Flashback On...Bel pintu apartemen mewah bernomor 28 itu terus berbunyi, padahal saat itu hari sudah lewat tengah malam, terlebih di luar tengah turun hujan yang sangat deras.Seorang lelaki tampak menggeliat di balik selimut tebal yang membungkus tubuh sixpacknya.Mengucek mata dan mengintip ke arah jam dinding, mendapati waktu yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari.Siapa yang bertamu malam-malam begini?Pikir Frans membatin.Menyibak selimut, Frans meraih jubah tidurnya dan berjalan menuju pintu. Sesekali dia menguap masih dengan rasa kantuk yang menguasai.Akan tetapi, semua rasa kantuk itu seketika hilang begitu dirinya mendapati sosok seorang wanita yang jelas-jelas begitu dia kenal tengah berdiri di depan pintu apartemennya.Furi?Pekik Frans tak percaya hingga dengan cepat membukakan pintu untuk sang tamu.Belum selesai keterkejutan Frans akan kehadiran Furi malam-malam begini, Frans kini justru kembali dibuat kaget karena Furi yang lantas menangis terisak dan menghambu
Sebelum kepergiannya ke kantor polisi, Adhiguna sempat berpesan pada Venus untuk menjaga sang Ibu, dan Venus langsung mengangguk.Sebagai seorang anak, Venus sendiri tak tega melihat keadaan Ayahnya saat itu, tapi, dia sendiri tak memiliki kuasa apa pun untuk menolong.Setelah para polisi yang membawa Adhiguna pergi, tinggallah Liliana, Venus, Suci dan Frans yang kini duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.Disaksikan oleh para pekerja di kediaman Diningrat, Suci pun membuka rahasia yang dia sembunyikan dari Venus, juga Liliana."Ingatan dan penglihatan ku sudah kembali secara bersamaan. Itulah sebabnya aku langsung menghubungi Om Frans untuk mengurus kasus kematian kedua orang tuaku yang sebenarnya sudah ku ketahui sejak lama, seandainya saja aku tidak kehilangan ingatanku!" jelas Suci dengan nada tegas bercampur marah. Tatapannya dingin ke arah Liliana dan Venus secara bergantian."Sekarang, yang ingin aku tanyakan pada kalian adalah, kenapa selama ini kalian membohongiku? Apa semua
Setelah melalui perjalanan kurang lebih setengah jam, Venus memarkirkan mobil box yang dikendarainya saat itu di sebuah lokasi yang sama dengan tempat di mana para anak buahnya menyekap Amanda a.k.a Sonia.Kali ini, Venus kembali mendatangi lokasi tersebut bukan untuk menemui Sonia, melainkan Robert.Venus berjalan memasuki sebuah gudang tua terbengkalai di pinggiran kota. Minimnya penerangan membuat Venus harus menyalakan lampu dari ponselnya.Sampai akhirnya, Venus tiba di sebuah gedung lain di area belakang gudang dengan kondisi pencahayaan yang lebih baik.Salah satu anak buah Venus yang berjaga di depan langsung mengawal Venus menuju tempat mereka menyekap Robert.Begitu pintu ruangan itu dibuka, sepasang netra Venus pun menangkap sosok Robert dalam keadaan tak berdaya, terikat kedua tangan dan kakinya di atas sebuah kursi besi yang sudah usang dan berkarat.Tak jauh dari tempat Robert berada, Venus melirik ke arah Sonia yang saat itu sudah tak sadarkan diri dalam keadaan tubuh ya
"Demi mendapatkan kembali Ayahmu, Ningtyas kabur dari rumah sakit jiwa, lalu kemudian, dia membunuh Ibumu..."Mendengar hal itu, seketika cengkeraman tangan Venus di kedua sisi rahang Robert pun mengendur, lalu kemudian terlepas.Tatapan Venus yang bengis berubah lunak. "Jadi, Om tahu siapa sebenarnya kedua orang tuaku?" tanya Venus dengan ekspresi yang sulit diartikan.Robert mengangguk cepat, perubahan ekspresi Venus seketika memberi harapan bagi Robert untuk mampu terbebas dari tempat terkutuk ini."Jika kamu mau, aku akan mengantarmu ke tempat di mana Ayahmu kini berada, tapi, lepaskan aku dan Sonia terlebih dahulu," ucap Robert memberi syarat."Katakan sekarang, siapa sebenarnya kedua orang tuaku? Kita tidak sedang bernegosiasi, Om!" ancam Venus balik yang mulai bisa membaca maksud terselubung dari ucapan Robert.Venus jelas tidak ingin tertipu untuk kesekian kali oleh Robert, Sonia mau pun Hanni, itulah sebabnya, Venus akan lekas menyelesaikan urusannya dengan para manusia laknat
Malam itu, didampingi Frans, Arman dan juga Kamini, Dandi beserta istri dan satu orang anaknya mendatangi rumah sakit tempat di mana Liliana kini mendapat perawatan intensif.Orang pertama yang memasuki ruangan ICU adalah Frans, karena memang dia lah yang memiliki hutang tanggung jawab untuk menjelaskan semuanya pada Liliana.Saking lemah, air mata Liliana hanya bisa menetes saat Frans menceritakan mengenai kisah masa lalu yang sebenar-benarnya terjadi menimpa bayi laki-laki yang dilahirkan oleh Liliana."La-lu, di-di mana a-nakku se-ka-rang, Frans?" tanya Liliana saat itu."Dia ada di luar, aku akan memanggilnya," ucap Frans seraya beranjak dari ruang ICU.Lelaki paruh baya itu memanggil Dandi yang menunggu di luar dan meminta Dandi untuk masuk.Setelah mengenakan seragam steril, Dandi masuk seorang diri dengan perasaannya yang tak menentu.Antara sedih, bercampur senang dan bahagia.Siapa yang tidak bahagia jika kembali dipertemukan dengan sosok ibu kandung yang sudah melahirkan kita
"Hari ini, Adhiguna akan melaksanakan hukuman mati, Suci," beritahu Frans setelah hampir enam bulan berlalu pasca kematian Liliana.Suci yang ditemui Frans di kantor, tampak tenang dengan tatapannya yang sama sekali tak beralih dari layar laptop di hadapannya.Sejak kehamilannya semakin membesar, Suci terlihat lebih gemuk."Apa, kamu akan tetap melanjutkan rencana kedua untuk memberitahukan Adhiguna bahwa anak yang dilahirkan Liliana bukan anaknya?"Menghela napas berat, Suci menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, lalu terdiam sejenak sambil memandang langit-langit ruangan kantornya.Sudah sejak jauh-jauh hari, Suci dan Frans menyusun rencana ini sebagai pembalasan penutup, atas semua dendam yang dia miliki terhadap Adhiguna.Ya, dengan membongkar fakta bahwa selama ini, Liliana, wanita yang begitu Adhiguna cintai, sesungguhnya sudah mengkhianati pernikahan mereka dengan menjalin hubungan terlarang dengan kakak angkatnya sendiri, yaitu Andro, yang merupakan almarhum Ayah Kan
"Halo, Pah?""Iya, Jasmine, ada apa?""Pah, Jasmine diterima kerja di tempat baru, jadi resepsionis," pekik wanita bernama Jasmine yang terlihat begitu bahagia setelah membaca pengumuman yang tertulis di depan kantor Hotel Butterfly.Dua hari yang lalu, Jasmine baru saja melamar pekerjaan di hotel tersebut yang kebetulan sedang membuka lowongan kerja besar-besaran untuk macam-macam kategori bidang pekerjaan. Dari mulai cleaning service, OB, admin, waitress dan waiter, serta masih banyak lagi lowongan lainnya yang memang dibutuhkan segera mengingat launching hotel akan dilaksanakan satu bulan mendatang.Akan tetapi, dari hal membahagiakan itu, ada hal lain yang lebih membahagiakan hati Jasmine tatkala dirinya mengetahui bahwa Manager hotel tempatnya melamar pekerjaan itu ternyata adalah mantan kekasihnya sendiri semasa SMA dulu.Marcello Antariksa.Lelaki yang dulu pernah mencuri hati Jasmine hingga membuat wanita itu sulit berpaling ke lain hati, padahal, dari segi ekonomi, Mars sama s
Ternyata, Suci memang tidak main-main dalam memberi pelajaran pada orang-orang yang sudah memperlakukan dirinya dengan buruk di masa lalu.Dan hal itu terbukti dari nasib miris yang harus dilalui Venus saat ini, setelah dirinya ditolak dari berbagai perusahaan yang dia datangi untuk melamar pekerjaan.Titelnya sebagai seorang sarjana bisnis, tak cukup membantunya mendapatkan pekerjaan yang layak karena Suci yang telah mem blacklist nama Venus di seluruh perusahaan besar yang ada di Indonesia.Itulah sebabnya, kini Venus harus rela menjalani profesi dadakannya sebagai seorang montir di salah satu bengkel kecil di pinggir jalan raya, setelah dirinya menjadi korban perampokan dua minggu yang lalu.Saat ini, Venus pasrah dengan nasibnya, tanpa berniat untuk melakukan hal apa pun terhadap Suci.Bisa melanjutkan hidup dengan baik dan masih bertemu nasi setidaknya satu hari sekali saja sudah lebih dari cukup bagi seorang Venus.Anggap saja, ini sebagai tebusan atas semua kejahatan yang sudah
Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,
"Aku ke sini, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatanku padamu, juga pada Adrian," ucap Venus begitu dirinya dan Jasmine kini sudah berada di teras kediaman Yuda, ayah Jasmine.Masih memasang wajah angkuh, bahkan dalam ketidakberdayaannya sekarang, Jasmine masih saja merasa gengsi jika harus kembali bergantung dengan Venus, karena yang dia tahu, hidup Venus pun sekarang susah setelah lelaki itu dibuang dari keluarga Diningrat."Aku memiliki sedikit tabungan, mungkin bisa digunakan untuk biaya pernikahan kita, Jasmine," ucap Venus lagi meski sampai detik ini, Jasmine tetap saja membisu."Ini amanat dari almarhum Papaku, beliau ingin aku membawa dirimu dan Adrian pulang ke desa, tinggal bersamaku di rumahnya, mengurus perkebunan dan peternakan yang Papa berikan padaku," tambah Venus lagi."Apa kamu bersedia Jasmine?" tanya Venus kemudian dengan segala harapan bahwa dengan hidup bersama Jasmine, Venus bisa melupakan perasaannya terhadap Suci yang semakin hari semakin membuatnya ter
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN...Waktu berlalu begitu cepat.Musim berganti, meninggalkan banyak cerita, manis dan pahit.Cerita tentang kehilangan, kesedihan dan penyesalan. Juga, cerita tentang kebahagiaan atas berkumpulnya kembali keluarga yang telah lama terpisahkan.Suci dengan Dandi, kakak kandungnya, serta Venus dengan Raditya yang merupakan Ayah kandungnya, meski, Raditya akhirnya berpulang tak lama setelah pertemuannya dengan sang anak.Raditya wafat dalam tenang setelah dirinya menceritakan semua kisah masa lalu rumit yang dia alami dahulu, yakni mengenai alasan mengapa dia bisa dengan tega memberikan Venus pada keluarga Diningrat.Pada akhirnya, semua rahasia terungkap, termasuk siapa sebenarnya orang tua kandung Hanni yang juga tak luput dari cerita Raditya pada Venus.Kini, hidup Venus tenang di desa.Meski, dirinya masih saja terngiang-ngiang akan amanat yang diberikan Raditya sebelum sang Ayah berpulang, agar Venus lekas menyelesaikan masalah masa lalunya dengan wanita bernam
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d