Share

38 Pertemuan 2

last update Last Updated: 2025-02-21 14:59:57

Arham sadar, dirinya bagi Hilya sudah seperti bayangan masa lalu yang tak perlu diingat lagi. Luka yang ia torehkan begitu dalam dan tak tersembuhkan. Ia memperhatikan Hilya yang pergi meninggalkan mushola sambil membawa tas kecil berisi mukena.

Lelaki itu hanya bisa menatap kepergiannya dengan tatapan kosong. Dadanya terasa sesak setiap kali bertemu Hilya. Ia semakin menyadari betapa bodohnya dulu. Yang menghancurkan rumah tangganya sendiri, meninggalkan wanita sebaik Hilya demi Atika.

Dan kini ia terjebak dalam labirin kehidupan yang telah ia pilih sendiri.

"Lepasin aja Atika. Daripada kamu tersiksa dengan istri kayak gitu, toh Hilya juga belum nikah. Mungkin dia masih bisa memberimu peluang untuk kembali. Kalian juga punya Rifky," ujar teman dekatnya suatu hari.

🖤🖤🖤

"Unda, mau." Rifky menarik-narik kaus yang dipakainya dan minta ganti dengan kaus yang dipegang tangannya. Kaus baru dari sang papa.

"Besok ya, dicuci dulu." Hilya memberikan pengertian, tapi Rifky memaksa. Ah, sehar
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Nurhayati
makanya jadi orang jangan serakah, itulah akibat dari pilihanmu ham
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
yo wes telat nak nyesel mas
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
kuapok 🥹🥹
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Usai Keputusan Cerai   39. Pertemuan 3

    Dia tidak tergoda dengan cumbuan panas dari istrinya. Sekarang tak lagi semembara dulu. Disaat mereka baru menikah secara diam-diam."Aku mau mandi." Arham melepaskan pelukan Atika pada lengannya. Tidak peduli pada sang istri yang kesal, Arham masuk kamar lalu mandi.🖤🖤🖤Ruang rapat terasa hening karena hanya ada Tristan dan Hilya. Tristan duduk di seberang meja, memperhatikan Hilya yang tengah menyiapkan dokumen untuk pertemuan dengan Hutama Jaya.Setiap memandang wanita itu, ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Tentang perasaannya pada Hilya. Bukan karena wanita itu cantik. Kalau soal cantik, Aruna juga cantik, mulus, karena selalu melakukan perawatan mahal. Namun tidak berhasil menggetarkan hatinya, meski sudah hampir tujuh tahun mereka bersama. Melakukan hubungan biologis hanya sekedar untuk melepaskan kebutuhannya.Terkadang Tristan merasa bersalah dan itu tidak adil buat Aruna. Namun jika mengingat kejamnya mereka pada Zara, rasa bersalah itu pun sirna.Dia tertarik pada Hil

    Last Updated : 2025-02-21
  • Usai Keputusan Cerai   40. Yang Terpendam 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Yang Terpendam Author's POV Tristan tersenyum. "Nggak usah tahu, Bre."Ya, itu juga tidak penting bagi Bre. Makanya Bre tidak menanggapinya lagi. "Tadi kamu bilang mau mengajakku keluar. Mau ke mana?" "Makan siang. Sekalian ngobrol. Kamu longgar hari ini?" Tristan langsung berdiri. Bre pun sama. "Longgar. Akhir pekan ini aku baru kembali ke Malang. Sebab tanteku dari Kalimantan juga mau datang karena ada acara di rumah Om Ringgo. Di samping itu kita juga harus melanjutkan pembahasan tentang kerjasama kita.""Oke. Kita keluar pakai mobilku saja."Dua pria dengan tinggi nyaris sama itu melangkah melewati lorong samping ruang meeting menuju ke parkiran. Lantas pergi ke pusat kota dan berhenti di sebuah rumah makan."Kamu nggak ada niatan kembali ke Surabaya?" tanya Tristan setelah mereka duduk memesan makanan."Belum ada gambaran untuk menetap di sini. Aku masih fokus dengan kantor cabang Malang. Nggak mungkin aku tinggalin. Tapi akhir-akhir ini aku sering bol

    Last Updated : 2025-02-22
  • Usai Keputusan Cerai   41. Yang Terpendam 2

    Arham memarkir mobilnya di pinggir jalan, menatap kosong ke arah rumahnya yang megah tapi terasa begitu dingin.Sekarang di dalam rumah itu yang ada hanya pertengkaran."Mas, uang belanja bulan ini kurang! Aku butuh tambahan!" Atika menyambutnya dengan suara nyaring sebelum ia sempat melepas sepatu kemarin sore.Arham menghela napas panjang. "Baru minggu lalu aku kasih uang belanja, bahkan aku tambahi seperti yang kamu minta. Kamu habiskan untuk apa?""Belanja. Minggu depan ada arisan keluarga di rumah ibu. Aku nggak mungkin pakai baju yang sama kalau ada acara keluarga!""Atika, aku kerja banting tulang bukan buat kamu hambur-hamburkan. Lemarimu sudah nggak muat oleh baju-bajumu." Arham menahan nada suaranya yang tengah marah."Aku istrimu. Wajar dong aku minta ini itu."Arham menekan pelipisnya. Dulu Hilya tidak pernah menuntut seperti itu. Ia bekerja, mengurus rumah, dan tetap melayaninya dengan baik. Sekarang ia terjebak dalam rumah tangga yang penuh keributan. Dan setiap hari, k

    Last Updated : 2025-02-22
  • Usai Keputusan Cerai   42. Yang Terpendam 3

    Arham terkesiap. Jelas dia tidak terima kalau dilarang bertemu dengan anaknya. Dia bisa gila. "Nggak bisa, Hilya. Kamu nggak bisa melarangku bertemu Rifky.""Perempuan ini, terlalu berbahaya untuk anakku. Jangan sampai aku membawa Rifky pergi dari Surabaya dan selamanya nggak bisa bertemu denganmu lagi. Didik dulu istrimu sampai dia bisa menjadi wanita tahu diri, kasih pengertian kalau lelaki yang dia rebut dari wanita lain itu juga punya anak."Hilya menarik napas panjang. Tidak ada air mata yang menggenang di netranya saat itu. Luka yang teramat sangat, tidak mengizinkannya menangis di depan orang-orang yang sudah mengkhianatinya."Selama ini aku hanya diam dan diam. Bahkan ketika kalian berdua selingkuh di belakangku, aku masih diam. Memberikan kesempatan untuk kembali, pada suami yang sekiranya hanya khilaf saat itu. Namun ternyata, kalian berdua nggak tahu diri."Setelah bercerai pun, aku nggak pernah menghalangi Mas Arham untuk bertemu dengan anaknya. Aku ngasih kesempatan semin

    Last Updated : 2025-02-22
  • Usai Keputusan Cerai   43. Saya Single Mom 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Saya Single Mom Author's POV Asap rokok melayang di udara, membentuk pola acak yang menghilang begitu saja di embus angin. Seperti hidup Arham yang terasa berantakan. Ia menghela napas panjang, menekan puntung rokok ke asbak di meja teras. Suasana rumah terasa semakin menyesakkan setelah kejadian tadi.Dari dalam rumah, terdengar suara televisi yang volumenya dibiarkan tinggi. Di sofa, Atika meringkuk dengan wajah masam. Entah marah atau kelelahan setelah menangis.Arham tidak peduli. Yang ada di pikirannya saat ini hanya satu, Rifky.Setelah ulah Atika yang melabrak Hilya sore tadi, ia yakin segalanya akan semakin sulit.Ia masih ingat betapa tajamnya sorot mata Hilya saat membela diri. Tidak ada ketakutan apapun saat membenturkan punggung Atika ke dinding. Wanita itu tidak lagi seperti dulu, yang sabar dan memilih diam. Kali ini, ia membalas. Dan itu membuat Arham sadar betapa dalam luka yang telah ia tinggalkan.Dada Arham terasa sesak. Penyesalan yang dal

    Last Updated : 2025-02-23
  • Usai Keputusan Cerai   44. Saya Single Mom 2

    "Kita nggak harus pergi dari sini, Hil. Mbak yakin, semua ini lambat laun akan terabaikan dan kita akan menganggapnya hal biasa. Kamu kuat kok. Kalau kita pindah, banyak hal yang harus kamu urus dan mbak nggak bisa bantu apa-apa. Kasihan kamu nanti."Tetap tinggal saja di rumah peninggalan ibu. Mbak akan jagain Rifky. Kecuali nanti kamu bertemu seseorang yang benar-benar serius bisa menerimamu dan Rizky apa adanya. Kamu bisa ikut dia. Tapi Mbak tetap bisa jagain Rifky kalau kamu masih bekerja." Ingat ucapan sang kakak, membuat air mata Hilya semakin deras.Menikah kalau untuk mengukir luka baru buat apa?🖤LS🖤"Hilya, aku harus ke Jakarta hari ini. Penerbangan jam sepuluh nanti." Tristan mendatangi ruangan Hilya."Lalu bagaimana dengan pertemuan dengan Pak Bre siang ini, Pak? Apa harus di cancel?"Tristan diam sejenak. Dia tidak rela kalau Bre dan Hilya ketemuan berdua, walaupun mereka belum tahu status masing-masing. Tapi kalau dibatalkan, Bre sendiri sangat sibuk. Pasti pertemuan h

    Last Updated : 2025-02-23
  • Usai Keputusan Cerai   45. Saya Single Mom 3

    "Tidak ada, Pak Tristan. Minggu depan bisa Pak Tristan konfirmasikan ke Pak Bre. Atau sekarang bisa telepon beliau misalnya Pak Tristan merasa belum jelas.""Oh, nggak usah. Aku sudah ngerti. Oke, gitu aja, Hilya. Aku masih ada meeting sebentar lagi.""Ya, Pak."Hilya menaruh ponselnya kembali. Dia heran pada sikap bosnya. Tidak biasanya tampak bingung seperti hari ini. Lima belas menit kemudian, Hilya berkemas-kemas untuk pulang. Kejadian kemarin sore membuatnya tidak tenang. Khawatir kalau Atika kembali datang ke rumah dan mengacaukan keadaan. Ketika keluar ruangan, ia menghampiri Ika yang masih sibuk di depan laptopnya. Sementara meja Ani sudah kosong."Ani barusan keluar. Aku masih ngerjain ini, tinggal dikit lagi," ujar Ika seraya memandang layar komputer. Besok aku ketemu sama mantanmu lagi," lanjutnya."Kemarin ada kegaduhan di rumah. Pas aku pulang kerja." Cerita Hilya setelah duduk di depan sahabatnya."Ada apa?"Hilya menceritakan kejadian itu."Good job, Hilya. Kenapa ngg

    Last Updated : 2025-02-23
  • Usai Keputusan Cerai   46. Elegan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Elegan Author's POV Hilya kaget, bisa bertemu Bre bersama mamanya di mall siang itu. "Kalian saling kenal?" tanya Bu Rika memandang Bre dan Hilya bergantian."Mbak Hilya ini CFO di Global, Ma.""Oh." Bu Rika tersenyum pada Hilya."Kenalin, ini Mama saya, Mbak Hilya." Bre mengenalkan mamanya pada Hilya. Disambut anggukan kepala oleh wanita muda itu."Hai, Ganteng." Bre berjongkok biar sejajar dengan Rifky yang berdiri dalam gandengan Hilya. Bocah lelaki kecil itu memandang Bre tak berkedip. Mungkin ingat kalau mereka pernah bertemu. Matanya begitu bening."Salim sama Pak Bre, Rifky." Hilya menyuruh anaknya bersalaman. Rifky juga nurut."Hmm, namamu Rifky, ya." Bre mengusap lembut pipi Rifky. Bocah itu diam. Biasanya dia spontan akan mencari perlindungan ibunya kalau bertemu dengan orang baru."Lagi belanja, Mbak?" tanya Bre setelah kembali berdiri. Ia memperhatikan di sekitar mereka. Tidak ada sosok lain yang mendampingi Hilya dan anaknya."Iya, Pak. Sekalian

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Usai Keputusan Cerai   90. Tiga Hati di Semarang 3

    Namun ia sudah terjebak ke dalam labirin yang tidak tahu di mana jalan keluarnya. Seumur hidup, sungguh terlalu lama. Sementara itu ponsel Tristan yang tergeletak di meja, layarnya menyala. Sebuah pesan masuk dari Bre.[Kamu di mana, Bro? Jadi ke Semarang.][Ya. Aku di Semarang sekarang.][Semarangnya mana?][Aku nginap Hotel Mustika.][Aku juga ada di Semarang. Bisa kita ketemuan? Aku tidak jauh dari situ.]Tristan terdiam. Bagaimana ini bisa kebetulan sekali. Bertemu di tempat yang sama padahal Semarang begitu luasnya. Beberapa hari yang lalu, ia memang memberitahu Bre kalau ada pekerjaan di Semarang. Tapi kenapa bisa sama, padahal kemarin Bre tidak bilang apa-apa.Tristan menegakkan tubuh, rahangnya mengeras. Dia ingin menghabiskan waktu dengan Hilya malam ini. Dia tidak ingin gangguan. Namun menolak Bre juga bukan pilihan. Sebab selama ini dia merahasiakan siapa wanita yang membuatnya mendua.Akhirnya Tristan mengiyakan.Setengah jam kemudian, seorang pria tinggi dengan kemeja na

  • Usai Keputusan Cerai   89. Tiga Hati di Semarang 2

    Namun Bre kian resah karena belum ada pesan masuk dari Hilya. Yang pasti sekarang Hilya sudah ada di kantor yang mereka tuju. Apa sesibuk itu, hingga tidak sempat mengirimkan pesan padanya?"Hilya mau kan kamu ajak pindah ke Malang?""Kami akan membahasnya nanti. Masih banyak yang perlu kami bicarakan."Bu Rika manggut-manggut. "Kamu nggak ingin ketemu Hilya dulu sebelum berangkat ke Semarang?""Iya, nanti kami ketemuan." Bre tidak ingin menceritakan keresahannya pada sang mama. Daripada nanti jadi kepikiran. Yang jelas, dia tidak akan membiarkan Hilya terlepas."Sebelum berangkat, kamu makan siang dulu. Bentar, mama siapin." Bu Rika beranjak ke belakang. Menghampiri ART-nya yang tengah memasak. Sedangkan Bre buru-buru meraih ponselnya di atas meja saat benda pipih itu berpendar. Keresahannya spontan berubah kelegaan saat Hilya mengirimkan nama dan alamat hotel tempat mereka menginap. Juga mengirimkan informasi alamat terkini.[Oke. Kita ketemu di situ ya.][Iya.] Jawaban singkat dar

  • Usai Keputusan Cerai   88. Tiga Hati di Semarang 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Tiga Hati di Semarang Author's POV "Pak Bre, saya sudah pesankan tiketnya. Penerbangan jam tiga sore ini." Seorang asisten pribadinya memberitahu Bre di ruangannya."Oke, makasih banyak," jawab Bre seraya menutup laptop. Dilihatnya jam tangan. Baru jam delapan pagi. Tadi Hilya berangkat ke Semarang jam tujuh.Dia harus berangkat sekarang dari Malang ke Juanda. Nanti mampir sebentar ke rumah mamanya. Tadi sengaja berbohong pada Hilya kalau dia sudah ada di Solo, padahal baru mau berangkat dari Malang dan naik pesawat ke Semarang dari Juanda. Jujur saja dia khawatir dengan Hilya yang pergi bersama Tristan. Walaupun Bre kenal baik sama pria itu, tapi dia tidak percaya karena sahabatnya sedang dimabuk kepayang oleh Hilya. Perempuan yang sama-sama mereka cintai.Akan ada cerita berbeda saat Tristan sudah tahu semuanya. Namun ia berharap, persahabatan dan kerjasamanya dengan pria itu tidak akan bermasalah setelah ini. Makanya lebih baik ia berpura-pura tidak tahu t

  • Usai Keputusan Cerai   87. Cincin di Mobil 3

    "Mbak, lusa aku jadi ke Semarang. Sebenarnya ini sudah dijadwalkan Minggu kemarin, tapi di undur lusa. Mungkin dua sampai tiga hari aku di sana. Rifky kira-kira rewel nggak, ya?""Nggak. Kamu tenang saja. Dia manut sama Mbak."Hilya kepikiran Rifky saja kalau dia pergi ke luar kota. Biasanya hanya dua hari saja dia pergi, sekarang tiga hari."Untuk Bre, kalau menurut mbak. Jangan ragu, pandang dia yang sekarang, jangan lihat masa lalunya. Ayo, tidur. Mbak sudah ngantuk."Keduanya bangkit dari karpet dan masuk ke kamar masing-masing. Hilya berbaring menghadap Rifky yang memeluk guling. Diusapnya pelan pipi halusnya. Dialah cinta sejati bagi Hilya. Yang bisa mengobati rasa lelah hanya dengan tatapan matanya yang bening. Hilya bergerak pelan untuk mengecup kening Rifky. Kemudian memeluk kaki kecil itu dan dia pun memejam.🖤LS🖤"Hilya, ada pesan dari Arham." Mbak Asmi menunjukkan ponselnya pada Hilya.[Mbak, maaf kalau dalam beberapa waktu ke depan saya nggak datang menjenguk Rifky. Na

  • Usai Keputusan Cerai   86. Cincin di Mobil 2

    Omongan Pak Ardi yang ngelantur membuat Tristan menghela nafas panjang. "Saya tegaskan, Pa. Hubungan saya dengan Hilya, hanya sebatas tentang pekerjaan."Aruna yang sejak tadi diam saja, akhirnya juga ikut bicara. "Sudah, Pa. Jangan membahas hal ini lagi. Kami baik-baik saja, Papa nggak perlu khawatir." "Kamu tahu apa, Runa. Jangan sampai suamimu direbut perempuan lain, baru kamu nangis-nangis.""Aku nggak mau membahas ini lagi, Pa," sangkal Aruna. Dia ingat ucapan suaminya, kalau sampai mengusik Hilya, maka hubungan mereka yang menjadi taruhannya. "Lihat ini, Pa. Mas Tristan barusan ngasih hadiah." Aruna menunjukkan cincin berlian di jari manisnya. Pak Ardi dan istrinya memperhatikan.Selesai bicara, Aruna bangkit dari duduknya dan mengajak suaminya pamitan. "Kami pulang dulu, Pa. Aku lega Papa sudah jauh lebih baik." Aruna mencium tangan papa dan mamanya. Begitu juga dengan Tristan. Lantas mereka melangkah keluar kamar.Pak Ardi tampak kecewa. Anak yang dibelanya agar tidak diseli

  • Usai Keputusan Cerai   85. Cincin di Mobil 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Cincin di Mobil Author's POV "Mas, beli ini untukku?" Aruna terbeliak kaget, sekaligus berbinar menemukan kotak perhiasan berbentuk hati warna merah jambu yang terletak di dasbor mobilnya Tristan.Senyumnya lebar saat ia membuka dan melihat ada sebentuk cincin berlian di dalamnya.Tristan yang baru duduk dan menutup pintu pun terkejut. Tidak mengira kalau istrinya membuka dasbor mobil, di mana ia menyimpan hadiah ulang tahun yang akan diberikan pada Hilya."Ini untukku, kan? Atau untuk selingkuhanmu?" tanya Aruna yang mulai tidak yakin kalau itu dibeli Tristan untuknya. Karena Tristan jarang memberikan kejutan. Kalau menginginkan sesuatu, Aruna hanya memberitahu suaminya, setelah itu pergi beli sendiri. Tristan berdecak jengkel. "Aku nggak punya selingkuhan. Nggak usah mengada-ada, Runa. Itu kubeli untukmu. Pas nggak di jarimu?" jawab Tristan seraya menyalakan mesin mobil dan bergerak pelan meninggalkan garasi. Mereka hendak ke rumah orang tua Aruna. Menjeng

  • Usai Keputusan Cerai   84. Hanya Berdua 3

    Bre juga menceritakan sekilas tentang berbagai kecurangan dan permusuhan dengan keluarga Livia. Kemudian hubungan mereka kembali membaik setelah beberapa tahun kemudian. Pria itu juga menceritakan pernikahan keduanya dengan Agatha. Ini yang mengejutkan bagi Hilya. Karena ia berpikir, Bre hanya pernah menikah sekali saja."Saya tidak pernah menyentuh Agatha selama menikah. Biar dia bisa merasakan kebahagiaan dengan lelaki yang akan mencintainya setulus hati. Agar Agatha tidak seperti mama, yang diperlakukan seperti istri tapi tidak diberi hati sama sekali."Kalau ikutkan nafsu, lelaki pasti bernafsu. Tapi saya tidak ingin melakukan itu. Supaya dia bisa bahagia dengan pasangan barunya.""Sekarang Mbak Agatha sudah menikah?""Belum. Dia tinggal di Singapura hanya sesekali pulang ke Surabaya. Tapi kamu tidak usah khawatir, saya dan Agatha benar-benar sudah berakhir di saat putusan cerai dari pengadilan agama. Hubungan kami membaik, tapi tidak akrab juga. Dengan Livia, Hutama Jaya ada hubu

  • Usai Keputusan Cerai   83. Hanya Berdua 2

    Dari jendela taksi yang membawanya malam itu, Hilya memperhatikan sepanjang perjalanan menuju kafe tempat ia akan bertemu Bre. Hanya berdua saja."Yakinkan hatimu, bahwa langkah yang kamu ambil ini tepat. Mbak 100% mendukungmu. Budhe juga mendukung. Mbak sudah cerita pada beliau tadi pagi." Mbak Asmi yang menungguinya bersiap berkata seperti itu tadi."Sebenarnya aku juga pengen Mbak Asmi juga menikah lagi." Hilya memandang sang kakak."Jangan tunggu mbak. Pokoknya kamu jangan abaikan kesempatan ini. Pria seperti Bre nggak akan datang dua kali, Hilya."Hilya sebenarnya tidak sampai hati kalau harus menikah lebih dulu. Namun kakaknya yang justru mendesak agar Hilya segera menerima Bre.Akhirnya taksi berhenti di depan sebuah kafe dua lantai di salah satu sudut kota Surabaya. Bre sudah menunggunya di teras. Kemudian langsung mengajaknya naik ke lantai dua. Mereka disambut dengan lampu-lampu redup yang menciptakan nuansa romantis. Dinding interior dihiasi dengan lukisan abstrak berwarna

  • Usai Keputusan Cerai   82. Hanya Berdua 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Hanya Berdua Author's POV "Bagaimana rasanya diperjuangkan, Hilya? Selama ini kamu yang selalu berjuang dan bertahan. Dengan Arham sebagai suami atau dengan mantan pacarmu yang sama-sama nggak tahu diri itu. Sekarang kamu tahu bagaimana seorang laki-laki itu berjuang untuk mendapatkanmu. Bahkan sepaket dengan keluargamu juga, bisa diterima dia apa adanya."Hilya tersenyum sambil mengunyah nasi. Kalau dibilang 100% ia percaya Bre, tidak juga. Sudah berulang kali terluka, membuat Hilya tidak segampang itu memberikan semua kepercayaannya. Namun ia tetap berusaha untuk menghargai seseorang yang telah berupaya memperjuangkannya."Tapi kita akan berpisah, Hil," ujar Ani memicu kesedihan mereka lagi."Nggak mungkin kamu akan bertahan di Global, sedangkan Mas Bre juga memiliki perusahaan sendiri," lanjut Ani."Tapi sesekali kita masih bisa bertemu, An. Kita kan bisa berkunjung ke Malang atau sebaliknya. Via tol kan cepat," kata Ika."Arham bakalan berjauhan sama anakn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status