Mars terbangun dari pingsannya setelah mendapat tindakan medis di rumah sakit.Orang pertama yang dilihat olehnya saat itu adalah Kinong."Gu-gue di mana?" tanyanya dengan suara lemah."Lo di ruang UGD rumah sakit Medika, Mars," jawab Kinong apa adanya. Dia menatap prihatin wajah pucat Mars yang bengkak dan membiru.Mars kembali mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.Seingatnya, semalam itu Mars pergi dari kediaman Diningrat dengan mengendarai vespa miliknya untuk membeli obat ke apotik, dan berniat mampir ke kontrakan sebentar untuk menemui Hita, tapi ternyata Hita tidak ada di rumah, hingga setelahnya, Mars tak ingat apapun lagi."Hita terus-terusan nangis pas Dokter UGD tadi bilang tentang penyakit lo ke dia. Maafin gue Mars, gue juga nggak bisa terus menerus nutupin ini semua dari Hita. Dari dulu juga gue udah bilangkan, mau diumpetin kayak gimana juga, lama-lama Hita pasti tau," ucap Kinong lagi dengan nada prihatin.Mars menarik napas panjang. Nyeri di bagian dadanya masih
"Lo mau ngapain, Nus? Buat apa lo ketemu sama Suci?" tanya Hanni dengan segenap perasaannya yang mendadak was-was."Gue, mau mengakhiri semuanya malam ini juga! Suci harus tau kondisi gue yang sebenarnya!""Kondisi lo yang positif HIV maksudnya?" potong Hanni cepat.Venus terdiam.Pikirannya kalut.Otaknya penuh dengan hal-hal buruk.Kekhawatiran.Kecemasan.Perasan bersalah.Ketakutan dan...Penyesalan.Meremas kuat kepalanya dengan kedua tangan, saking frustasi Venus lantas menjadikan dinding sebagai sasaran untuk menghantamkan kepalanya berkali-kali.Jika tidak ada Hanni yang menghalangi, sudah pasti Venus bisa saja mati dengan kepalanya yang berlumuran darah.Terjatuh duduk di lantai dengan kepalanya yang sudah terluka, Hanni buru-buru meraih tubuh Venus dan mendekapnya ke dalam pelukan."Cukup, Nus. Udah. Jangan siksa diri lo kayak gini. Masih ada gue di sini. Gue nggak akan kemana-mana. Udah ya?" ucap Hanni dengan air mata palsunya.Bahu Venus mulai terlihat berguncang, menandak
Akhirnya Mars berhasil melilitkan handuk ke tubuh Suci setelah dia selesai menikmati tubuh Suci di dalam bathtub tadi, meski hanya satu ronde karena Suci yang tiba-tiba jack pot ketika Mars hendak memulai ronde kedua.Setelah membersihkan tubuh Suci di kamar mandi, lalu menggiring tubuh Suci yang berjalan sempoyongan ke tempat tidur untuk direbahkan, Mars lekas meraih jubah mandi yang tergantung di dinding untuk menutupi tubuhnya yang saat itu masih polos."Arh, gerah, aku mau main air lagi," gumam Suci yang masih dalam keadaan mabuk berat. "Pelukkk aku lagi, aku mau dicium lagi..." Suci terus meracau tidak jelas.Suci hendak melepas handuk yang menjadi satu-satunya penutup tubuh moleknya ketika Mars dengan cepat menahan aksi wanita itu.Sungguh, Mars benar-benar dibuat kewalahan hanya karena Suci mabuk malam ini sampai wanita itu memuntahkan seluruh isi perutnya di kamar mandi tadi.Mars hendak memakaikan pakaian milik Suci yang baru saja dia ambil dari dalam lemari ketika tiba-tiba,
Seorang lelaki dengan rambutnya yang sudah separuh memutih, tampak membuka pintu ruang bawah tanah di villa pribadi miliknya yang terletak di daerah Puncak.Di tangannya saat ini, dia membawa beberapa helai pakaian wanita.Tersenyum hangat ke arah sebuah peti di mana di dalamnya terdapat sesosok jasad manusia yang diawetkan, si lelaki kemudian berkata, "selamat pagi sayang? Maaf ya, aku baru bisa berkunjung hari ini. Kemarin, pekerjaanku di rumah sakit sangat banyak, makanya aku baru bisa menemuimu hari ini."Dibukanya peti mati itu dan ditekannya tombol otomatis yang kemudian menggerakkan kayu di dalam peti ke atas, membawa jasad wanita bergaun pengantin di dalamnya ke permukaan."Tiga hari yang lalu itu adalah hari bahagia untuk anak kita, sayang. Itulah sebabnya aku datang membawakanmu gaun-gaun cantik ini karena aku ingin merayakan hari bahagia Hani bersamamu di sini," ucap si lelaki paruh baya itu lagi.Dia menggantung tiga buah gaun berbeda model dan warna di dinding dan kembali
Sejak hari di mana Raditya mengetahui fakta bahwa Hanni anak angkatnya merupakan anak kandung Ningtyas, mantan istrinya yang merupakan adik Adhiguna, kesehatan Raditya memang langsung menurun drastis.Dan semua menjadi diperparah ketika Raditya mengetahui bahwa kini, Venus, anaknya justru malah menjalin hubungan serius dengan Hanni.Jika sebelumnya, Raditya melarang Hanni menjalin hubungan dengan Venus karena khawatir Adhiguna curiga dan menganggap dirinya memanfaatkan Hanni untuk mendekati Venus, tapi lain halnya dengan saat ini.Karena setelah Raditya tahu bahwa Hanni adalah anak Ningtyas, Raditya justru khawatir, tragedi masa lalu yang pernah dia alami bersama Sarmila akan terulang menimpa Venus.Tidak!Raditya tidak akan membiarkan hal itu terjadi."Bagaimana, Ron? Apa kamu sudah menemukan di mana Hanni dan Venus berada?" tanya Raditya saat Roni menemuinya di rumah sakit hari itu."Belum, Pak. Apartemen Venus kosong sejak satu bulan yang lalu. Dan sampai saat ini, saya belum berha
"Memang, apa yang kamu ingat tentang jaket ini, Suci?" tanya Mars saat itu."Aku ingat wajah lelaki pemilik jaket ini. Kami bertemu di Bus Way untuk pertama kali, tapi aku tak tahu kapan waktu pastinya. Hari itu hujan, pakaianku basah kuyup dan aku kedinginan di Bus way, lalu lelaki itu memberikan jaketnya padaku. Sayangnya, aku tak sempat bertanya siapa namanya, tapi yang jelas--"Kalimat Suci terhenti mendadak. Seolah sedang berpikir keras, Suci malah menundukkan kepalanya, membuat Mars bingung dalam keterkejutannya, begitu dia mengetahui bahwa ternyata, wanita dengan wajah tertutup masker yang basah kuyup di Bus Way waktu itu adalah Suci.Sungguh sebuah kebetulan yang sangat mengejutkan. Kenapa Mars merasa dunia begitu sempit?"Ada apa Suci? Kenapa diam? Kepalamu sakit lagi?" Mars mendekat dan mengajak Suci ke sisi ranjang untuk duduk. Keterdiaman Suci membuat hatinya kembali disergap kekhawatiran.Suci menggeleng pelan. Air matanya kembali menitik satu-satu.Suci yakin sekali bahw
"Halo, Han? Ini gue Sonia," ucap seorang wanita berpakaian seksi bernama Sonia itu. Tatapannya tampak mengamati seseorang dari kejauhan."Ya, Son? Ada apa?" Sahut Hanni di seberang."Gue liat Suci sama Mars ke Klinik kandungan," beritahu Sonia kemudian."Apa?" Hanni tampak terkejut."Kayaknya, Suci udah hamil deh."Menelan salivanya dengan susah payah, seketika gemuruh hebat di dada Hanni muncul karena rasa benci. "Lakuin sekarang, Son. Gue mau perempuan buta itu keguguran!"Itulah, awal cerita kenapa Suci bisa sampai ke tepi jalan ramai sendirian.Tidak, Suci tidak sendirian ke sana.Saat itu, dia sedang duduk di bangku tunggu bersama Mars, menunggu vitamin di apotik klinik.Nama Suci dipanggil, tapi Mars tak kunjung maju, Suci berpikir Mars tidak ada di sisinya, hingga seorang wanita menyapa Suci dari samping tepat saat Mars pergi ke depan untuk mengambil obat.Wanita itu berkata pada Suci, "yang tadi duduk di situ suaminya, Mbak?""Eh, Mbak bicara sama saya?" kata Suci agak terkeju
"Hai manis, mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap seorang lelaki berpakaian preman dan bertato. Rambut gondrong dengan celana jeans sobek di bagian dengkul.Sonia yang saat itu sedang berjalan menuju kost-kostannya usai dirinya menjalankan perintah Hanni untuk membuat Suci keguguran, jelas terkejut.Langkah wanita itu tertahan karena ada tiga orang pria bertato yang menghadang jalannya."Kita liat loh tadi, waktu lo ninggalin Non Suci di tengah jalan, dan kita punya bukti rekaman videonya," ucap lelaki yang berdiri di sebelah kiri Sonia.Perasaan Sonia mulai gelisah bercampur takut, meski setelahnya, dia berusaha untuk tetap tenang.Mengeluarkan jurus jitu rayuan mautnya, Sonia memulas senyum lebar, menampilkan kencantikannya yang paripurna."Hm, kayaknya, bakal lebih enak kalau kita bicara di kost-kostan gue, kebetulan udah deket dari sini, gimana?" Sonia memepet tubuh lelaki yang berdiri di hadapannya seraya membusungkan dada. Tatapannya nakal dan menggoda."Dasar lonte! Lo pikir