VenusSuruh orang-orang Papa menangkap Hanni.Wanita itu gila!Dia tidak waras!Venus memang sudah menikahinya, tapi Venus sama sekali tidak menyukai Hanni. Wanita itu sudah menipu dan menjebak Venus hingga membuat Venus berpikir bahwa Venus mengidap HIV.Dibantu Om Robert, Hanni memanipulasi hasil pemeriksaan kesehatan Venus menjadi Positif HIV, padahal Venus sehat, Pah. Venus tidak apa-apa.Pokoknya, jangan lepaskan Hanni, dan jangan biarkan dia kembali ke Indonesia!Kalau perlu, habisi saja nyawanya, dari pada dia mengacaukan hidup Venus lagi!Adhiguna baru saja membaca pesan balasan dari Venus saat itu.Kening lelaki itu berkerut samar, saat nama Robert disebut Venus dalam pesannya balasan tersebut.Melongok ke arah ruang rawat Liliana, dilihatnya sang istri masih dalam penanganan pihak medis setelah Liliana sempat tak sadarkan diri sejak beberapa menit tadi.Hingga setelahnya, Adhiguna pun menelepon salah satu anak buahnya dan memerintahkan mereka untuk memperketat penjagaan terha
"Apa sebenarnya hubungan Robert dengan Hanni?" Tanya Adhiguna, begitu mendapati nomor Venus menghubunginya.Saat itu, Adhiguna baru saja selesai menemani Liliana hingga sang istri tertidur, sementara Venus baru saja terbangun dari tidurnya di pagi hari dan mendapati Suci yang masih pulas tertidur di tempat tidur, tepat di sisinya.Tak ingin mengganggu tidur sang istri, Venus pun memutuskan mengobrol di halaman belakang kediaman Diningrat dengan sang papa."Venus sendiri tidak tahu, Pa. Orang-orang Venus masih menyelidikinya sekarang. Nanti kalau, memang sudah mendapat informasi lebih lanjut, Venus akan beritahu Papa," jawab Venus apa adanya."Apa selama mengenal Hanni, kamu pun menjalin hubungan dekat dengan Ayah angkat Hanni, Venus?" tanya Adhiguna selanjutnya."Tidak, Pa. Om Radit sepertinya tidak menyukai Venus, karena selama ini, dia justru melarang Hanni berhubungan dengan Venus," lagi, Venus menjawab sesuai dengan apa yang memang terjadi, tanpa adanya kebohongan sedikit pun."Bag
Saat itu, Mars pergi mengantar lelaki paruh baya yang mengaku bernama Aksa untuk menemui kedua orang tua Kinong.Kamini dan Arman, adalah sepasang suami istri yang diketahui Mars merupakan orang tua Kinong selama ini.Keduanya tidak pernah terlihat bekerja keluar, tapi anehnya, kekayaan mereka seolah tak ada habisnya.Beruntung memang menjadi Kinong yang hanya menjadi anak satu-satunya dalam keluarga di mana kedua orang tuanya kaya raya.Usai mengantarkan Aksa hingga bertemu dengan kedua orang tua Kinong, Mars pun pamit undur diri untuk kembali menjaga warnet.Masih dengan tatapannya yang super lekat ke arah punggung Mars yang perlahan menjauh, Aksa seketika membuka percakapannya dengan kedua orang tua Kinong, "itu bener anaknya Sandi dan Ayu?"Saat itu, Kamini baru saja mempersilahkan Aksa duduk. Wanita paruh baya berkerudung hijau itu lantas memanggil asisten rumah tangganya untuk membuatkan minuman."Iya, itu Mars, anaknya Sandi yang pertama, anak keduanya cewek, namanya Hita, masih
"Makan dulu buburnya ya, nanti baru minum obat," ucap Venus saat Bi Lia baru saja mengantar sarapan ke kamar sang majikan."Kamu nggak ke kantor, Mas?" tanya Suci dengan suara yang dibuat lemah."Oh, ya nanti aku berangkat agak siangan aja. Tadi udah telepon asistenku, kok, " jawab Venus."Yaudah, kamu mandi aja sana, aku bisa makan sendiri," Suci meraba ke arah nampan di tempat tidur dan hendak meraih mangkuk buburnya, tapi Venus langsung menahan."Aku aja yang suapin, nanti selesai kamu makan terus minum obat, baru aku mandi."Tak memiliki pilihan, akhirnya Suci pun terpaksa menuruti perintah Venus.Pagi itu Suci hanya makan tiga suap bubur dan langsung meminum obat dari dokter kandungannya.Namun, saat Venus berada di kamar mandi, Suci kembali meraih mangkok bubur di nakas dan menghabisinya dengan cepat, setelah itu dia memencet tombol di dekat nakas yang berfungsi untuk memanggil asisten rumah tangganya ke kamar.Tak lama Bi Lia datang dan Suci langsung meminta Bi Lia membawa mangk
"Permisi, Non Suci? Di bawah ada Pak Frans datang, ingin bertemu dengan Non."Begitu mengetahui bahwa saat itu Frans tidak datang sendirian melainkan membawa beberapa polisi yang jelas membuat Adhiguna merasa terancam, maka Adhiguna pun membisikkan sesuatu pada Suci agar menjawab ucapan Bi Lia sesuai dengan apa yang dia instruksikan."Bi, tolong suruh Om Frans naik ke atas sebentar ya, Suci mau bicara," teriak Suci yang tak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah Adhiguna, karena saat ini dirinya sudah dalam keadaan terancam senjata tajam."Oh, baik, Non," jawab Bi Lia yang jelas merasa khawatir dengan keadaan Suci di dalam sana. Bi Lia tahu bahwa Adhiguna kini ada di dalam kamar Suci karena dia yang melihat sendiri saat lelaki tua itu masuk ke sana beberapa menit tadi. Dan semua percakapan yang terjadi di dalam sana antara Suci dan Adhiguna pun, Bi Lia mendengar semua.Itulah sebabnya, saat mengetahui Frans datang, Bi Lia sangat senang, terlebih saat dilihatnya Frans datang ber
"Om Adhi sudah membunuh kedua orang tuaku, Tante Lili! Dia juga sudah membohongi Tante Lili selama ini karena kenyataannya, Venus itu bukanlah anak Tante, melainkan anak orang lain, Arh..."Suci belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Adhiguna tiba-tiba kembali menampar pipinya yang sudah lebam.Suci berteriak kesakitan.Belum reda rasa nyeri akibat tamparan Adhiguna sebelumnya, kini dia harus mendapatkan kembali pukulan di tempat yang sama, yaitu pipi kirinya.Meringis dengan wajah penuh amarah, Suci muak dengan sandiwara yang sudah dia lakoni sejauh ini, hingga akhirnya, sebuah rencana pun tersusun dengan baik di dalam pikirannya saat sepasang netranya menangkap sesuatu yang bisa dia jadikan sebagai alat pertahanan diri."Lili, jangan dengarkan Suci, dia berbohong Lili, dia hanya ingin mengadu domba kita," teriak Adhiguna yang jadi semakin kalut.Venus di luar terus menggedor pintu karena terlalu khawatir dengan keadaan Suci setelah mendengar teriakan Suci tadi."Pah, buka pintu
Flashback On...Bel pintu apartemen mewah bernomor 28 itu terus berbunyi, padahal saat itu hari sudah lewat tengah malam, terlebih di luar tengah turun hujan yang sangat deras.Seorang lelaki tampak menggeliat di balik selimut tebal yang membungkus tubuh sixpacknya.Mengucek mata dan mengintip ke arah jam dinding, mendapati waktu yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari.Siapa yang bertamu malam-malam begini?Pikir Frans membatin.Menyibak selimut, Frans meraih jubah tidurnya dan berjalan menuju pintu. Sesekali dia menguap masih dengan rasa kantuk yang menguasai.Akan tetapi, semua rasa kantuk itu seketika hilang begitu dirinya mendapati sosok seorang wanita yang jelas-jelas begitu dia kenal tengah berdiri di depan pintu apartemennya.Furi?Pekik Frans tak percaya hingga dengan cepat membukakan pintu untuk sang tamu.Belum selesai keterkejutan Frans akan kehadiran Furi malam-malam begini, Frans kini justru kembali dibuat kaget karena Furi yang lantas menangis terisak dan menghambu
Sebelum kepergiannya ke kantor polisi, Adhiguna sempat berpesan pada Venus untuk menjaga sang Ibu, dan Venus langsung mengangguk.Sebagai seorang anak, Venus sendiri tak tega melihat keadaan Ayahnya saat itu, tapi, dia sendiri tak memiliki kuasa apa pun untuk menolong.Setelah para polisi yang membawa Adhiguna pergi, tinggallah Liliana, Venus, Suci dan Frans yang kini duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.Disaksikan oleh para pekerja di kediaman Diningrat, Suci pun membuka rahasia yang dia sembunyikan dari Venus, juga Liliana."Ingatan dan penglihatan ku sudah kembali secara bersamaan. Itulah sebabnya aku langsung menghubungi Om Frans untuk mengurus kasus kematian kedua orang tuaku yang sebenarnya sudah ku ketahui sejak lama, seandainya saja aku tidak kehilangan ingatanku!" jelas Suci dengan nada tegas bercampur marah. Tatapannya dingin ke arah Liliana dan Venus secara bergantian."Sekarang, yang ingin aku tanyakan pada kalian adalah, kenapa selama ini kalian membohongiku? Apa semua