya dengam suaminya itu.

"Oke, tapi kamu harus jelasin sama aku!."

"Semuanya!." kata Rara tajam.

Bab terkait

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 10

    "Van, ayo kita ngobrol!." kata Rara ketika melihat Revan yang baru saja keluar dari kamar mandi.Revan tertegun, ternyata Rara masih mengingat janjinya siang tadi."Baiklah, aku ganti baju dulu ya." kata Revan sambil membuka lemari dan mengambil piyama tidurnya.Rara duduk ditepian ranjang menunggu suaminya berganti pakaian. Rara sudah mulai terbiasa melihat tubuh polos suaminya.Revan terdiam sesaat sebelum menghampiri Rara. Sebenarnya ada perasaan takut terselip dihatinya, Revan takut Rara tidak bisa menerima masa lalunya dan membuat pernikahan mereka yang baru seumur jagung menjadi berantakan."Ra, aku sudah cerita kan kalo aku jatuh cinta padamu sejak dulu." kata Revan setelah duduk disebelah istrinya.Rara mengangguk, dibiarkannya Revan menggenggam jemari tangannya."Dan, saat aku tahu kalau kamu bertunangan, aku patah hati." Revan terdiam sejenak sebelum melanjutkan ceritanya."Aku mulai suka mabuk-mabukan.""Aku sering menghabiskan waktu di club. Aku jadi suka kehidupan malam."

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 11

    "Rara..." Revan terkejut saat melihat istrinya sudah bangun dan sedang duduk ditepian ranjang."Sudah bangun?." Revan berusaha tenang dan tersenyum padahal hatinya cemas, apakah Rara tadi mendengarnya sedang menerima telpon didalam kamar mandi.Rara membalas senyum Revan dan memandangnya, terlihat sekali jika laki-laki sedang memperhatikan mimik wajahnya. Mungkin dia sedang mencari kecurigaan dimata Rara."Hmm...Aku baru saja bangun." jawab Rara pendek."Kamu tadi kemana?." tanyanya, berharap suaminya itu jujur."Aku kekamar mandi, buang air kecil." jawab Revan sambil membelai rambut Rara yang hitam berkilau."Ohhhh..." ada sedikit rasa kecewa di hati Rara, dan Revan melihatnya dari cara Rara menatapnya."Hmmm...tadi sekretarisku telpon, tiket pesawat dan hotel untuk bulan madu kita sudah siap. Siang besok kita bisa berangkat." kata Revan yang akhirnya memilih bercerita dia juga mengangkat telpon."Sekretaris kamu?." tanya Rara. Revan mengangguk.Rara ingin bertanya siapa namanya, nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 12

    "Apa kau juga termasuk yang mengincar suamiku?." tanya Rara sengaja, membuat senyum Ines memudar dan menatap tajam ke arahnya.Kedua wanita itu saling menatap dingin, membuat Revan menjadi salah tingkah."Hmmm...sayang ayo kita pergi." ajak Revan pada istrinya. Namun Rara masih enggan beranjak.Rara melihat Ines yang melangkah mendekatinya, wanita itu tersenyum sinis dan berbisik didekat telinganya."Suamimu itu, pernah menghabiskan malam panas denganku.""Dia sangat hebat diranjang, hmmm aku sangat menikmati permainannya." kata Ines sedikit mendesah mencoba mempengaruhi Rara."Apa dia pernah bercerita?." tanya Ines sambil tertawa.Tangan Rara mengepal, dia sudah mengira bahwa wanita seperti Ines pasti akan mengatakan hal seperti itu.Ines sedikit menjauh dari tubuh Rara setelah berbisik. Dia menatap puas pada wajah Rara. Dia berharap Rara marah dan mempermalukan dirinya sendiri.Namun Rara justru tersenyum menatap Ines, membuat wanita itu heran. Rara lalu mendekati Ines dan berbisik

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 13

    Rara mendengar suara seseorang memencet kode keamanan pada pintu apartemen, tak lama pintu pun terbuka dan Revan terlihat masuk."Sayang, kamu belum tidur?." Revan menatap Rara yang masih duduk di sofa sambil menonton tivi."Hmmm...aku belum bisa tidur." jawab Rara sambil berdiri dan menghampiri Revan. Diambilnya tas kerja Revan dari tangannya."Apa kamu sengaja menungguku?" tanya Revan dengan berbinar, dikecupnya pipi Rara dengan mesra. Rara hanya tersenyum samar, tapi tak menolak ciuman Revan dipipinya."Kamu sudah makan?" tanya Rara mengalihkan perhatian."Belum? Kamu?"Rara menggeleng, dilepasnya dasi Revan dari kerah kemejanya."Kamu mandi aja dulu, aku panasin makanan." kata Rara sambil berlalu, dia hendak menyimpan tas kerja Revan juga dasinya.Revan terdiam, merasakan sesuatu yang berbeda dari istrinya. Rara terlihat agak murung malam ini."Sayang, apa terjadi sesuatu?" tanya Revan sambil menyusul langkah Rara.Rara berhenti, ditatapnya Revan dengan sorot mata datar."Kamu man

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 14

    "Sya, ini istri saya, Kinara." kata Revan memperkenalkan Rara. Rara tertegun mendengar Revan menyebut nama sekretarisnya.Marsya tersenyum, matanya bergantian menatap Rara dan Revan."Selamat pagi, bu Kinara, saya Marsya sekretaris pak Revan." kata Marsya sambil mengulurkan tangan. Kinara menyambutnya."Selamat pagi." Rara mengulum senyumnya yang paling cantik. Rara menatap lekat manik mata wanita itu, dan menangkap kegelisahan disana.Marsya melepas tangannya dengan salah tingkah. Beberapa kali Rara melihat wanita itu mencuri pandang ke arah suaminya."Saya haus, boleh saya minta air?" pinta Rara. Marsya terkejut lalu memandang Revan."Bawakan istri saya jus jeruk dan air mineral ya, juga camilan. Biar istri saya gak bosen nemenin saya di kantor." kata Revan sambil menatap Marsya. Rara memperhatikan interaksi mereka. Dari sudut Revan, Rara melihat suaminya bersikap biasa saja. Namun dari sudut Marsya, Rara melihat wanita itu sedikit keberatan."Ba...baik, Pak." terdengar suara gugup

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 15

    "Van, kamar sebelah aku pake buat kerja ya?,""Barang-barangku besok datang, tadi ekspedisi yang kirim telpon." kata Rara sambil mengoleskan lotion ditangannya."Perlu kita renovasi gak kamar sebelah?." tanya Revan."Gak usah. Gitu aja.""Aku cuma bawa dikit, yang penting-penting aja. Nanti lukisanku yang udah ready, langsung aku taruh di galeri." kata Rara.Revan memeluk tubuh Rara dari belakang ketika dilihatnya Rara sudah selesai mengoles lotion di tubuhnya. Rara meletakkan botol lotionnya diatas meja."Sayang, kamu kalo lagi dapet tanggal berapa?." tanya Revan sambil mengendus leher dan pipi Rara.Rara merasa geli dengan tingkah suaminya."Hmmm, kalo tanggalnya suka maju sih, Van. Kenapa?" tanya Rara."Kamu catetin gak?." tanya Revan."Catet sih, di aplikasi hape aku." jawab Rara sambil meraih ponselnya yang ada di ranjang.Rara lalu membuka aplikasi khusus wanita yang gunanya untuk mencatat periode bulanannya.Rara terhenyak. Kalau berdasarkan aplikasi itu seharusnya kemarin dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 16

    Revan membuka pintu apartemennya dengan sedikit kesusahan, karena kedua tangannya penuh dengan barang belanjaan."Van, beli apa aja, banyak banget!." tanya Rara terkejut melihat Revan membawa beberapa tas belanja.Revan menaruh barang belanjaannya di sofa, dia menyempatkan mencium pipi Rara.Ini test pack dan susu hamil, yang ini camilan buat kamu." kata Revan bangga.Rara mengernyitkan keningnya, dia membuka tas belajaan dari apotek yang tampak penuh. Matanya membola saat melihat dua kotak susu ibu hamil dan segambreng alat tes kehamilan."Ya ampun, Revan!. Banyak banget belinya!." kata Rara sambil melihat gemas pada suaminya."Gak papa sayang, aku tadi bingung mau pilih yang mana!." jawab Revan sambil meringis.Rara geleng-geleng mendengar jawaban Revan."Terus ini susu buat apa?." tanya Rara sambil menatap suaminya."Biar langsung bisa minum begitu besok positif hehee..."Revan mendekat dan berlutut sehingga wajahnya ada didepan perut Rara."Papa yakin dedek sudah ada disini." kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 17

    Hari sudah berajak malam, seharusnya Revan ada meeting sore tadi. Namun, karena ada sedikit masalah, maka Revan dan kliennya sepakat menunda meeting mereka.Revan mengetuk-ngetukkan pulpennya ke meja, dia tampak sedang berpikir. Revan sebenarnya ingin pulang, namun mengingat pembicaraannya dengan Marsya pagi tadi, Revan tampaknya harus menerima syarat dari wanita itu.Revan tahu Marsya tidak akan menyerah, wanita itu pasti akan terus menganggunya. Revan tidak mencemaskan dirinya sendiri, tapi dia mencemaskan Rara. Revan tidak ingin istrinya itu tahu bahwa pernah terjadi sesuatu antara Revan dan mantan sekretarisnya itu."Sepertinya lebih baik aku kesana!.""Aku harus selesaikan semuanya malam ini juga!." Revan lalu bangkit berdiri, mengambil jasnya dan segera pergi ke apartemen Marsya.Ting...tong...Revan memencet bel apartemen Marsya. Apartemen ini adalah pemberian Revan untuk wanita itu.Pintu apartemen terbuka, Revan melihat Marsya berdiri dibalik pintu, wanita itu tersenyum padany

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30

Bab terbaru

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 27

    "Sepertinya wanita ini putus asa, Bastian. Hingga dia memerlukan pertolonganmu untuk menghamilinya!.""Dan dia melakukannya agar bisa menekanku untuk bertanggung jawab padanya!." Revan melihat Bastian yang tengah menatap tajam pada Marsya. Rahang laki-laki itu mengeras karena marah pada wanita didepannya."Apa itu benar, Sya!. Kamu memperalatku?." tanya Bastian, sedangkan Marsya menggeleng lemah."Katakan, Sya!. Apa benar Bastian adalah ayah bayimu?." tantang Revan."Bukankah kamu tidak ingin hamil dan melahirkan tanpa seorang suami?.""Aku tidak mungkin bertanggung jawab, karena aku tidak menghamilimu!.""Jadi, sekarang Bastian adalah satu-satunya kesempatanmu, Sya!.""Ayah kandung anakmu ada didepanmu, apa kamu tidak mau menyuruhnya bertanggung jawab?." Sindir Revan.Marsya terdiam, air matanya masih mengalir membasahi pipinya. Dia tidak menyangka kalau jebakannya pada Revan tidak berhasil. Dia tidak pernah tahu kalau laki-laki itu memutus jalur spe*manya."Bas...aku..." Marsya tida

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 26

    "Lepas, Van!. Sakitt!." Marsya menarik tangan Revan yang tengah mencengkram rahangnya.Revan melepaskan wajah Marsya dengan kasar membuat wanita itu terhuyung dan nyaris terjatuh."Revan!. Kau bisa mencelakai anak kita!." protes Marsya dengan suara yang sedikit keras. Dia berani membentak Revan karena percaya diri kalau anak yang tengah dikandungnya adalah milik Revan."Anakku?. Benarkah?." ejek Revan sambil memindai Marsya dari atas sampai bawah."Marsya...Marsya...aku tidak percaya ternyata aku membesarkan ular selama ini!." kata Revan sambil mengambil minuman dari meja bar dan meneguknya.Marsya yang mendengar ejekan Revan hanya mengernyitkan keningnya."Kupikir selama ini kamu adalah wanita yang polos, Sya!. Dan aku sangat merasa bersalah karenanya!.""Bersalah karena sudah meniduri wanita polos dan lugu sepertimu..." Revan duduk di meja bar sambil menggoyang gelasnya, matanya memperhatikan Marsya yang masih berdiri ditempatnya."Ternyata aku salah, kamu ternyata adalah seorang pe

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 25

    Rara akhirnya sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan catatan dia harus beristirahat total di rumah.Sepulang dari rumah sakit, Revan segera membawa Rara ke rumah baru mereka yang terletak di kawasan perumahan elit tengah kota."Van, aku bisa jalan sendiri!." protes Rara ketika Revan menggendongnya saat turun dari mobil."Dokter bilang kamu gak boleh banyak bergerak dulu, sayang!.""Itu artinya kamu harus digendong!." kata Revan lembut.Rara mencebikkan bibirnya, mau tak mau dia mengalungkan tangannya ke leher suaminya."Bawa barang-barang kami ke atas ya, bik!." kata Revan pada wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga."Baik, den!." jawabnya.Revan lalu membawa Rara ke lantai atas, ke kamar mereka. Rara memperhatikan sekeliling rumah itu, namun tidak semuanya bisa dia lihat."Sekarang istirahat dulu ya, besok aku akan membawamu melihat-lihat rumah kita!." kata Revan lembut ketika memperhatikan Rara mengedarkan pandangannya.Rara hanya terdiam, dia tidak menjawab u

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 24

    "Aku mendengar kamu tidak jadi menikah. Dan itu kabar baik buatku."Rara melihat mata Revan yang menatapnya lebih dalam, seolah sedang menyelami perasaan Rara."Aku tergila-gila padamu, Ra!. Perasaanku tidak pernah bisa hilang sejak kita masih kecil!.""Jadi, ketika kamu putus dengan tunanganmu, aku berusaha mencari cara untuk mendekatimu!.""Aku mulai meninggalkan semua kehidupan malamku, termasuk Marsya.""Aku berhenti ke club, aku berhenti mencari wanita-wanita diluar sana, dan aku berhenti menemui Marsya.""Kami hanya bertemu di kantor!."Rara berusaha merangkai penjelasan Revan. Itu artinya sudah cukup lama Revan dan Marsya tidak bertemu."Kapan terakhir kali kamu menemui Marsya secara pribadi?. Apakah di apartemennya?." tanya Rara karna mengingat jas Revan yang tertinggal disana.Suami Rara itu terlihat menghembuskan nafas panjang."Sebulan sebelum aku bertemu denganmu, itu terakhir kali aku menemuinya di apartemennya." jawab Revan."Tapi kami hanya bicara, kami tidak melakukan

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 23

    "Marsya mengaku dia hamil anak Revan,." kata Revan membuat kedua orang tuanya terkejut."Revan yakin, Marsya menyuruh ibunya untuk meneror Rara. Wanita itu sengaja mendatangi Rara dan mengatakan kehamilan anaknya!." kata Revan terlihat marah."Revan, tunggu...apa maksud kamu?. Sekretaris kamu hamil, apa itu anakmu?." tanya papanya tak percaya."Enggak pa, itu bukan anak Revan!." sanggah Revan cepat."Kamu yakin?." tanya papanya lagi. Tentu saja dia ikut merasa cemas.Mama Revan tampak sedih dan meneteskan air mata. Dia bisa membayangkan bagaimana perasaan Rara."Revan yakin, Pa. Revan bahkan menantang Marsya untuk tes DNa, tapi dia tidak mau.""Dia ingin Revan menikahi dia, setelah dia melahirkan baru dia bersedia tes DNa...""Tapi, Revan yakin kalau itu hanya akal-akalan Marsya saja, Pa!.""Dia mau menjebak Revan." kata Revan panjang lebar.Papa Revan membetulkan letak kacamatanya. Dengan bijaksana dia bertanya pada Revan."Jika dia anak kamu, bagaimana?.""Kamu berani bertindak, kam

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 22

    Revan memarkir mobilnya dengan sembarangan ketika sudah sampai didepan rumah sakit, dia bahkan meninggalkan mobilnya masih lengkap dengan kuncinya. Dia langsung turun dan segera berlari kedalam rumah sakit, meninggalkan mobilnya dengan pintu yang terbuka."Dimana pasien atas nama Kinara Larasati?." tanya Revan dengan terburu-buru, nafasnya memburu karena dia berlari sejak tadi."Nyonya Kinara ada di ruang observasi ibu hamil, disebelah sana!." petugas front office memberikan arah pada Revan. Revan segera berlari, jantungnya berdegup sangat kencang, ada ketakutan menyergapnya.Seseorang menelpon Revan ketika dia sedang meeting, mengabarkan bahwa Rara terjatuh di supermarket dan sedang dibawa oleh ambulance ke rumah sakit. Revan seketika menghentikan rapatnya dan menuju ke rumah sakit.Ruang Observasi Ibu Hamil. Revan membaca papan petunjuk didepan pintu, Revan segera masuk dan melihat seorang perawat."Pasien atas nama Kinara Larasati, apakah istri saya ada disini?." tanyanya dengan ce

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 21

    Hari ini adalah jadwal Rara untuk kembali berkunjung ke dokter guna memeriksakan kehamilannya. Revan sudah sangat tidak sabar, sejak pagi suami Rara itu terus menerus menelpon Rara mengatakan akan menjemput Rara dan mengingatkan Rara bahwa mereka akan ke dokter."Ya ampun, Van!. Kamu udah berapa kali telpon hari ini?.""Aku ingat sayang, kita akan pergi ke dokter buat lihat junior!." kata Rara gemas."Sekarang masih jam tiga, Van. Dokternya nanti jam tujuh malam.""Apa, mau pulang sekarang?."Rara hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Tapi hatinya juga merasa sangat bahagia, karena Revan begitu senang dan bersemangat menyambut kehamilan Rara."Sayang, papa kamu sangat sayang sekali loh sama kamu.""Dia gak sabar pingin lihat kamu, nanti kamu kasih lihat papa kalau kamu udah tambah besar diperut mama ya!.""Biar papa seneng, oke!." kata Rara lembut sambil mengusap perutnya yang masih rata. Rara tersenyum.Tak lama, Revan benar-benar datang seperti yang dia katakan ketika

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 20

    Rara melihat Revan yang sudah selesai mandi, dia segera menghampiri dan memberikan piyama tidur untuk suaminya itu."Makasih, sayang!." kata Revan sambil tersenyum."Makanannya udah aku hangatin, makan yuk!." ajak Rara. Perutnya juga terasa sudah mulai lapar sekarang. Sejak hamil, Rara memang merasa jadi mudah sekali lapar.Revan mengganguk dan segera berganti pakaian. Revan kemudian memeluk istrinya hanga dan mencium keningnya. Mereka lalu bergandengan tangan keluar dari kamar menuju ke meja makan.Rara melayani suaminya dengan baik, dia mengambilkan nasi dan lauk pauk, juga menuang air putih dalam gelas.Revan sangat bahagia melihat kebersamaannya dengan Rara. Rara adalah wanita impiannya, dan sekarang mereka sudah menikah, bahkan akan segera memiliki anak, membuat Revan tak menginginkan apa-apa lagi dalam kehidupannya. Bagi Revan hidupnya kini sudah lengkap dan sempurna!."Makasih, sayang!." kata Revan. Mereka lalu menikmati makanan mereka dengan tenang sambil mengobrol ringan."Sa

  • WANITA-WANITA MASA LALU SUAMIKU   BAB 19

    "Apa saya boleh masuk?." tanya Marsya sambil menatap lekat Rara.Rara tidak serta merta menginjinkan permintaan sekretaris Revan itu untuk masuk, karena dia melihat ada maksud terselubung dari kedatangan wanita itu."Tidak perlu, karena saya rasa kamu tidak berkepentingan untuk masuk ke dalam apartemen kami!." tolak Rara."Bos kamu, suami saya, sedang ada di kantor, jadi kalau kamu mencarinya harusnya disana!. Bukan kesini!." ketus Rara. Dia merasa tidak perlu berbicara dengan baik pada wanita seperti Marsya.Marsya terlihat menekan emosinya. Tangannya yang sedang memegang sebuah paper bag tampak mencengkram lebih erat."Saya sudah tidak bekerja dikantor pak Revan!." kata Marsya yang seketika membuat Rara terkejut, tapi dia segera bersikap sewajar mungkin."Karena itu saya tidak mencarinya dikantor!." lanjut wanita itu."Kebetulan saya tahu pasword apartemen ini karena saya sering kesini.""jadi ya saya datang kesini!." Rara menghela nafasnya, dia tahu wanita didepannya ini sedang in

DMCA.com Protection Status