Malam harinya, setelah puas bercinta, mereguk kenikmatan surga dunia bersama, Mars dan Suci tampak asik tidur sambil memeluk dalam keadaan tubuh mereka yang masih polos.Mencoba melupakan tentang masalah keluarga Diningrat di masa lalu, Suci dan Mars ingin menikmati indahnya kebersamaan mereka sejenak."Makasih ya Mas, kamu udah baik banget mau bantuin aku menyelidiki siapa sebenarnya orang jahat yang sudah sengaja membuat ingatan aku tak kembali," ucap Suci membuka percakapan. Tubuh polosnya memeluk Mars dari samping, menyatu dengan tubuh Mars yang juga sama polos.Bersandar di bahu Mars yang super nyaman, seolah menjadi aktifitas wajib bagi Suci usai mereka bercinta."Sebagai seorang suami, sudah menjadi kewajiban aku untuk melindungi kamu, kan?" Jawab Mars dengan segala sandiwara palsunya."Tapi, Mas, kalau memang benar dugaan kamu, bahwa Mama dan Papa terlibat dalam hal ini, kira-kira apa alasannya? Kenapa mereka melakukan ini sama aku?" tanya Suci lagi."Ya, aku sendiri juga ngga
Perjalanan menuju Puncak hari ini lancar karena Mars memutuskan untuk pergi menaiki kendaraan roda dua milik Kinong.Setahu Mars, biasanya jalur puncak akan macet di hari weekend karena banyak orang yang akan liburan ke sana. Itulah sebabnya, Mars memilih pergi menggunakan motor karena dia bisa terhindar dari kemacetan.Setelah mengisi perut di warung soto pinggir jalan, Mars dan Suci melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.Hari masih pagi, cuaca masih begitu segar saat mereka mulai memasuki kawasan puncak."Anginnya mulai terasa beda di sini, Mas, lebih dingin. Apa kita sudah sampai di puncak?" tanya Suci di boncengan."Iya, kita sudah sampai. Peluknya yang kenceng kalau dingin," ujar Mars yang mulai nakal, membuat Suci jadi tersipu malu."Memang kenapa sih, tadi kita harus berbohong sama Pak Syamsul di rumah?" tanya Suci kemudian, merasa heran dengan sikap suaminya yang kelihatan takut saat hendak membawanya keluar rumah tadi pagi."Nggak apa-apa, aku cuma takut aja nanti merek
Suci terkejut saat dia mendengar suara gelegar petir di kejauhan. Dalam kondisinya yang tidak bisa melihat, Suci merasa suasana di sekitarnya saat ini sangat mencekam.Membuatnya ketakutan.Dan ekspresi ketakutan Suci berhasil ditangkap oleh seorang wanita yang datang dari arah toilet umum.Dia adalah Tere, teman dekat Suci di kampusnya dahulu."Suci?" sapa Tere dengan kerutan jelas di dahi yang menatap dengan heran ke arah Suci.Tere bahkan sudah berdiri di hadapan Suci tapi tatapan Suci seperti tak fokus pada dirinya.Apa yang terjadi dengan Suci?Pikir Tere membatin saat itu."S-siapa itu?" tanya Suci dengan perasaan takutnya yang semakin menjadi-jadi. "Mas Venus? Kamu di mana?" Saking takut, Suci jadi meracau dengan memanggil nama suaminya.Sadar bahwa Suci tidak bisa melihat, Tere langsung mendekat dan duduk tepat di sisi Suci. Diraihnya kedua tangan Suci yang sedang meraba-raba meja."Suci, ini gue Tere," ucap Tere dengan perasaannya yang mendadak pilu.Melihat kondisi Suci saat
Malam itu hujan benar-benar turun dengan sangat deras dan tak mau berhenti.Suci dan Mars benar-benar terjebak di warung makan lesehan itu hingga waktu hampir tengah malam.Beruntung, si pemilik warung berhati baik dengan menawarkan Suci dan Mars tumpangan tidur."Ada kamar di belakang warung ini, biasanya anak saya yang menempati, tapi berhubung anak saya sedang keluar kota, jadi kamar itu kosong," ucap Sari, Ibu si pemilik warung. "Kebetulan, saya mau pulang, nanti gantian suami saya yang akan jaga di sini. Warung ini buka dua puluh empat jam. Jadi, kalian bisa istirahat di sini sampai besok pagi, mudah-mudahan cuaca cerah," jelas Sari lebih lanjut.Setelah mengucapkan banyak-banyak terima kasih, Mars dan Suci pun memutuskan untuk langsung beristirahat di kamar berukuran kecil itu.Untung cuaca di luar sangat dingin, jadi hawa di dalam sini tidak terlalu pengap karena tak adanya ventilasi."Baju kamu lepek, Mas, buka aja, dijemur dulu, ini ada selimut," ucap Suci yang khawatir sang
Mengedarkan pandangan ke sekeliling, di mana Venus baru saja meminta seluruh pekerja di kediamannya berkumpul bersama di halaman belakang kediamannya, lelaki itu kemudian berkata, "ini contohnya kalau sampai ada yang berani melanggar aturan yang sudah saya buat di rumah ini!" telunjuk Venus tertuju lurus ke arah Mars yang saat itu meringkuk di rumput dan hampir tak sadarkan diri.Tiga orang asisten rumah tangga, satu tukang kebun dan dua orang security tampak merinding melihat keadaan Mars saat itu.Bahkan, pakaian lelaki itu kini terlihat penuh oleh darah."Lain kali, saya tidak mau dengar alasan apa pun jika sampai kejadian ini terulang lagi! Tanpa seizin saya, tidak ada satu orang pun yang boleh membawa Suci keluar dari rumah ini apalagi lelaki brengsek ini!" ucap Venus lagi seolah tak memiliki rasa belas kasihan, lelaki itu kembali memperlihatkan kekejamannya pada Mars di hadapan para pekerja itu.Venus menginjak telapak kaki Mars dengan sepatunya yang bergerigi.Bi Lia yang berdi
"Pak Adhigunalah, orang yang sudah memberi perintah pada saya untuk memberikan obat penurun daya ingat itu pada Suci. Dan beliau juga, orang yang sudah merekayasa kejadian yang sebenarnya pada Suci, agar Suci berpikir bahwa dirinya mengalami kebutaan sejak kecil bersamaan dengan meninggalnya Pak Andro dan Ibu Furi," beritahu Bi Lia panjang lebar.Rasa-rasanya, Bi Lia sudah benar-benar tidak tahan menyembunyikan semua kejahatan yang dilakukan keluarga Diningrat terhadap Suci selama ini.Kehadiran Mars seolah membawa harapan baru bagi Bi Lia untuk membukakan jalan demi menyudahi ini semua, meski, Bi Lia sendiri tahu apa konsekuensi yang harus dia terima kelak.Bi Lia sudah tidak perduli.Bukankah perkara umur dan rejeki sudah menjadi urusan Allah? Kita manusia hanya bisa menerima dengan lapang dada.Jadilah, Bi Lia pun melakukan ini setelah dia berembuk bersama para pekerja lain di kediaman Diningrat. Karena Bi Lia tidak bekerja sendirian, maka dia perlu mendapat persetujuan yang lain u
"Sejak Pak Andro dan Ibu Furi meninggal dibunuh oleh para perampok suruhan Pak Adhiguna, keluarga Pak Adhiguna yaitu Ibu Liliana dan Venus pindah ke kediaman utama keluarga Diningrat dengan alasan karena mereka ingin menemani Suci. Sejak saat itulah, Venus dan Suci tinggal satu atap bersama. Tumbuh bersama.""Mereka akur sejak kecil karena sikap Venus yang awalnya sangat penakut dan bodoh. Venus di masa kecil dan remajanya dulu itu sangat berbeda dengan Venus setelah dia lulus SMA. Itulah sebabnya, sejak mereka mulai berkuliah di satu perguruan tinggi yang sama, hubungan Venus dan Non Suci mulai renggang dan banyak tidak akurnya. Mereka seringkali bertengkar meski hanya karena masalah sepele.""Venus menyukai Non Suci tapi Non Suci sama sekali tidak menyukai Venus. Bahkan saat Pak Adhiguna mencoba menjodohkan mereka, Non Suci dengan tegas menolak hingga akhirnya terjadilah kecelakaan itu yang menyebabkan Non Suci hilang ingatan dan buta.""Sejak saat itulah, Pak Adhiguna membelikan No
Malam kian larut.Tapi suasana sekitar gang delima tetap ramai.Anak-anak muda kawasan sekitar terlihat nongkrong di pos kamling untuk sekadar main gaple atau gitaran sambil merokok.Suara tawa bocah kecil yang bermain petak jongkok terdengar dari ujung gang. Mereka berlarian dengan lincah menghindar agar tetap aman dari lawan. Mereka bermain di jalan gang, tanpa memperdulikan keselamatan diri. Oleh sebab itu, siapa pun pengendara motor yang melintas harus ekstra hati-hati dan yang pasti dilarang untuk ngebut.Seperti yang dilakukan seorang pemuda yang mengendarai motor matic hasil modifnya yang terlihat mentereng. Matic kuning itu berjalan pelan melewati kerumunan pemuda dan anak kecil para penghuni gang Delima hingga akhirnya berhenti tepat di bangunan kontrakan tiga petak yang terdiri dari dua lantai.Seorang gadis berambut ikal yang di kucir kuda langsung turun dari boncengan. Dia membuka helm yang dikenakannya dan mengembalikan pada si empunya helm, yaitu Yogi, kekasihnya."Makas