"Makan dulu buburnya ya, nanti baru minum obat," ucap Venus saat Bi Lia baru saja mengantar sarapan ke kamar sang majikan."Kamu nggak ke kantor, Mas?" tanya Suci dengan suara yang dibuat lemah."Oh, ya nanti aku berangkat agak siangan aja. Tadi udah telepon asistenku, kok, " jawab Venus."Yaudah, kamu mandi aja sana, aku bisa makan sendiri," Suci meraba ke arah nampan di tempat tidur dan hendak meraih mangkuk buburnya, tapi Venus langsung menahan."Aku aja yang suapin, nanti selesai kamu makan terus minum obat, baru aku mandi."Tak memiliki pilihan, akhirnya Suci pun terpaksa menuruti perintah Venus.Pagi itu Suci hanya makan tiga suap bubur dan langsung meminum obat dari dokter kandungannya.Namun, saat Venus berada di kamar mandi, Suci kembali meraih mangkok bubur di nakas dan menghabisinya dengan cepat, setelah itu dia memencet tombol di dekat nakas yang berfungsi untuk memanggil asisten rumah tangganya ke kamar.Tak lama Bi Lia datang dan Suci langsung meminta Bi Lia membawa mangk
"Permisi, Non Suci? Di bawah ada Pak Frans datang, ingin bertemu dengan Non."Begitu mengetahui bahwa saat itu Frans tidak datang sendirian melainkan membawa beberapa polisi yang jelas membuat Adhiguna merasa terancam, maka Adhiguna pun membisikkan sesuatu pada Suci agar menjawab ucapan Bi Lia sesuai dengan apa yang dia instruksikan."Bi, tolong suruh Om Frans naik ke atas sebentar ya, Suci mau bicara," teriak Suci yang tak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah Adhiguna, karena saat ini dirinya sudah dalam keadaan terancam senjata tajam."Oh, baik, Non," jawab Bi Lia yang jelas merasa khawatir dengan keadaan Suci di dalam sana. Bi Lia tahu bahwa Adhiguna kini ada di dalam kamar Suci karena dia yang melihat sendiri saat lelaki tua itu masuk ke sana beberapa menit tadi. Dan semua percakapan yang terjadi di dalam sana antara Suci dan Adhiguna pun, Bi Lia mendengar semua.Itulah sebabnya, saat mengetahui Frans datang, Bi Lia sangat senang, terlebih saat dilihatnya Frans datang ber
"Om Adhi sudah membunuh kedua orang tuaku, Tante Lili! Dia juga sudah membohongi Tante Lili selama ini karena kenyataannya, Venus itu bukanlah anak Tante, melainkan anak orang lain, Arh..."Suci belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Adhiguna tiba-tiba kembali menampar pipinya yang sudah lebam.Suci berteriak kesakitan.Belum reda rasa nyeri akibat tamparan Adhiguna sebelumnya, kini dia harus mendapatkan kembali pukulan di tempat yang sama, yaitu pipi kirinya.Meringis dengan wajah penuh amarah, Suci muak dengan sandiwara yang sudah dia lakoni sejauh ini, hingga akhirnya, sebuah rencana pun tersusun dengan baik di dalam pikirannya saat sepasang netranya menangkap sesuatu yang bisa dia jadikan sebagai alat pertahanan diri."Lili, jangan dengarkan Suci, dia berbohong Lili, dia hanya ingin mengadu domba kita," teriak Adhiguna yang jadi semakin kalut.Venus di luar terus menggedor pintu karena terlalu khawatir dengan keadaan Suci setelah mendengar teriakan Suci tadi."Pah, buka pintu
Flashback On...Bel pintu apartemen mewah bernomor 28 itu terus berbunyi, padahal saat itu hari sudah lewat tengah malam, terlebih di luar tengah turun hujan yang sangat deras.Seorang lelaki tampak menggeliat di balik selimut tebal yang membungkus tubuh sixpacknya.Mengucek mata dan mengintip ke arah jam dinding, mendapati waktu yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari.Siapa yang bertamu malam-malam begini?Pikir Frans membatin.Menyibak selimut, Frans meraih jubah tidurnya dan berjalan menuju pintu. Sesekali dia menguap masih dengan rasa kantuk yang menguasai.Akan tetapi, semua rasa kantuk itu seketika hilang begitu dirinya mendapati sosok seorang wanita yang jelas-jelas begitu dia kenal tengah berdiri di depan pintu apartemennya.Furi?Pekik Frans tak percaya hingga dengan cepat membukakan pintu untuk sang tamu.Belum selesai keterkejutan Frans akan kehadiran Furi malam-malam begini, Frans kini justru kembali dibuat kaget karena Furi yang lantas menangis terisak dan menghambu
Sebelum kepergiannya ke kantor polisi, Adhiguna sempat berpesan pada Venus untuk menjaga sang Ibu, dan Venus langsung mengangguk.Sebagai seorang anak, Venus sendiri tak tega melihat keadaan Ayahnya saat itu, tapi, dia sendiri tak memiliki kuasa apa pun untuk menolong.Setelah para polisi yang membawa Adhiguna pergi, tinggallah Liliana, Venus, Suci dan Frans yang kini duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.Disaksikan oleh para pekerja di kediaman Diningrat, Suci pun membuka rahasia yang dia sembunyikan dari Venus, juga Liliana."Ingatan dan penglihatan ku sudah kembali secara bersamaan. Itulah sebabnya aku langsung menghubungi Om Frans untuk mengurus kasus kematian kedua orang tuaku yang sebenarnya sudah ku ketahui sejak lama, seandainya saja aku tidak kehilangan ingatanku!" jelas Suci dengan nada tegas bercampur marah. Tatapannya dingin ke arah Liliana dan Venus secara bergantian."Sekarang, yang ingin aku tanyakan pada kalian adalah, kenapa selama ini kalian membohongiku? Apa semua
Setelah melalui perjalanan kurang lebih setengah jam, Venus memarkirkan mobil box yang dikendarainya saat itu di sebuah lokasi yang sama dengan tempat di mana para anak buahnya menyekap Amanda a.k.a Sonia.Kali ini, Venus kembali mendatangi lokasi tersebut bukan untuk menemui Sonia, melainkan Robert.Venus berjalan memasuki sebuah gudang tua terbengkalai di pinggiran kota. Minimnya penerangan membuat Venus harus menyalakan lampu dari ponselnya.Sampai akhirnya, Venus tiba di sebuah gedung lain di area belakang gudang dengan kondisi pencahayaan yang lebih baik.Salah satu anak buah Venus yang berjaga di depan langsung mengawal Venus menuju tempat mereka menyekap Robert.Begitu pintu ruangan itu dibuka, sepasang netra Venus pun menangkap sosok Robert dalam keadaan tak berdaya, terikat kedua tangan dan kakinya di atas sebuah kursi besi yang sudah usang dan berkarat.Tak jauh dari tempat Robert berada, Venus melirik ke arah Sonia yang saat itu sudah tak sadarkan diri dalam keadaan tubuh ya
"Demi mendapatkan kembali Ayahmu, Ningtyas kabur dari rumah sakit jiwa, lalu kemudian, dia membunuh Ibumu..."Mendengar hal itu, seketika cengkeraman tangan Venus di kedua sisi rahang Robert pun mengendur, lalu kemudian terlepas.Tatapan Venus yang bengis berubah lunak. "Jadi, Om tahu siapa sebenarnya kedua orang tuaku?" tanya Venus dengan ekspresi yang sulit diartikan.Robert mengangguk cepat, perubahan ekspresi Venus seketika memberi harapan bagi Robert untuk mampu terbebas dari tempat terkutuk ini."Jika kamu mau, aku akan mengantarmu ke tempat di mana Ayahmu kini berada, tapi, lepaskan aku dan Sonia terlebih dahulu," ucap Robert memberi syarat."Katakan sekarang, siapa sebenarnya kedua orang tuaku? Kita tidak sedang bernegosiasi, Om!" ancam Venus balik yang mulai bisa membaca maksud terselubung dari ucapan Robert.Venus jelas tidak ingin tertipu untuk kesekian kali oleh Robert, Sonia mau pun Hanni, itulah sebabnya, Venus akan lekas menyelesaikan urusannya dengan para manusia laknat
Malam itu, didampingi Frans, Arman dan juga Kamini, Dandi beserta istri dan satu orang anaknya mendatangi rumah sakit tempat di mana Liliana kini mendapat perawatan intensif.Orang pertama yang memasuki ruangan ICU adalah Frans, karena memang dia lah yang memiliki hutang tanggung jawab untuk menjelaskan semuanya pada Liliana.Saking lemah, air mata Liliana hanya bisa menetes saat Frans menceritakan mengenai kisah masa lalu yang sebenar-benarnya terjadi menimpa bayi laki-laki yang dilahirkan oleh Liliana."La-lu, di-di mana a-nakku se-ka-rang, Frans?" tanya Liliana saat itu."Dia ada di luar, aku akan memanggilnya," ucap Frans seraya beranjak dari ruang ICU.Lelaki paruh baya itu memanggil Dandi yang menunggu di luar dan meminta Dandi untuk masuk.Setelah mengenakan seragam steril, Dandi masuk seorang diri dengan perasaannya yang tak menentu.Antara sedih, bercampur senang dan bahagia.Siapa yang tidak bahagia jika kembali dipertemukan dengan sosok ibu kandung yang sudah melahirkan kita