Perjalanan menuju Puncak hari ini lancar karena Mars memutuskan untuk pergi menaiki kendaraan roda dua milik Kinong.Setahu Mars, biasanya jalur puncak akan macet di hari weekend karena banyak orang yang akan liburan ke sana. Itulah sebabnya, Mars memilih pergi menggunakan motor karena dia bisa terhindar dari kemacetan.Setelah mengisi perut di warung soto pinggir jalan, Mars dan Suci melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.Hari masih pagi, cuaca masih begitu segar saat mereka mulai memasuki kawasan puncak."Anginnya mulai terasa beda di sini, Mas, lebih dingin. Apa kita sudah sampai di puncak?" tanya Suci di boncengan."Iya, kita sudah sampai. Peluknya yang kenceng kalau dingin," ujar Mars yang mulai nakal, membuat Suci jadi tersipu malu."Memang kenapa sih, tadi kita harus berbohong sama Pak Syamsul di rumah?" tanya Suci kemudian, merasa heran dengan sikap suaminya yang kelihatan takut saat hendak membawanya keluar rumah tadi pagi."Nggak apa-apa, aku cuma takut aja nanti merek
Suci terkejut saat dia mendengar suara gelegar petir di kejauhan. Dalam kondisinya yang tidak bisa melihat, Suci merasa suasana di sekitarnya saat ini sangat mencekam.Membuatnya ketakutan.Dan ekspresi ketakutan Suci berhasil ditangkap oleh seorang wanita yang datang dari arah toilet umum.Dia adalah Tere, teman dekat Suci di kampusnya dahulu."Suci?" sapa Tere dengan kerutan jelas di dahi yang menatap dengan heran ke arah Suci.Tere bahkan sudah berdiri di hadapan Suci tapi tatapan Suci seperti tak fokus pada dirinya.Apa yang terjadi dengan Suci?Pikir Tere membatin saat itu."S-siapa itu?" tanya Suci dengan perasaan takutnya yang semakin menjadi-jadi. "Mas Venus? Kamu di mana?" Saking takut, Suci jadi meracau dengan memanggil nama suaminya.Sadar bahwa Suci tidak bisa melihat, Tere langsung mendekat dan duduk tepat di sisi Suci. Diraihnya kedua tangan Suci yang sedang meraba-raba meja."Suci, ini gue Tere," ucap Tere dengan perasaannya yang mendadak pilu.Melihat kondisi Suci saat
Malam itu hujan benar-benar turun dengan sangat deras dan tak mau berhenti.Suci dan Mars benar-benar terjebak di warung makan lesehan itu hingga waktu hampir tengah malam.Beruntung, si pemilik warung berhati baik dengan menawarkan Suci dan Mars tumpangan tidur."Ada kamar di belakang warung ini, biasanya anak saya yang menempati, tapi berhubung anak saya sedang keluar kota, jadi kamar itu kosong," ucap Sari, Ibu si pemilik warung. "Kebetulan, saya mau pulang, nanti gantian suami saya yang akan jaga di sini. Warung ini buka dua puluh empat jam. Jadi, kalian bisa istirahat di sini sampai besok pagi, mudah-mudahan cuaca cerah," jelas Sari lebih lanjut.Setelah mengucapkan banyak-banyak terima kasih, Mars dan Suci pun memutuskan untuk langsung beristirahat di kamar berukuran kecil itu.Untung cuaca di luar sangat dingin, jadi hawa di dalam sini tidak terlalu pengap karena tak adanya ventilasi."Baju kamu lepek, Mas, buka aja, dijemur dulu, ini ada selimut," ucap Suci yang khawatir sang
Mengedarkan pandangan ke sekeliling, di mana Venus baru saja meminta seluruh pekerja di kediamannya berkumpul bersama di halaman belakang kediamannya, lelaki itu kemudian berkata, "ini contohnya kalau sampai ada yang berani melanggar aturan yang sudah saya buat di rumah ini!" telunjuk Venus tertuju lurus ke arah Mars yang saat itu meringkuk di rumput dan hampir tak sadarkan diri.Tiga orang asisten rumah tangga, satu tukang kebun dan dua orang security tampak merinding melihat keadaan Mars saat itu.Bahkan, pakaian lelaki itu kini terlihat penuh oleh darah."Lain kali, saya tidak mau dengar alasan apa pun jika sampai kejadian ini terulang lagi! Tanpa seizin saya, tidak ada satu orang pun yang boleh membawa Suci keluar dari rumah ini apalagi lelaki brengsek ini!" ucap Venus lagi seolah tak memiliki rasa belas kasihan, lelaki itu kembali memperlihatkan kekejamannya pada Mars di hadapan para pekerja itu.Venus menginjak telapak kaki Mars dengan sepatunya yang bergerigi.Bi Lia yang berdi
"Pak Adhigunalah, orang yang sudah memberi perintah pada saya untuk memberikan obat penurun daya ingat itu pada Suci. Dan beliau juga, orang yang sudah merekayasa kejadian yang sebenarnya pada Suci, agar Suci berpikir bahwa dirinya mengalami kebutaan sejak kecil bersamaan dengan meninggalnya Pak Andro dan Ibu Furi," beritahu Bi Lia panjang lebar.Rasa-rasanya, Bi Lia sudah benar-benar tidak tahan menyembunyikan semua kejahatan yang dilakukan keluarga Diningrat terhadap Suci selama ini.Kehadiran Mars seolah membawa harapan baru bagi Bi Lia untuk membukakan jalan demi menyudahi ini semua, meski, Bi Lia sendiri tahu apa konsekuensi yang harus dia terima kelak.Bi Lia sudah tidak perduli.Bukankah perkara umur dan rejeki sudah menjadi urusan Allah? Kita manusia hanya bisa menerima dengan lapang dada.Jadilah, Bi Lia pun melakukan ini setelah dia berembuk bersama para pekerja lain di kediaman Diningrat. Karena Bi Lia tidak bekerja sendirian, maka dia perlu mendapat persetujuan yang lain u
"Sejak Pak Andro dan Ibu Furi meninggal dibunuh oleh para perampok suruhan Pak Adhiguna, keluarga Pak Adhiguna yaitu Ibu Liliana dan Venus pindah ke kediaman utama keluarga Diningrat dengan alasan karena mereka ingin menemani Suci. Sejak saat itulah, Venus dan Suci tinggal satu atap bersama. Tumbuh bersama.""Mereka akur sejak kecil karena sikap Venus yang awalnya sangat penakut dan bodoh. Venus di masa kecil dan remajanya dulu itu sangat berbeda dengan Venus setelah dia lulus SMA. Itulah sebabnya, sejak mereka mulai berkuliah di satu perguruan tinggi yang sama, hubungan Venus dan Non Suci mulai renggang dan banyak tidak akurnya. Mereka seringkali bertengkar meski hanya karena masalah sepele.""Venus menyukai Non Suci tapi Non Suci sama sekali tidak menyukai Venus. Bahkan saat Pak Adhiguna mencoba menjodohkan mereka, Non Suci dengan tegas menolak hingga akhirnya terjadilah kecelakaan itu yang menyebabkan Non Suci hilang ingatan dan buta.""Sejak saat itulah, Pak Adhiguna membelikan No
Malam kian larut.Tapi suasana sekitar gang delima tetap ramai.Anak-anak muda kawasan sekitar terlihat nongkrong di pos kamling untuk sekadar main gaple atau gitaran sambil merokok.Suara tawa bocah kecil yang bermain petak jongkok terdengar dari ujung gang. Mereka berlarian dengan lincah menghindar agar tetap aman dari lawan. Mereka bermain di jalan gang, tanpa memperdulikan keselamatan diri. Oleh sebab itu, siapa pun pengendara motor yang melintas harus ekstra hati-hati dan yang pasti dilarang untuk ngebut.Seperti yang dilakukan seorang pemuda yang mengendarai motor matic hasil modifnya yang terlihat mentereng. Matic kuning itu berjalan pelan melewati kerumunan pemuda dan anak kecil para penghuni gang Delima hingga akhirnya berhenti tepat di bangunan kontrakan tiga petak yang terdiri dari dua lantai.Seorang gadis berambut ikal yang di kucir kuda langsung turun dari boncengan. Dia membuka helm yang dikenakannya dan mengembalikan pada si empunya helm, yaitu Yogi, kekasihnya."Makas
Mars terbangun dari pingsannya setelah mendapat tindakan medis di rumah sakit.Orang pertama yang dilihat olehnya saat itu adalah Kinong."Gu-gue di mana?" tanyanya dengan suara lemah."Lo di ruang UGD rumah sakit Medika, Mars," jawab Kinong apa adanya. Dia menatap prihatin wajah pucat Mars yang bengkak dan membiru.Mars kembali mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.Seingatnya, semalam itu Mars pergi dari kediaman Diningrat dengan mengendarai vespa miliknya untuk membeli obat ke apotik, dan berniat mampir ke kontrakan sebentar untuk menemui Hita, tapi ternyata Hita tidak ada di rumah, hingga setelahnya, Mars tak ingat apapun lagi."Hita terus-terusan nangis pas Dokter UGD tadi bilang tentang penyakit lo ke dia. Maafin gue Mars, gue juga nggak bisa terus menerus nutupin ini semua dari Hita. Dari dulu juga gue udah bilangkan, mau diumpetin kayak gimana juga, lama-lama Hita pasti tau," ucap Kinong lagi dengan nada prihatin.Mars menarik napas panjang. Nyeri di bagian dadanya masih
Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,
"Aku ke sini, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatanku padamu, juga pada Adrian," ucap Venus begitu dirinya dan Jasmine kini sudah berada di teras kediaman Yuda, ayah Jasmine.Masih memasang wajah angkuh, bahkan dalam ketidakberdayaannya sekarang, Jasmine masih saja merasa gengsi jika harus kembali bergantung dengan Venus, karena yang dia tahu, hidup Venus pun sekarang susah setelah lelaki itu dibuang dari keluarga Diningrat."Aku memiliki sedikit tabungan, mungkin bisa digunakan untuk biaya pernikahan kita, Jasmine," ucap Venus lagi meski sampai detik ini, Jasmine tetap saja membisu."Ini amanat dari almarhum Papaku, beliau ingin aku membawa dirimu dan Adrian pulang ke desa, tinggal bersamaku di rumahnya, mengurus perkebunan dan peternakan yang Papa berikan padaku," tambah Venus lagi."Apa kamu bersedia Jasmine?" tanya Venus kemudian dengan segala harapan bahwa dengan hidup bersama Jasmine, Venus bisa melupakan perasaannya terhadap Suci yang semakin hari semakin membuatnya ter
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN...Waktu berlalu begitu cepat.Musim berganti, meninggalkan banyak cerita, manis dan pahit.Cerita tentang kehilangan, kesedihan dan penyesalan. Juga, cerita tentang kebahagiaan atas berkumpulnya kembali keluarga yang telah lama terpisahkan.Suci dengan Dandi, kakak kandungnya, serta Venus dengan Raditya yang merupakan Ayah kandungnya, meski, Raditya akhirnya berpulang tak lama setelah pertemuannya dengan sang anak.Raditya wafat dalam tenang setelah dirinya menceritakan semua kisah masa lalu rumit yang dia alami dahulu, yakni mengenai alasan mengapa dia bisa dengan tega memberikan Venus pada keluarga Diningrat.Pada akhirnya, semua rahasia terungkap, termasuk siapa sebenarnya orang tua kandung Hanni yang juga tak luput dari cerita Raditya pada Venus.Kini, hidup Venus tenang di desa.Meski, dirinya masih saja terngiang-ngiang akan amanat yang diberikan Raditya sebelum sang Ayah berpulang, agar Venus lekas menyelesaikan masalah masa lalunya dengan wanita bernam
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d